tag:blogger.com,1999:blog-25510482119318662422024-03-12T21:07:40.199-07:00::SITUS ISLAM|BELAJAR ISLAM|DAKWAH ISLAM::Media dakwah untuk belajar islam secara onlineUnknownnoreply@blogger.comBlogger35125tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-70024950996281635642012-05-30T06:49:00.003-07:002012-05-30T06:49:50.553-07:00Hadis penyusuan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab
Penyusuan</h1>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Saudara
sepenyusuan haram seperti saudara seperanakan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. suatu hari sedang berada di sisinya lalu
Aisyah mendengar seseorang datang meminta izin memasuki rumah Hafshah. Aisyah
ra. berkata: Lalu aku berkata: Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki meminta izin
memasuki rumahmu. Rasulullah saw. menjawab: Orang itu adalah si fulan, saudara
paman Hafshah sepenyusuan. Maka Aisyah bertanya: <br />
<a name='more'></a>Wahai Rasulullah, seandainya si
fulan (pamannya sepenyusuan) masih hidup, tentunya ia boleh menemuiku?
Rasulullah saw. menjawab: Ya. Karena sesungguhnya penyusuan itu dapat menjadikan
mahram seperti seperanakan. (Shahih Muslim No.2615)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Pengharaman
sepenyusuan dari pihak lelaki</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Aflah, saudara Abul Qu`ais, yakni paman sepersusuannya,
datang minta izin menemui Aisyah setelah turun ayat hijab. Aisyah ra. berkata:
Tetapi aku tidak memberinya izin. Dan ketika Rasulullah saw. datang, aku
ceritakan apa yang telah aku lakukan itu. Ternyata beliau menyuruhku untuk
memberinya izin menemuiku. (Shahih Muslim No.2617)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Haram
mengawini anak perempuan saudara lelaki sepersusuan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. hendak dijodohkan dengan putri Hamzah. Akan
tetapi beliau bersabda: Sesungguhnya ia tidak halal bagiku karena sesungguhnya
ia adalah putri saudara lelaki sepersusuanku sendiri. Yang haram disebabkan
persusuan itu sama seperti yang haram dari jalur nasab keturunan keluarga.
(Shahih Muslim No.2624)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Haram
menikahi anak tiri dan saudara kandung istri</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Habibah binti Abu Sufyan ra., ia berkata: <br />
Saat Rasulullah saw. menemuiku,
aku berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, apakah engkau berminat terhadap
saudara perempuanku, yaitu putri Abu Sufyan? Rasulullah saw. balik bertanya:
Maksudmu, apa yang harus aku lakukan? Aku menjawab: Engkau menikahinya.
Rasulullah saw. bertanya: Apakah kamu menyukai hal itu? Aku menjawab: Aku
bukanlah istrimu satu-satunya dan orang yang paling aku senangi untuk sama-sama
berbagi kebajikan ini adalah saudaraku. Rasulullah bersabda: Saudara perempuanmu
itu tidak halal bagiku. Lalu aku katakan lagi kepada beliau: Aku dengar engkau
melamar Durrat binti Abu Salamah? Beliau berkata: Putri Ummu Salamah? Aku
menjawab: Ya. Beliau bersabda: Kalau ia bukan anak tiri yang berada dalam
asuhanku, maka ia tidak halal bagiku karena ia adalah anak perempuan saudaraku
sepersusuan, sebab aku dan bapaknya telah disusui oleh Tsuwaibah. Maka janganlah
kamu menawarkan kepadaku putri-putrimu ataupun saudara-saudara perempuanmu.
(Shahih Muslim No.2626)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Tentang
menyusui orang dewasa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Sahlah binti Suhail datang kepada Nabi saw. dan
berkata: Wahai Rasulullah, aku melihat perubahan air muka Abu Hudzaifah setiap
kali Salim menemuiku, padahal ia adalah anak asuhnya. Nabi saw. lalu bersabda:
Kalau begitu, susuilah ia! Sahlah bertanya: Bagaimana aku menyusuinya, sedang ia
adalah orang dewasa? Rasulullah saw. tersenyum lalu bersabda: Aku juga tahu
bahwa ia sudah besar. Amru menambahkan dalam hadisnya bahwa ia telah ikut dalam
perang Badar. Dan dalam riwayat Ibnu Abu Umar: Lalu Rasulullah saw. tertawa.
(Shahih Muslim No.2636)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Penyusuan
hanya disebabkan karena kelaparan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Aisyah berkata: Rasulullah saw. datang menemuiku pada saat
seorang lelaki lain sedang duduk. Hal itu terasa berat sekali di hati beliau dan
aku juga melihat kemarahan di wajahnya. Aisyah berkata: Lalu aku katakan: Wahai
Rasulullah, sesungguhnya ia adalah saudaraku sepenyusuan. Aisyah melanjutkan:
Lalu beliau bersabda: Lihatlah lagi saudara-saudara lelakimu yang sepenyusuan,
karena sesungguhnya saudara sepenyusuan itu hanya karena sebab rasa lapar.
(Shahih Muslim No.2642)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Anak adalah
dari perkawinan yang sah (tempat tidur) dan menghindari perkara-perkara yang
meragukan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Sa`ad bin Abu Waqqash dan Abdu bin Zam`ah terlibat
perselisihan mengenai seorang anak. Kata Sa`ad: Ini adalah anak saudaraku `Utbah
bin Abu Waqqash, yang dia amanatkan kepadaku, dia adalah putranya, perhatikanlah
kemiripannya! Abdu bin Zam`ah menyangkal dan mengatakan: Dia ini saudaraku,
wahai Rasulullah! Dia lahir di atas tempat tidur ayahku dari budak perempuannya.
Sejenak Rasulullah saw. memperhatikan kemiripan anak itu, memang ada kemiripan
yang jelas dengan Utbah. Kemudian beliau bersabda: Dia adalah untukmu, wahai
Abdu. Nasab seorang anak itu dari perkawinan yang sah, dan bagi pezina itu
adalah batu rajam. Hindarilah wahai Saudah binti Zam`ah dari perkara tersebut!.
(Shahih Muslim No.2645)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Nasab anak itu dari perkawinan
yang sah sedangkan bagi pezina itu adalah batu rajam. (Shahih Muslim
No.2646)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Upaya
menghubungkan nasab anak pada orang tuanya lewat ahlinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. suatu hari datang menemuiku dengan gembira
dan wajah berseri-seri lalu beliau bersabda: Apakah kamu tidak melihat tadi
Mujazziz memandang Zaid bin Haritsah dan Usamah bin Zaid, lalu berkata:
Sesungguhnya sebagian dari kaki-kaki ini berasal dari sebagian yang lain
(mirip). (Shahih Muslim No.2647)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Tentang masa
waktu seorang suami menetap bersama istrinya yang perawan atau janda setelah
perkawinan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Termasuk sunah adalah bila seorang yang
beristrikan janda menikahi gadis perawan, maka ia tinggal bersama gadis itu
selama tujuh hari. Dan bila ia menikahi seorang janda setelah beristri gadis
perawan, maka ia harus tinggal bersama janda itu selama tiga hari. (Shahih
Muslim No.2654)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Seorang
istri boleh memberikan gilirannya kepada madunya yang lain</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Tidak ada seorang wanita pun yang paling aku senangi
menjadi orang sepertinya selain Saudah binti Zam`ah karena ia adalah seorang
wanita yang keras dan cepat marah. Aisyah berkata: Ketika sudah lanjut usia,
Saudah memberikan harinya dengan Rasulullah saw. kepada Aisyah ra. Kata Saudah:
Wahai Rasulullah, aku berikan hariku kepada Aisyah ra. Jadi Rasulullah saw.
membagi waktu kepada Aisyah ra. dua hari, sehari miliknya sendiri dan sehari
lagi pemberian Saudah. (Shahih Muslim No.2657)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Aku merasa sangat cemburu kepada wanita-wanita yang
menyerahkan diri mereka untuk dinikahi Rasulullah saw. Aku berkata:
Wanita-wanita telah menyerahkan diri mereka kepada Rasulullah saw. Namun ketika
turun firman Allah Taala: Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu
kehendaki di antara mereka (istri-istrimu) dan boleh pula menggauli siapa yang
kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang ingin kamu gauli kembali dari perempuan
yang telah kamu cerai. Aku (Aisyah) berkata: Demi Allah, aku melihat Tuhanmu
selalu bersegera menuruti keinginanmu. (Shahih Muslim No.2658)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: Dari Atha, ia berkata: <br />
Kami bersama Ibnu Abbas menghadiri
pemakaman jenazah di daerah Saraf. Ibnu Abbas berkata: Ini adalah jenazah istri
Nabi saw. Apabila kamu mengangkat kerandanya, maka janganlah kamu goyangkan atau
goncangkan, dan berhati-hatilah. Sesungguhnya Rasulullah saw. itu memiliki
sembilan orang istri, beliau biasa menggilir yang delapan dan tidak menggilir
yang satu. (Shahih Muslim No.2660)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Anjuran
menikahi wanita yang beragama</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Wanita itu dinikahi karena
empat perkara; karena harta bendanya, karena keturunannya, karena kecantikannya
dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang beragama, maka kamu akan
beruntung. (Shahih Muslim No.2661)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Tentang
wasiat terhadap kaum wanita</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya wanita itu
seperti tulang rusuk. Jika kamu berusaha meluruskannya, maka kamu akan
mematahkannya. Tetapi kalau kamu biarkan saja, maka kamu akan menikmatinya
dengan tetap dalam keadaan bengkok. (Shahih Muslim No.2669)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Seandainya
tidak ada hawa, maka selamanya wanita tidak akan berkhianat kepada
suaminya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Seandainya tidak ada
Hawa, niscaya wanita selamanya tidak akan berkhianat kepada suaminya. (Shahih
Muslim No.2673)</div>
</li>
</ul>
<hr color="#ff0000" size="1" />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-85632548828976850022012-05-30T06:48:00.001-07:002012-05-30T06:48:40.990-07:00Hadis tentang Haji<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab Haji</h2>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuvHvwI7bNV6dmm3WHrSWUtJXhddRfmSioxJdpoLzfZevabAWwx5brsAOeNM63iVtGWePl47RHZA6XEFHpv8NdDEapK0rspg0vrpSLZrxXpBXq4GdMmQ-DVP64QrMVDG70g4RUXY7id-8/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuvHvwI7bNV6dmm3WHrSWUtJXhddRfmSioxJdpoLzfZevabAWwx5brsAOeNM63iVtGWePl47RHZA6XEFHpv8NdDEapK0rspg0vrpSLZrxXpBXq4GdMmQ-DVP64QrMVDG70g4RUXY7id-8/s320/images.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Perkara yang
dibolehkan dan yang tidak dibolehkan bagi orang yang berihram haji atau umrah
dan penjelasan tentang pengharaman memakai minyak wangi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
pakaian yang boleh dikenakan oleh orang yang sedang berihram? Rasulullah saw.
bersabda: Janganlah kalian mengenakan baju, kain serban, celana, tutup kepala
dan sarung kaki kulit, kecuali bagi orang yang memang tidak memiliki sandal,
maka ia boleh memakai sarung kaki tersebut dengan syarat ia harus memotongnya
sampai di bawah mata kaki. Juga jangan memakai pakaian apapun yang dicelup
dengan minyak za`faran dan wares. (Shahih Muslim No.2012)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. ketika sedang
berkhutbah, beliau bersabda: Celana (boleh dikenakan) bagi orang yang tidak
mempunyai lembaran kain dan sarung kaki bagi orang yang tidak mempunyai sepasang
sandal. Maksudnya untuk orang yang sedang berihram. (Shahih Muslim No.2015)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ya`la
bin Umayah ra., ia berkata: </div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<a name='more'></a><br />Salah seorang sahabat datang menemui Nabi saw.
ketika beliau berada di Ji`ranah, dengan mengenakan jubah yang sudah ditaburi
minyak wangi. Atau bekas dari minyak wangi. Sahabat itu bertanya: Apa yang
baginda perintahkan untuk aku lakukan dalam umrahku? Saat itu wahyu sedang turun
kepada Nabi saw. dan beliau ditutup dengan pakaian. Ya`la berkata: Aku senang
sekali jika aku dapat menyaksikan Nabi saw. sedang menerima wahyu. Umar berkata:
Apakah engkau suka menyaksikan Nabi saw. sedang menerima wahyu? Kemudian Umar
menyingkap kain yang menutupi beliau, lalu aku memandang beliau sedang
mendengkur. Aku memperhatikan seperti suara anak unta. Ketika wahyu telah turun,
beliau terbangun dan bertanya: Di mana orang yang bertanya tentang umrah tadi?
Selanjutuya beliau bersabda: Bersihkanlah dirimu dari bekas minyak wangi yang
engkau pakai, lepaslah jubahmu dan lakukanlah umrah seperti engkau melakukan
haji. (Shahih Muslim No.2017)</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Mikat haji
dan umrah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. menetapkan mikat-mikat berikut: untuk
penduduk Madinah adalah Dzul Hulaifah, untuk penduduk Syam adalah Juhfah, untuk
penduduk Najed adalah Qarnul Manazil dan untuk penduduk Yaman adalah Yalamlam.
Mikat-mikat itu adalah untuk penduduk daerah-daerah tersebut dan selain penduduk
tersebut yang datang melewatinya untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah.
Adapun untuk penduduk daerah sebelum mikat-mikat tersebut, maka mikat mereka
adalah dari rumah mereka dan seterusnya sampai penduduk Mekah, mereka niat ihram
dari rumah-rumah mereka. (Shahih Muslim No.2022)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Penduduk Madinah berniat ihram
dari (mikat) Dzul Hulaifah, penduduk Syam dari Juhfah, sedangkan penduduk Najed
dari Qarnul Manazil. Abdullah bin Umar berkata: Aku diberitahu bahwa Rasulullah
saw. bersabda: Penduduk Yaman berniat ihram dari (mikat) Yalamlam. (Shahih
Muslim No.2024)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Lafal talbiah
dan waktunya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />Bahwa talbiah Rasulullah saw. adalah Labbaik
Allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik innal hamda wan ni‘mata
laka wal mulku laa syarika lak (Aku penuhi panggilan-Mu, wahai Allah, aku penuhi
panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, segala nikmat
dan semua kerajaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu). (Shahih Muslim
No.2029)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Rasulullah
menyuruh penduduk Madinah untuk berihram dari Mesjid Dzul Hulaifah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />Baida inilah tempat yang engkau kira Rasulullah pernah
memulai ihramnya. Padahal Rasulullah tidak pernah memulai ihramnya kecuali dari
mesjid Dzul Hulaifah. (Shahih Muslim No.2033)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Memakai
minyak wangi bagi orang yang hendak ihram</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Aku pernah memberi minyak wangi ke tubuh Rasulullah
saw. saat beliau hendak berihram dan juga ketika hendak bertahallul sebelum
beliau tawaf di Baitullah. (Shahih Muslim No.2040)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Haram berburu
bagi orang yang sedang ihram</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Sha`ab bin Jatsamah Al-Laitsi ra.: <br />Bahwa Ia pernah menghadiahkan seekor
keledai liar kepada Rasulullah saw. ketika beliau berada di desa Abwa' atau
Waddan. Namun Rasulullah saw. mengembalikan keledai itu kepadanya. Ketika
Rasulullah saw. melihat perubahan wajah Sha`ab karena pemberiannya dikembalikan,
beliau bersabda: Aku tidak akan menolak pemberianmu ini jika aku tidak sedang
dalam keadaan ihram. (Shahih Muslim No.2059)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Sha`ab bin Jatsamah pernah menghadiahkan seekor
keledai liar kepada Rasulullah saw. yang sedang berihram. Kemudian beliau
mengembalikannya kepadanya dan bersabda: Kalau saja kami tidak dalam keadaan
ihram, maka kami akan terima pemberianmu itu. (Shahih Muslim No.2060)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra., ia berkata: <br />Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw.
hingga ketika sampai di daerah Qahah, di antara kami ada yang sedang berihram
dan ada pula yang tidak, aku melihat sahabat-sahabatku sedang mengintai sesuatu
dan setelah kulihat ternyata seekor keledai liar, segera aku memasang pelana
kudaku dan mengambil tombakku. Baru saja tubuhku berada di atas kuda, tiba-tiba
cambukku terjatuh. Maka aku katakan kepada teman-temanku, yang dalam keadaan
ihram: Berikan kepadaku cambukku itu! Namun mereka semua berkata: Demi Allah
kami tidak akan membantumu sama sekali. Maka aku pun turun dari kuda untuk
mengambilnya sendiri. Lalu aku naik kuda lagi dan aku temukan keledai dari
belakang yang telah berada di balik sebuah bukit kecil dan akhirnya aku
menikamnya. Setelah aku sembelih, aku membawanya kepada teman-temanku.
Kutawarkan kepada mereka. Sebagian dari mereka berkata: Makanlah! Sedang
sebagian yang lain mengatakan: Jangan kalian makan! Saat itu Nabi saw. berada di
depan kami maka aku gerakkan kudaku dan aku kejar beliau, kemudian bersabda:
Daging itu halal, makanlah!. (Shahih Muslim No.2062)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Hewan yang
disunatkan membunuhnya bagi orang yang ihram dan yang lain baik di tanah haram
atau tanah halal</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Ada empat macam binatang jahat yang boleh dibunuh di tanah halal dan
tanah haram, yaitu burung elang, burung gagak, tikus dan anjing buas. (Shahih
Muslim No.2068)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />Dari Nabi saw. beliau bersabda: Ada lima macam
binatang yang tidak berdosa atas pembunuhnya di tanah haram dan dalam keadaan
ihram, yaitu tikus, kalajengking, burung gagak, burung elang dan anjing buas.
(Shahih Muslim No.2073)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Orang yang
berihram boleh mencukur rambut kepala jika kepalanya sedang sakit dan untuk itu
ia wajib membayar fidyah dan keterangan kadarnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Kaab
bin Ujrah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. mendatangiku pada waktu
perjanjian Hudaibiyah. Ketika aku sedang menyalakan api, Qawariri berkata: Di
bawah periukku, sedang Abu Rabi` berkata: Di bawah kualiku dan banyak sekali
kutu bertaburan di wajahku. Melihat hal itu, beliau bertanya kepadaku: Bukankah
kutu di kepalamu itu menyusahkanmu? Aku jawab: Ya. Beliau bersabda: Cukurlah dan
berpuasalah tiga hari atau berilah makan enam orang miskin atau sembelihlah
seekor kambing. (Shahih Muslim No.2080)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Boleh
berbekam bagi orang yang berihram</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah berbekam dalam keadaan sedang ihram.
(Shahih Muslim No.2087)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Buhainah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah membekam tengah kepalanya ketika beliau
berada di jalan menuju kota Mekah ketika beliau dalam keadaan ihram. (Shahih
Muslim No.2088)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Orang yang
ihram boleh mandi dan mencuci kepala</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Ayyub Al-Anshari ra.: <br />Dari Abdullah bin Hunain, ia berkata: Aku diutus oleh
Abdullah bin Abbas untuk menemui Abu Ayyub Al-Anshari dan aku dapati ia sedang
mandi di antara dua batang pohon dengan bertabir selembar kain. (Abdullah bin
Hunain) berkata: Aku mengucapkan salam kepadanya. Dia bertanya: Siapakah itu?
Aku menjawab: Aku, Abdullah bin Hunain, Ibnu Abbas mengutusku untuk bertanya
kepadamu tentang bagaimana Rasulullah saw. mencuci kepalanya ketika sedang
ihram. Abu Ayyub kemudian menarik pakaian tadi dan menunduk hingga yang tampak
olehku kepalanya saja, lalu berkata kepada seseorang yang menuangkan air:
Siramlah! Si pelayan tadi menyiram kepalanya. Lalu aku lihat dia menggerakkan
kepalanya dengan membolak-balikkan kedua belah tangannya seraya berkata:
Beginilah aku melihat Rasulullah saw. melakukannya. (Shahih Muslim
No.2091)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Ketentuan
bagi orang berihram yang meninggal dunia</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Dari Nabi saw., seorang lelaki jatuh dari untanya sehingga
lehernya patah dan meninggal dunia. Kemudian Nabi saw. bersabda: Mandikanlah ia
dengan daun bidara (sidr), kafanilah ia dengan kedua pakaiannya, dan janganlah
engkau tutup kepalanya, sebab sesungguhnya Allah akan membangkitkannya kembali
pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiah. (Shahih Muslim No.2092)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Orang yang
berihram boleh menyaratkan tahallul dengan alasan sakit dan sebagainya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. masuk di kediaman Dhuba`ah binti
Zubair dan bertanya kepadanya: Apakah engkau tidak ingin pergi haji? Ia
menjawab: Demi Allah, aku melihat diri saya sedang sakit-sakitan. Beliau
bersabda: Berhajilah, ajukan syarat dan katakanlah: Ya Allah, aku akan
bertahallul di mana saja Engkau menghalangi aku. Ketika itu adalah istri Miqdad.
(Shahih Muslim No.2101)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Penjelasan
jenis ihram, boleh ifrad atau tamattu atau qiran dalam melaksanakan haji dan
waktu tahallul orang yang haji qiran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. pada
tahun haji wada, kemudian kami berihram untuk menunaikan umrah (tamattu).
Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang membawa hewan sembelihan,
maka sebaiknya ia berihram haji dan umrah (qiran), dan jangan bertahallul dahulu
hingga ia bertahallul untuk keduanya secara bersamaan. Ternyata setibanya di
Mekah aku datang haid, padahal aku belum tawaf di Baitullah dan belum sai antara
Shafa dan Marwah. Kemudian hal itu aku adukan kepada Rasulullah saw. dan beliau
bersabda: Lepaskanlah jalinan rambut kepalamu dan sisirlah, kerjakanlah ihram
haji dan tinggalkanlah umrah. Lalu saya mengerjakannya. Dan ketika aku selesai
haji, Rasulullah saw. menyuruh saya bersama dengan Abdurrahman bin Abu Bakar
(saudara laki-laki Aisyah) pergi ke Tan`im (untuk berniat ihram umrah di sana),
lalu aku mengerjakan umrah. Beliau bersabda: Ini adalah tempat umrahmu (umrah
saja). Kemudian orang-orang yang umrah melakukan tawaf di Baitullah, lalu sai
antara Shafa dan Marwah, lalu bertahallul. Kemudian mereka melakukan tawaf
(tawaf ifadhah) untuk ibadah haji setelah kembali dari Mina. Adapun mereka yang
menggabung ibadah haji dan umrah, mereka hanya melakukan tawaf satu kali saja.
(Shahih Muslim No.2108)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdurrahman bin Abu Bakar ra.: <br />Bahwa Nabi saw. menyuruhnya untuk
memboncengkan Aisyah pergi ke Tan`im untuk berihram umrah dari sana. (Shahih
Muslim No.2126)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
ra., ia berkata: <br />Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. dalam keadaan
berihram haji ifrad, sedangkan Aisyah ra. untuk berihram umrah. Hingga ketika
kami sampai di Sarif, tiba-tiba ia (Aisyah) datang haid. Sehingga ketika kami
tiba, kami melakukan tawaf di Kakbah dan sai antara Shafa dan Marwah. Rasulullah
saw. menyuruh kami yang tidak membawa hewan sembelihan untuk bertahallul. Kami
bertanya: Apa saja yang dihalalkan? Beliau menjawab: Semuanya sudah dihalalkan.
Maka kami menggauli istri-istri kami, memakai minyak wangi dan berpakaian
lengkap. Sedang antara kami dan hari Arafah ketika itu hanya empat malam saja.
Kemudian kami berihram pada hari Tarwiyah (8 Zulhijah). Kemudian Rasulullah saw.
menemui Aisyah yang sedang menangis. Beliau bertanya: Ada apa dengan dirimu? Ia
menjawab: Aku sedang haid, orang-orang sudah bertahallul, sedang aku belum
bertahallul dan tawaf di Baitullah, bahkan sekarang ini, mereka sedang berangkat
haji. Beliau bersabda: Sesungguhnya masalah ini (haid) sudah merupakan ketentuan
Allah atas setiap wanita anak-cucu Adam, maka mandilah kemudian berihramlah
untuk haji! Lalu ia melaksanakannya (perintah Rasulullah saw.) lalu melaksanakan
manasik haji, hingga ketika sudah suci dari haidnya, ia melakukan tawaf di
Kakbah, sai antara Shafa dan Marwah. Setelah itu beliau bertanya: Bukankah
engkau sudah bertahallul dari haji dan umrahmu sekaligus? Ia menjawab: Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku berniat tidak tawaf di Baitullah sebelum aku
selesai haji. Mendengar itu beliau bersabda kepada Abdurrahman: Hai Abdurrahman,
antarkan dia berniat umrah dari Tan`im. dan itu dilaksanakan pada malam Hashbah
(malam kembalinya jamaah haji dari Mekah setelah hari tasyrik atau setelah
selesai haji). (Shahih Muslim No.2127)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />Dari Atha, ia berkata: Aku mendengar Jabir bin Abdullah
ra. mengatakan: Saat aku bersama beberapa orang, kami para sahabat Muhammad saw.
pernah hanya berihram haji saja. Atha berkata: Jabir berkata: Pada pagi hari
tanggal empat bulan Zulhijah, Nabi saw. datang lalu beliau memerintahkan kepada
kami untuk bertahallul. Atha berkata: Jabir berkata: Bertahallul-lah kalian dan
gauli istri. Atha berkata: Rasulullah tidak mewajibkan mereka, tapi beliau
membolehkannya untuk mereka. Selanjutnya Jabir berkata: Ketika kesempatan kami
tinggal lima hari sebelum berangkat ke Arafah, beliau menganjurkan kami agar
menggauli istri-istri kami. Setelah itu kami berangkat ke Arafah dan kemaluan
kami masih meneteskan mani (maksudnya kami baru saja selesai menggauli istri
kami). Ia berkata: Jabir berkata dengan tangannya seakan-akan aku melihatnya
menggerakkan tangannya, ia berkata: Lalu Nabi saw. berdiri di hadapan kami dan
bersabda: Kalian sudah tahu bahwa sesungguhnya aku adalah orang yang paling
takwa kepada Allah, orang yang paling jujur dan yang paling berbakti di antara
kalian semua. Kalaulah (aku tidak membawa) hewan sembelihanku, niscaya aku akan
bertahallul sebagaimana kalian bertahallul. Seandainya aku tahu dari awal, aku
tentu tidak akan menyembelih hewan sembelihan. Karena itu, maka bertahallul-lah.
Lalu kami semua bertahallul, kami dengar dan kami taati. Atha berkata: Jabir
berkata: Lalu datang Ali dari tempat tugasnya dan bertanya kepada Jabir: Engkau
berniat ihram apa? Ia (Jabir) menjawab: Seperti ihramnya Nabi saw. Kemudian
Rasulullah saw. lalu bersabda kepadanya: Sembelihlah hewan kurban dan tetaplah
engkau dalam keadaan ihram. Kemudian Ali menyembelih hewan sembelihan. Melihat
hal itu Suraqah bin Malik bin Ju`tsum berkata: Wahai Rasulullah, Apakah umrah
itu hanya untuk tahun ini saja ataukah untuk selamanya (sekali saja)? Beliau
menjawab: (Sekali) untuk selamanya. (Shahih Muslim No.2131)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Wukuf dan
firman Allah Taala: Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang
banyak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Pada zaman dahulu, orang-orang Quraisy dan
orang-orang yang seagama dengannya biasa wukuf di Muzdalifah. Mereka dinamakan
dengan Hums (penamaan orang Quraisy untuk keteguhan beragama), padahal orang
Arab, seluruhnya wukuf di Arafah. Ketika Islam datang, Allah Taala menyuruh
Nabi-Nya untuk menuju ke Arafah dan berwukuf di sana kemudian bertolak dari sana
(dari Arafah ke Muzdalifah). Yang demikian itu sesuai dengan firman Allah:
Kemudian kalian bertolaklah dari tempat bertolaknya orang banyak. (Shahih Muslim
No.2140)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Jubair bin Muth`im ra., ia berkata: <br />Aku pernah kehilangan unta, lalu aku
pergi mencarinya pada hari Arafah. Saat itu aku melihat Rasulullah saw. bersama
orang banyak sedang berwukuf di Arafah. Aku berkata: Demi Allah, sesungguhnya
ini yang yang benar-benar Hums (penamaan orang Quraisy untuk keteguhan
beragama), ada urusan apa beliau di sini? Dahulu orang-orang Quraisy termasuk
dalam katagori Hums (ketika mereka wukuf di Muzdalifah). (Shahih Muslim
No.2142)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Penghapusan
tahallul dari ihram dan perintah menyempurnakannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />Aku pernah menemui Rasulullah saw. saat beliau sedang
beristirahat di Bathha'. Beliau bertanya kepadaku: Bukankah engkau sedang
berhaji? Aku menjawab: Betul. Beliau bertanya lagi: Bagaimana engkau melakukan
ihram? Aku menjawab: Aku datang memenuhi panggilan Allah dengan berihram seperti
ihram Nabi saw. Beliau bersabda: Kalau demikian engkau telah melakukan yang
terbaik. Sekarang lakukanlah tawaf di Baitullah, sai antara Shafa dan Marwah,
dan bertahallul-lah. Kemudian aku tawaf di Baitullah sai antara Shafa dan
Marwah. Setelah itu aku menemui seorang wanita dari Bani Qais untuk membantu
mencarikan kutu di kepalaku, baru kemudian aku berihram haji. Aku pernah memberi
fatwa kepada manusia tentang hal sampai masa kekhalifahan Umar bin Khathab.
Suatu hari ada seorang laki-laki datang menemuiku dan berucap: Wahai Abu Musa,
atau wahai Abdullah bin Qais, untuk sementara tahanlah dalulu fatwamu itu.
Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang hendak diperbaharui oleh Amirul
mukminin, Umar bin Khathab tentang ibadah haji ini. Aku lalu memberitahukan
kepada orang-orang yang pernah aku beri fatwa supaya jangan tergesa-gesa
mengamalkan fatwaku, karena Amirul mukminin, Umar bin Khathab akan memberikan
fatwanya kepada kalian, maka ikutilah fatwanya. Tidak lama kemudian Umar ra.
datang, aku laporkan kepadanya mengenai masalah itu, ia berkata: Jika kalian
berpegang teguh pada Kitabullah, maka Kitabullah itu menyuruh kalian untuk
menyempurnakannya. Tetapi jika kalian berpegang teguh pada sunah Rasulullah
saw., maka sesungguhnya Rasulullah saw. tidak bertahallul sebelum hewan
sembelihannya sudah siap di tempat sembelihannya (Mina). (Shahih Muslim
No.2143)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
ra.: <br />Dari Abu Musa bahwa ia pernah memberikan fatwa tentang haji tamattu.
Lalu seorang lelaki berkata kepadanya: Tahanlah dahulu fatwamu itu. Sebab
sesungguhnya engkau belum tahu apa yang akan difatwakan Amirul mukminin nanti
tentang ibadah haji. Lelaki itu kemudian menemui Amirul mukminin Umar bin
Khathab dan menanyakan masalah tersebut kepadanya. Lalu Umar berkata: Aku tahu
bahwa Nabi saw. pernah melakukan hal itu, demikian pula dengan sahabatnya.
Tetapi aku tidak suka mereka masih menggauli istri di daerah Arak, kemudian
mereka berangkat haji dan kepala mereka masih meneteskan air (basah karena mandi
jinabat). (Shahih Muslim No.2145)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Boleh
bertamattu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
ra.: <br />Dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Usman pernah melarang haji
tamattu dan Ali malah memerintahkannya. Suatu hari Usman menemui Ali dan
membicarakan masalah tersebut. Lalu Ali berkata: Engkau sudah tahu bahwa kita
pernah berhaji tamattu bersama Rasulullah saw. Kemudian ia (Usman) menanggapi:
Betul, namun kami merasa khawatir. (Shahih Muslim No.2146)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Imran
bin Hushain ra.: <br />Dari Mutharrif, ia berkata: Imran bin Hushain pernah
berkata kepadaku: Pada hari ini aku akan menceritakan sebuah hadis kepadamu.
Semoga Allah memberikan manfaatnya kepadamu setelah hari ini. Ketahuilah bahwa
Rasulullah saw. pernah memerintahkan sekelompok keluarganya untuk umrah pada
tanggal sepuluh Zulhijah. Dan tidak turun ayat yang menghapus tentang hal itu
(kebolehan bertamattu) dan beliau tidak melarangnya hingga wafat. Masing-masing
orang mempunyai pertimbangan setelah itu (wafatnya Rasulullah) menurut pendapat
sendiri. (Shahih Muslim No.2153)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Wajib
membayar dam bagi orang yang bertamattu. Jika denda tersebut tidak dibayarkan,
maka ia wajib berpuasa selama tiga hari ketika masih dalam ibadah haji dan tujuh
hari ketika ia sudah kembali ke negerinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. haji tamattu pada haji
wada dan menyediakan binatang sembelihan. Beliau menggiring binatang sembelihan
itu dari Dzul Hulaifah. Beliau memulai dengan ihram niat umrah lalu ihram niat
haji (haji tamattu). Para sahabat ikut mengerjakan haji tamattu bersama
Rasulullah saw., mengerjakan umrah dahulu kemudian mengerjakan haji. Sebagian
mereka ada yang menyediakan binatang sembelihan dan menggiringnya bersamanya,
sebagian yang lain tidak menyediakan binatang sembelihan. Ketika Rasulullah saw.
tiba di Mekah, beliau berpidato kepada manusia: Barang siapa di antara kalian
yang telah menyiapkan binatang sembelihan, maka hendaklah jangan bertahallul
dahulu sebelum ia menyelesaikan ibadah hajinya dan barang siapa di antara kalian
yang tidak menyiapkan binatang sembelihan, maka hendaknya ia tawaf di Baitullah,
sai antara Shafa dan Marwah, memendekkan rambut kepala dan bertahallul. Kemudian
nanti hendaklah ia niat ihram haji (pada hari Tarwiyah) dan menyembelih dam.
Sedang barang siapa yang tidak mempunyai binatang sembelihan, maka hendaknya ia
berpuasa tiga hari ketika masih dalam ibadah haji dan tujuh hari ketika sudah
kembali ke keluarganya. Ketika Rasulullah saw. tiba di Mekah, beliau
melaksanakan tawaf. Pertama beliau menyalami hajar Aswad, lalu berlari-lari
kecil sebanyak tiga putaran dari tujuh putaran. Setelah menyelesaikan empat
putaran tawaf di Baitullah, beliau melakukan salat sunat dua rakaat di Maqam
Ibrahim. Sesudah salam, beliau menuju Shafa dan melaksanakan sai antara Shafa
dan Marwah sebanyak tujuh kali. Tetapi beliau tidak tahallul (bebas dari
pekerjaan yang diharamkan selama ihram) hingga beliau menyelesaikan ibadah
hajinya dan menyembelih kurban pada tanggal 10 Zulhijah lalu bertolak untuk
melakukan tawaf ifadhah di Baitullah. Dan setelah itu halal baginya segala yang
semula diharamkan kepada beliau. Orang-orang yang telah menyediakan dan membawa
binatang sembelihan juga melakukan seperti yang dilakukan Rasulullah. (Shahih
Muslim No.2159)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw.: <br />Dari Rasulullah saw., (Aisyah memberitahu)
tentang tamattu yang dilakukan Rasulullah saw., menunggu waktu haji setelah
tahallul dari ihram umrah dan para sahabat juga melakukan haji tamattu bersama
beliau. (Shahih Muslim No.2160)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Penjelasan
bahwa orang yang melaksanakan haji qiran tidak boleh bertahallul kecuali pada
waktu tahallul orang yang melaksanakan haji ifrad</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Hafshah ra., istri Nabi saw. ia bertanya: <br />Wahai Rasulullah, kenapa para
sahabat sudah bertahallul, sementara baginda belum tahallul dari umrah? Beliau
menjawab: Karena aku sudah terlanjur mengucir rambut kepalaku dan mengalungkan
hewan sembelihanku (sudah menyiapkan dan membawanya), jadi aku tidak bertahallul
sebelum berkurban. (Shahih Muslim No.2161)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Penjelasan
mengenai boleh bertahallul karena terkepung dan penjelasan boleh haji
qiran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />Dari Nafi`, bahwa Abdullah bin Umar ra. pergi umrah
sewaktu terjadi kekacauan. (Sebelum berangkar) ia berkata: Jika aku sampai
terhalang mencapai Baitullah, maka aku akan melakukan seperti yang pernah aku
lakukan bersama Rasulullah saw. Kemudian ia berangkat dan niat ihram untuk
umrah. Ia berangkat hingga ketika tiba di Baida, ia berpaling kepada
teman-temannya dan berkata: Tidak ada yang memerintahkan kita kecuali satu, aku
bersaksi di hadapan kalian bahwa telah wajib atas diriku beribadah haji dan
umrah sekaligus. Kemudian ia terus melanjutkan perjalanan hingga tiba di
Baitullah, ia langsung melakukan tawaf sebanyak tujuh putaran dan sai antara
Shafa dan Marwah. Tidak lebih dari itu. Ia berpendapat bahwa hal itu sudah cukup
lalu ia menyembelih binatang dam. (Shahih Muslim No.2164)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Tentang
ifrad dan qiran dalam haji dan umrah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Nabi saw. mengucapkan talbiah haji dan umrah
sekaligus. (Shahih Muslim No.2168)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Tawaf dan
sai yang harus dilakukan oleh orang yang haji setelah tiba di Mekah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />Suatu kali Rasulullah saw. tiba dan langsung melakukan
tawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran, salat sunat dua rakaat di belakang
maqam Ibrahim dan sai antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Sesungguhnya
pada diri Rasulullah saw. terdapat suri teladan yang baik bagi kalian. (Shahih
Muslim No.2172)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Keharusan
tetap berihram dan meninggalkan tahallul bagi orang yang tawaf di Baitullah dan
sai</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Bahwa yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah
saw. ketika tiba di Mekah ialah beliau berwudu lalu tawaf di Baitullah. (Shahih
Muslim No.2173)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Asma
ra.: <br />Dari Abdullah, sahaya Asma binti Abu Bakar bahwa ia pernah mendengar
Asma setiap melewati Hajun, ia berkata: Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat
dan kesejahteraan kepada Rasul-Nya. Sesungguhnya aku pernah singgah bersama
beliau di tempat ini. Saat itu aku membawa sebuah koper kecil yang berisi
perbekalan dan barang-barang lain yang tidak seberapa banyaknya. Kemudian aku
menunaikan umrah bersama saudariku (Aisyah), Zubair, fulan dan fulan. Setelah
menyentuh (tawaf di) Kakbah, kami bertahallul. Kemudian kami berihram haji pada
petang. (Shahih Muslim No.2175)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>23. Haji
tamattu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Nabi saw. berihram umrah dan para sahabat berihram
haji. Kemudian Nabi saw. dan beberapa orang sahabat yang kebetulan membawa hewan
sembelihan belum bertahallul, sedangkan yang lainnya sudah bertahallul. Thalhah
bin Ubaidillah termasuk yang membawa hewan sembelihan maka ia belum bertahallul.
(Shahih Muslim No.2177)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>24. Boleh
mengerjakan umrah pada bulan-bulan haji</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Orang-orang jahiliyah dahulu berpandangan bahwa umrah
pada bulan-bulan haji termasuk dosa yang paling besar di muka bumi. Mereka
merubah bulan Muharam menjadi bulan Safar dan mengatakan: Jika kepenatan telah
sirna, bekas telapak kaki sudah hilang dan bulan Safar sudah habis, maka orang
yang ingin umrah sudah boleh mengerjakan umrah. Pada pagi hari tanggal empat
(Zulhijah), Nabi saw. dan para sahabatnya tiba dalam keadaan berihram haji.
Selanjutnya beliau memerintahkan mereka untuk merubah ihram mereka menjadi ihram
umrah. Namun hal itu terasa berat bagi mereka dan mereka berkata: Wahai
Rasulullah, apa saja yang sudah dihalalkan? Beliau menjawab: Semuanya sudah
dihalalkan. (Shahih Muslim No.2178)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>25. Memberi
kalung dan tanda pada binatang sembelihan ketika hendak ihram</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. melakukan salat Zuhur di Dzul
Hulaifah. Kemudian minta tolong agar diambilkan untanya. Selanjutnya beliau
memberi tanda pada bagian punuk unta sebelah kanan, membersihkan hewan dam,
mengalungkan lehernya dengan sepasang sandal. Lalu beliau menaiki unta
tunggangannya. Ketika tiba di Baida beliau berniat haji. (Shahih Muslim
No.2184)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>26. Berpangkas
dalam (tahallul) umrah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Muawiyah berkata kepadaku: Tahukah engkau bahwa aku
pernah memangkas rambut Rasulullah saw. dengan ujung anak panah yang tajam di
Marwah? Aku berkata kepadanya: Aku tidak tahu kecuali hanya suatu alasan yang
akan memberatkan engkau. (Shahih Muslim No.2188)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>27. Ihram Nabi
saw. dan waktu menyembelih kurban</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />Bahwa Ali telah tiba dari Yaman, Lalu Nabi saw. bertanya kepadanya:
Bagaimana engkau niat ihram? Ia menjawab: Aku niat ihram seperti yang dilakukan
Nabi saw. Beliau bersabda: Seandainya aku tidak membawa hewan sembelihan,
niscaya aku sudah tahallul. (Shahih Muslim No.2193)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. niat ihram umrah dan haji
dengan ucapan: Labbaika umratan wa hajjan, labbaika umratan wa hajjan (Aku
penuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah dan haji. Aku penuhi
panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah dan haji). (Shahih Muslim
No.2194)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>28. Penjelasan
tentang jumlah dan waktu umrah yang pernah dilakukan Nabi saw.</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah empat kali menunaikan umrah. Semuanya
dilakukan pada bulan Zulkaidah, kecuali yang bersamaan dengan haji, yaitu umrah
dari Hudaibiyah atau yang terjadi pada masa peristiwa Hudaibiyah pada bulan
Zulkaidah, ibadah umrah tahun berikutnya pada bulan Zulkaidah, ibadah umrah dari
Ji`ranah ketika beliau membagi-bagikan rampasan perang Hunain pada bulan
Zulkaidah dan umrah yang dihimpun dengan haji. (Shahih Muslim No.2197)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Zaid
bin Arqam ra.: <br />Dari Abu Ishak, ia berkata: Aku bertanya kepada Zaid bin
Arqam: Berapa kali engkau ikut perang bersama Rasulullah saw.? Zaid menjawab:
Tujuh belas kali. Selanjutnya Zaid bin Arqam bercerita kepadaku bahwa Rasulullah
saw. telah berperang sebanyak sembilan belas kali dan bahwa beliau menunaikan
satu kali haji setelah hijrah, yaitu haji wada. (Shahih Muslim No.2198)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Dari Urwah bin Zubair, ia berkata: Aku dan Ibnu Umar pernah
duduk bersandar di kamar Aisyah dan saat itu kami mendengar suara siwaknya yang
ia gunakan. Aku bertanya kepada temanku: Wahai Abu Abdurrahman, pernahkah Nabi
saw. menunaikan umrah pada bulan Rajab? Dia menjawab: Pernah. Selanjutnya aku
bertanya kepada Aisyah: Wahai Ummul mukminin, bukankah engkau mendengar apa yang
dikatakan oleh Abu Abdurrahman? Ia berkata: Apa yang ia katakan? Aku menjawab:
Dia mengatakan bahwa Nabi saw. pernah menunaikan umrah pada bulan Rajab. Ia
berkata: Semoga Allah mengampuni Abu Abdurrahman. Aku bersumpah, beliau tidak
pernah menunaikan umrah pada bulan Rajab. Dan tidak pernah beliau menunaikan
umrah, kecuali ia (Ibnu Umar) selalu bersamanya. Ia (Urwah bin Zubair) berkata,
saat itu Ibnu Umar mendengar bahwa ia (Ibnu Umar) tidak mengatakan "tidak" atau
"ya", ia hanya diam. (Shahih Muslim No.2199)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>29. Keutamaan
umrah di bulan Ramadan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Dari Atha, dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah saw. bertanya
kepada seorang wanita dari Ansar, di mana Ibnu Abbas pernah menyebutkannya,
kemudian lupa, kata beliau: Apa yang menghalangi engkau pergi haji bersama kami?
Wanita itu menjawab: Tidak ada yang menghalangiku, kecuali karena dua unta kami.
Suami dan anaknya pergi haji dengan mengendarai seekor unta dan yang seekor lagi
ditinggal untuk diurus, maka aku mengurus unta itu. Beliau lalu bersabda:
Apabila tiba bulan Ramadan, maka berumrahlah engkau, sesungguhnya umrah pada
bulan tersebut (pahalanya) sebanding dengan (pahala) haji. (Shahih Muslim
No.2201)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>30. Sunat
memasuki kota Mekah dari dataran tinggi dan keluar melalui dataran rendah. Masuk
ke suatu negeri tidak dari jalan ia keluar dari negeri tersebut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. biasa keluar lewat jalan Syajarah dan masuk
lewat jalan Mu`arras. Jika masuk ke kota Mekah, beliau masuk lewat dataran
tinggi dan keluar lewat dataran rendah. (Shahih Muslim No.2203)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. ketika datang ke Mekah, beliau memasukinya lewat
dataran tingginya dan keluar lewat dataran rendahnya. (Shahih Muslim
No.2204)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>31. Sunat
menginap di Dzi Thuwa apabila akan memasuki Mekah, mandi terlebih dahulu, dan
sebaiknya memasukinya pada siang hari</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bermalam
di Dzi Thuwa sampai pagi. (Setelah itu) beliau masuk ke kota Mekah. (Shahih
Muslim No.2206) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
menghadap dua jalan gunung yang terletak di antara beliau dan gunung panjang
(mengarah) ke Kakbah, dan mesjid yang dibangun di sebelah kiri mesjid yang
berada di ujung bukit, sedang tempat salat Rasulullah saw. berada di bawahnya,
yaitu kira-kira sepuluh hasta dari bukit tersebut. Kemudian beliau salat
menghadap dua celah gunung panjang yang terletak antara engkau dan Kakbah.
(Shahih Muslim No.2209) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>32. Sunat jalan
cepat dalam tawaf dan umrah sera dalam tawaf pertama dari haji</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. jika melakukan tawaf di Baitullah sebagai
tawaf pertama dalam haji dan umrah, maka beliau berlari-lari kecil sebanyak tiga
putaran dan berjalan biasa sebanyak empat putaran. Lalu beliau melakukan sai
antara Shafa dan Marwah. (Shahih Muslim No.2210)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Dari Abu Thufail, ia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas:
Bagaimana pendapatmu tentang lari-lari kecil di Baitullah tiga putaran dan jalan
biasa sebanyak empat putaran, apakah hukumnya sunat? Kaummu menyangka bahwa hal
itu adalah sunat. Ia (Ibnu Abbas) menjawab: Mereka benar dan juga tidak benar.
Ia (Abu Thufail) bertanya: Apa maksud ucapanmu: mereka benar dan mereka tidak
benar? Ia (Ibnu Abbas) menjawab: Bahwa ketika Rasulullah saw. tiba di Mekah,
orang-orang musyrik berkata dengan ejekan bahwa Muhammad dan para sahabatnya
tidak mampu melakukan tawaf di Baitullah. Mereka hasad kepada beliau. Lalu
Rasulullah saw. memerintahkan para sahabatnya untuk lari-lari kecil sebanyak
tiga putaran dan berjalan biasa sebanyak empat putaran. Ia (Abu Thufail)
bertanya kepadanya: Kabarkan kepadaku tentang sai antara Shafa dan Marwah sambil
naik kendaraan, apakah hukumnya sunat? Karena kaummu menyangka bahwa hal itu
hukumnya sunat. Ia (Ibnu Abbas) menjawab: Mereka benar dan mereka tidak benar.
Aku (Abu Thufail) bertanya: Apa maksud ucapanmu: Mereka benar dan mereka tidak
benar? Ia (Ibnu Abbas) menjawab: Bahwa Rasulullah saw. pernah dikerumuni orang
banyak, mereka berkata: Ini Muhammad. Ini Muhammad, sampai gadis-gadis tanggung
keluar dari rumahnya. Rasulullah saw. tidak menghiraukan orang banyak dan ketika
semakin banyak, beliau naik hewan tunggangan dan (namun) berjalan kaki dan jalan
cepat (dalam sai) itu lebih utama. (Shahih Muslim No.2217)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>33. Sunat
mengusap dua pojok Yamani saat tawaf, bukan dua pojok lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />Aku tidak pernah melihat Rasulullah
mengusap sesuatu yang ada di Baitullah, kecuali dua pojok Yamani. (Shahih Muslim
No.2222)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>34. Sunat
mencium Hajar Aswad dalam tawaf</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Khathab ra.: <br />Ketika Umar bin Khathab mencium Hajar Aswad (batu hitam),
ia berkata: Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu,
seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw. menciummu, niscaya aku tidak akan
menciummu. (Shahih Muslim No.2228)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>35. Boleh tawaf
dengan naik unta dan lainnya dan boleh menyalami Hajar Aswad dengan menggunakan
tongkat dan lainnya bagi yang naik kendaraan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. tawaf dalam haji wada di atas seekor unta.
Beliau mengusap batu dengan menggunakan tongkat (yang ujungnya bengkok). (Shahih
Muslim No.2233)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra., ia berkata: <br />Aku mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa aku sakit.
Beliau bersabda: Lakukanlah tawaf di belakang orang-orang dengan naik kendaraan.
Kemudian aku tawaf dan saat itu Rasulullah saw. sedang salat di samping
Baitullah dengan membaca surat At-Thur. (Shahih Muslim No.2238)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>36. Keterangan
bahwa sai antara Shafa dan Marwah merupakan rukun yang harus dilakukan dalam
ibadah haji</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Dari Urwah ra. bahwa ia berkata: Aku berkata kepada Aisyah ra.:
Aku menyangka bahwa orang seandainya ia tidak sai antara Shafa dan Marwah, apa
akibatnya. Ia (Aisyah) bertanya: Kenapa? Aku jawab: Karena Allah Taala
berfirman: Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syiar Allah,
sampai akhir ayat. Ia (Aisyah) berkata: Allah tidak menganggap telah sempurna
haji dan umrah seseorang yang tidak sai antara Shafa dan Marwah. Kalau benar
yang engkau katakan, niscaya tidak ada dosa bagi orang yang tidak sai antara
kedua tempat tersebut. Apakah engkau tahu, sebab turunnya ayat itu? Sesungguhnya
pada zaman jahiliyah, orang-orang Ansar niat haji untuk dua berhala yang berada
di tepi laut yang bernama Isaf dan Nailah. Kemudian mereka datang dan melakukan
sai antara Shafa dan Marwah, lalu mencukur rambut. Ketika Islam datang, mereka
enggan melakukan sai antara kedua tempat tersebut karena kebiasaan yang telah
mereka lakukan pada masa jahiliyah. Ia (Aisyah) melanjutkan: Maka Allah Yang
Maha Mulia lagi Maha Agung menurunkan ayat: Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu
adalah sebahagian dari syiar Allah, sampai akhir ayat. Ia (Aisyah) berkata: Lalu
mereka mau melakukan sai. (Shahih Muslim No.2239)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Kaum Ansar enggan melakukan sai antara Shafa dan Marwah
sampai turun ayat: Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah sebahagian syiar
Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tiada
berdosa untuk melakukan sai antara keduanya. (Shahih Muslim
No.2243)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>37. Sunat untuk
selalu membaca talbiah bagi yang haji sampai melontar jumrah Aqabah pada hari
raya Kurban</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Usamah bin Zaid ra., ia berkata: <br />Aku membonceng Rasulullah dari Arafah.
Ketika Rasulullah saw. sampai di lereng kiri sebelum Muzdalifah, beliau turun
dari unta lalu buang air kecil. Kemudian aku tuangkan air untuk berwudu dan
beliau berwudu secukupnya. Lalu aku bertanya: Mau melaksanakan salat wahai
Rasulullah? Beliau menjawab: Salat akan dilaksanakan nanti di depanmu (di
Muzdalifah). Beliau lalu naik hewan tunggangannya hingga tiba di Muzdalifah dan
salat. Kemudian Fadhel membonceng Nabi di atas unta beliau menuju Jami` esok
harinya. (Shahih Muslim No.2245)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. senantiasa bertalbiah hingga
beliau tiba di jumrah Aqabah. (Shahih Muslim No.2246)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>38. Talbiah dan
takbir ketika berangkat dari Mina menuju Arafah pada hari Arafah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Dari Muhammad bin Abu Bakar As-Tsaqafi, bahwa dalam suatu
perjalanan dari Mina ke Arafah, ia bertanya kepada Anas bin Malik: Apa yang
dahulu kalian lakukan pada hari ini Rasulullah saw.? Ia (Anas) menjawab: Di
antara kami ada yang bertalbiah dan beliau tidak mengingkarinya. Di antara kami
ada yang membaca takbir dan beliau tidak mengingkarinya. (Shahih Muslim
No.2254)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>39. Bertolak
dari Arafah ke Muzdalifah, dan sunat menjamak (menggabung) salat Magrib dan
Isyak di Muzdalifah pada malam tersebut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bertolak dari Arafah, sementara Usamah
membonceng di belakang beliau. Usamah berkata: Beliau terus berjalan sampai tiba
di Jami`. (Shahih Muslim No.2262)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Usamah bin Zaid ra.: <br />Dari Urwah bin Zubair, ia berkata: Usamah bin Zaid
ditanya dan saya menyaksikan, atau ia berkata: Aku bertanya kepada Usamah bin
Zaid, karena Rasulullah saw. pernah memboncengkannya ketika berangkat dari
Arafah. Aku berkata: Bagaimana Rasulullah saw. melakukan perjalanan ketika
bertolak dari Arafah. Ia (Usamah) menjawab: Beliau berjalan tidak cepat dan
tidak lambat, jika sampai pada tempat yang lapang, beliau berjalan cepat.
(Shahih Muslim No.2263)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Ayyub ra.: <br />Bahwa ia pernah salat Magrib dan Isyak bersama Rasulullah saw. di
Muzdalifah pada haji wada. (Shahih Muslim No.2264)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>40. Sunat
melakukan salat Subuh agak dini pada hari raya Kurban di Muzdalifah, jika fajar
sudah jelas</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />Aku tidak pernah menyaksikan Rasulullah
saw. mengerjakan salat, selain pada waktunya, kecuali dua salat, yakni salat
Magrib dan salat Isyak di Jami` dan pada waktu itu beliau melakukan salat fajar
sebelum waktunya. (Shahih Muslim No.2270)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>41. Sunat
mendahulukan wanita yang lemah berangkat dari Muzdalifah ke Mina pada akhir
malam manusia berdesakan dan untuk selain mereka sunat berhenti (bermalam) di
Muzdalifah hingga mereka melaksanakan salat Subuh</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Pada suatu malam di Muzdalifah, Saudah meminta izin
kepada Rasulullah saw. untuk bertolak lebih dahulu sebelum beliau dan sebelum
manusia berdesakan karena ia wanita tsabithah. Qasim berkata: Maksud tsabithah
adalah gemuk. Beliau mengizinkannya. Lalu ia (Saudah) bertolak lebih dahulu
sebelum beliau dan kami harus menunggu sampai pagi hari lalu bertolak bersama
beliau. Jika aku minta izin kepada Rasulullah saw. sebagaimana Saudah telah
meminta izin, maka aku berangkat dengan izinnya itu lebih aku sukai dari sesuatu
yang paling menyenangkan. (Shahih Muslim No.2271)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Asma
ra.: <br />Dari Abdullah, anak angkat Asma, ia berkata: Pada waktu Asma berada di
Muzdalifah, ia berkata: Apakah rembulan telah tenggelam? Aku menjawab: Belum.
Kemudian ia salat dan bertanya lagi: Wahai anakku, apakah rembulan telah
tenggelam? Aku jawab: Ya. Maka ia berkata: Ayolah pergi bersamaku. Maka kami
berangkat hingga ia melempar jumrah, kemudian salat di rumahnya dan aku bertanya
kepadanya: Bukankah ini masih terlalu malam. Ia menjawab: Tidak wahai anakku,
sesungguhnya Nabi saw. telah mengizinkan untuk wanita. (Shahih Muslim
No.2274)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Pada suatu malam aku diutus Rasulullah membawa barang
dan bekal perjalanan dari Jami`. (Shahih Muslim No.2277)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />Dari Salim bin Abdullah, bahwa Abdullah bin Umar
mendahulukan keluarganya yang lemah untuk berangkat dan pada malam harinya
mereka berhenti di Masy`arilharam di Muzdalifah. Lalu mereka berzikir kepada
Allah. Kemudian mereka berangkat sebelum imam berdiri (salat Subuh) dan sebelum
bertolak (meninggalkan Muzdalifah). Di antara mereka ada yang langsung menuju
Mina untuk menunaikan salat Subuh (di sana) dan sebagian tiba setelah itu.
Ketika semua sudah tiba, mereka melontar jumrah (Aqabah). Ibnu Umar berkata
bahwa Rasulullah saw. telah memberikan keringanan untuk mereka. (Shahih Muslim
No.2281)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>42. Melontar
jumrah Aqabah dari tengah lembah dan kota Mekah berada di sebelah kiri serta
membaca takbir setiap lontaran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />Dari Abdurrahman bin Yazid ra., ia berkata: Abdullah
(bin Masud) melontar jumrah (Aqabah) dari tengah lembah. Aku berkata: Wahai Abu
Abdurrahman, manusia melontar jumrah dari atasnya. Abdullah bin Masud berkata:
Demi Zat (Allah) yang tidak ada Tuhan selainnya, itulah tempat orang yang
diturunkan surat Al-Baqarah. (Shahih Muslim No.2282)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>43. Keutamaan
mencukur dari memangkas dan boleh memangkas</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />Rasulullah saw. mencukur gundul rambutnya dan
sebagian sahabatnya juga mencukur gundul. Sahabat yang lain hanya memangkas.
Abdullah berkata bahwa Rasulullah berdoa: "Mudah-mudahan Allah merahmati
orang-orang yang mencukur bersih rambutnya", satu atau dua kali. Kemudian beliau
berdoa: "Dan orang-orang yang hanya memendekkan". (Shahih Muslim No.2292)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. berdoa: "Ya Allah, ampunilah
orang-orang yang mencukur bersih rambutnya". Para sahabat berkata: Wahai
Rasulullah, dan orang-orang yang memangkasnya. Beliau berdoa: "Ya Allah,
ampunilah orang-orang yang mencukur bersih rambutnya". Mereka berkata: Wahai
Rasulullah, dan kepada orang-orang yang memangkasnya. Beliau berdoa: "Ya Allah,
ampunilah orang-orang yang mencukur bersih rambutnya". Kembali berkata lagi:
Wahai Rasulullah, dan juga orang-orang yang hanya memangkasnya. Beliau berdoa:
"Dan orang-orang yang hanya memangkasnya". (Shahih Muslim No.2295)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. mencukur bersih rambut kepalanya pada haji
wada. (Shahih Muslim No.2297)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>44. Keterangan
bahwa yang disunatkan pada hari Kurban adalah melontar terlebih dahulu, kemudian
berkurban, kemudian mencukur. Dalam mencukur hendaknya dimulai dari sebelah
kanan kepala orang yang dicukur</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. tiba di Mina, lalu menuju jumrah
(Aqabah) dan melontarnya. Kemudian beliau kembali ke kediamannya di Mina lalu
menyembelih kurban. Kemudian beliau bersabda kepada tukang cukur: Mulailah ini,
sambil menunjuk pada bagian kanan kepalanya, kemudian yang kiri. Kemudian beliau
memberikannya kepada para sahabat. (Shahih Muslim No.2298)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>45. Hukum orang
yang bercukur sebelum berkurban atau berkurban sebelum melontar jumrah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: <br />Pada haji Wada Rasulullah saw.
pernah berhenti di daerah Mina agar para sahabat dapat bertanya kepada beliau.
Kemudian datanglah seorang lelaki bertanya: Wahai Rasulullah! Tanpa sadar aku
telah bercukur sebelum menyembelih kurban. Beliau menjawab: Tidak apa-apa,
sembelihlah kurbanmu! Kemudian datang lagi lelaki lain bertanya: Wahai
Rasulullah! Tanpa sadar aku telah menyembelih kurban sebelum melontar. Beliau
menjawab: Tidak apa-apa, melontarlah! Dia (Abdullah bin Amru bin Ash)
melanjutkan: Setiap kali Rasulullah saw. ditanya tentang suatu perkara yang
didahulukan atau diakhirkan, beliau menjawab: Tidak apa-apa, kerjakanlah!.
(Shahih Muslim No.2301)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah ditanya mengenai masalah mendahulukan dan
mengakhirkan penyembelihan kurban, mencukur serta melontar lalu beliau menjawab:
Tidak apa-apa. (Shahih Muslim No.2306)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>46. Sunah tawaf
ifadah pada hari Kurban</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Dari Abdul Aziz bin Rufai` ia berkata: Aku pernah bertanya
kepada Anas bin Malik ra.: Ceritakanlah kepadaku tentang sesuatu yang kamu
ketahui dari Rasulullah saw., di manakah beliau melakukan salat Zuhur pada hari
Tarwiah? Anas menjawab: Di Mina. Aku bertanya lagi: Di manakah beliau melakukan
salat Asar pada hari Nafar? Anas menjawab: Di Abthah. Kerjakanlah seperti yang
dikerjakan oleh pemimpin-pemimpinmu. (Shahih Muslim No.2308)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>47. Sunah
berhenti dan melakukan salat di Muhashab pada hari Nafar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Nabi saw., Abu Bakar dan Umar pernah berhenti di Abthah.
(Shahih Muslim No.2309)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Berhenti di daerah Abthah tidak termasuk sunah,
karena Rasulullah berhenti di sana disebabkan tempat itu lebih memudahkan
keberangkatan beliau apabila ingin bertolak kembali. (Shahih Muslim No.2311)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Berhenti di Muhashab itu tidak termasuk apa-apa
karena ia hanya sebuah tempat yang pernah disinggahi oleh Rasulullah saw..
(Shahih Muslim No.2313)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Insya Allah, besok hari
kita akan singgah di lembah Bani Kinanah, tempat mereka saling berjanji untuk
tetap dalam kekafiran. (Shahih Muslim No.2315)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>48. Wajib
bermalam di Mina pada hari-hari tasyrik dan dibolehkan tidak bermalam bagi orang
yang bertugas memberi minum</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Abbas bin Abdul Muthalib pernah meminta izin kepada
Rasulullah saw. untuk bermalam di Mekah pada malam-malam mabit di Mina karena
tugas memberi minuman lalu beliau mengizinkannya. (Shahih Muslim
No.2318)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>49.
Menyedekahkan daging kurban, kulit dan bagiannya yang terbaik</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah menyuruhku untuk mengurusi hewan
kurbannya, menyedekahkan dagingnya, kulitnya serta bagian-bagiannya yang terbaik
dan melarangku memberikannya kepada tukang jagal. Beliau bersabda: Kita akan
memberinya dari yang kita miliki. (Shahih Muslim No.2320)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>50. Berserikat
dalam berkurban dan satu ekor sapi atau unta cukup untuk tujuh orang</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />Pada tahun Hudaibiah kami berkurban bersama
Rasulullah saw. dengan seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh
orang pula. (Shahih Muslim No.2322)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>51. Menyembelih
unta dalam keadaan berdiri dan terikat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa ia menghampiri seorang lelaki yang sedang menyembelih
untanya dalam keadaan menderum lalu ia (Ibnu Umar) berkata: Bangunkanlah agar
dalam keadaan berdiri dan terikat karena demikianlah sunah Nabi kamu sekalian.
(Shahih Muslim No.2330)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>52. Sunah
mengirimkan hewan kurban ke Tanah Haram (Mekah) bagi orang yang tidak ingin
pergi ke sana dan sunah mengalunginya serta memintal tali kalungnya dan bahwa
pengirimnya tidak menjadi seorang yang berihram sehingga tidak ada yang
diharamkan atasnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah mengirim hewan kurban dari
Madinah sehingga akulah yang memintal tali kalung hewan kurbannya itu kemudian
beliau tidak menjauhi apapun yang dijauhi oleh orang yang berihram. (Shahih
Muslim No.2331)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>53. Boleh
menunggangi hewan kurban bagi orang yang membutuhkannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. melihat seorang lelaki menuntun seekor
unta, lalu beliau berkata: Naikilah! Lelaki itu menjawab: Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya ia adalah seekor unta kurban. Beliau berkata lagi: Naikilah! Bodoh
amat kamu! Dalam sabdanya yang kedua atau yang ketiga. (Shahih Muslim
No.2342)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. melewati seorang lelaki yang sedang
menuntun seekor unta, kemudian beliau berkata: Naikilah! Lelaki itu menjawab:
Sesungguhnya ia adalah seekor unta kurban. Beliau berkata lagi: Naikilah! Beliau
mengulangi perkataannya itu dua atau tiga kali. (Shahih Muslim
No.2344)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>54. Wajib tawaf
wada, kecuali bagi wanita yang haid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Orang-orang (yang melaksanakan ibadah haji) berpencar
untuk kembali ke tempat masing-masing, lalu Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada
seorang pun yang meninggalkan Baitullah sebelum mengakhiri dengan bertawaf di
Baitullah. (Shahih Muslim No.2350)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>55. Sunah
memasuki Kakbah bagi orang yang menunaikan ibadah haji dan yang lainnya serta
salat di dalamnya dan berdoa pada setiap sudutnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Bilal
ra.: <br />Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki Kakbah
bersama Usamah, Bilal dan Usman bin Thalhah Al-Hajabi kemudian beliau menutup
pintunya lalu berdiam di dalam. Ibnu Umar berkata: Aku bertanya kepada Bilal
ketika sudah keluar: Apa yang dilakukan Rasulullah? Dia menjawab: Beliau
mengambil tempat di mana dua tiang di sebelah kirinya, satu tiang lagi di
sebelah kanan serta tiga tiang yang lain di belakang beliau karena saat itu
terdapat enam buah tiang di dalam Baitullah, selanjutnya beliau mengerjakan
salat. (Shahih Muslim No.2358)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Usamah bin Zaid ra.: <br />Bahwa Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami, ia berkata:
Aku bertanya kepada Atha: Apakah kamu pernah mendengar Ibnu Abbas berkata:
Sesungguhnya kamu sekalian hanya diperintahkan untuk bertawaf dan tidak
diperintahkan untuk masuk ke dalamnya? Atha berkata: Ibnu Abbas tidak melarang
orang memasukinya tetapi aku pernah mendengar ia berkata: Usamah bin Zaid
mengabarkan kepadaku, bahwa Nabi saw. ketika memasuki Baitullah, beliau berdoa
di setiap sudutnya dan tidak mengerjakan salat sampai beliau keluar. Setelah
keluar beliau salat dua rakaat di bagian muka Baitullah lalu bersabda: Ini
adalah kiblat. Kemudian aku bertanya kepada Usamah bin Zaid: Apakah yang
dimaksud dengan sudut-sudutnya itu, pojok-pojoknyakah? Usamah bin Zaid menjawab:
Tetapi setiap sudut yang menghadap ke kiblat adalah termasuk Baitullah. (Shahih
Muslim No.2364)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki Kakbah yang di dalamnya
terdapat enam buah tiang lalu beliau berdiri di dekat sebuah tiang dan berdoa
tanpa mengerjakan salat. (Shahih Muslim No.2365)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abu Aufa ra.: <br />Dari Isma`il bin Abu Khalid, ia berkata: Aku
pernah bertanya kepada Abdullah bin Abu Aufa ra., seorang sahabat Rasulullah:
Apakah Nabi saw. pernah memasuki Baitullah ketika menunaikan ibadah umrah? Dia
menjawab: Tidak. (Shahih Muslim No.2366)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>56. Tentang
peruntuhan Kakbah dan pembangunannya kembali</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah berkata kepadaku: Kalau tidak karena
kaummu baru saja meninggalkan kekufuran, niscaya aku telah meruntuhkan Kakbah
lalu membangunnya kembali di atas fondasi Ibrahim as. Sebab orang-orang Quraisy
dahulu ketika membangun Baitullah tidak menyempurnakannya. Dan aku juga akan
membuat sebuah pintu belakang. (Shahih Muslim No.2367)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>57. Menghajikan
orang yang lemah karena penyakit yang menahun, lanjut usia atau wafat dan
sebagainya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abbas ra.: <br />Fadhl bin Abbas pernah dibonceng Rasulullah,
tiba-tiba datanglah seorang wanita dari suku Khats`am menghampiri beliau untuk
bertanya. Lalu mulailah Fadhl memandang ke arah wanita itu dan wanita itu juga
memandang ke arahnya kemudian Rasulullah mengalihkan wajah Fadhl ke arah lain.
Wanita itu berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kewajiban Allah atas
hamba-hamba-Nya untuk menunaikan ibadah haji diwajibkan ketika ayahku sudah
lanjut usia sehingga tidak mampu bertahan duduk di atas unta tunggangan. Apakah
aku harus menghajikannya? Beliau menjawab: Ya! Peristiwa itu terjadi ketika haji
Wada. (Shahih Muslim No.2375)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Fadhl
ra.: <br />Bahwa seorang wanita suku Khats`am pernah bertanya: Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya ayahku sudah lanjut usia yang masih menanggung kewajiban ibadah,
padahal ia tidak mampu bertahan duduk di atas punggung untanya? Nabi saw.
menjawab: Berhajilah atas namanya. (Shahih Muslim No.2376)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>58. Haji
diwajibkan hanya sekali dalam seumur hidup</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah pernah berpidato di hadapan kami,
beliau berkata: Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ibadah haji
atas kamu sekalian, maka berhajilah! Seorang lelaki bertanya: Apakah setiap
tahun, wahai Rasulullah? Beliau diam tidak menjawab. Sehingga lelaki itu
mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali. Rasulullah saw. kemudian menjawab:
Jika aku katakan "ya", niscaya akan wajib setiap tahun dan kamu sekalian tidak
akan mampu melaksanakannya. Beliau melanjutkan: Biarkanlah apa yang telah aku
katakan kepada kamu sekalian! Sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah binasa
karena mereka banyak bertanya dan berselisih dengan nabi-nabinya. Maka apabila
aku memerintahkan sesuatu kepada kamu sekalian, laksanakanlah sesuai dengan
kemampuanmu dan jika aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian, janganlah kamu
kerjakan!. (Shahih Muslim No.2380)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>59. Tentang
kepergian seorang wanita yang harus disertai muhrimnya baik untuk ibadah haji
atau lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita tidak boleh pergi
selama tiga hari kecuali bersama muhrimnya. (Shahih Muslim No.2381)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu sekalian
bepergian selain menuju ke tiga mesjid; mesjidku ini, Masjidilharam dan
Masjidilaksa. Aku juga pernah mendengar beliau bersabda: Janganlah seorang
wanita bepergian selama dua hari kecuali bersama muhrim atau suaminya. (Shahih
Muslim No.2383)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Tidak halal bagi seorang
wanita muslimah bepergian selama satu malam kecuali bersama seorang lelaki
muhrimnya. (Shahih Muslim No.2386)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. telah bersabda: Tidak halal
bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari kiamat untuk bepergian
selama tiga hari dan seterusnya kecuali bersama ayah, anak, suami, saudara, atau
mahramnya yang lain. (Shahih Muslim No.2390)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Aku pernah mendengar Nabi saw. berpidato: Janganlah
sekali-kali seorang lelaki berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali
wanita itu bersama mahramnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali
bersama mahramnya. Tiba-tiba seorang lelaki bangkit berdiri dan berkata: Wahai
Rasulullah, sesungguhnya istriku pergi untuk menunaikan ibadah haji, sedangkan
aku terkena kewajiban mengikuti peperangan ini. Beliau bersabda: Berangkatlah
untuk berhaji bersama istrimu!. (Shahih Muslim No.2391)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>60. Doa ketika
pulang dari perjalanan menunaikan ibadah haji atau yang lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />Bila Rasulullah saw. pulang dari peperangan ekspedisi,
ibadah haji atau ibadah umrah lalu melewati jalan setapak atau tempat yang
tinggi, beliau membaca takbir tiga kali dan berdoa: Tiada Tuhan melainkan Yang
Esa tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji.
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kami pulang, bertobat, mengabdi, bersujud,
dan kami memuji kepada Tuhan kami. Allah telah menepati janji-Nya, menolong
hamba-Nya, dan mengalahkan sekutu musuh dengan sendiri-Nya. (Shahih Muslim
No.2394)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Kami pernah berangkat pulang bersama Rasulullah,
Abu Thalhah dan Shafiah yang dibonceng di belakang unta beliau sampai ketika
kami telah menjelang Madinah, beliau berdoa: Kami pulang, bertobat, mengabdi dan
kami memuji kepada Tuhan kami. Beliau selalu membaca doa itu sampai kami tiba di
Madinah. (Shahih Muslim No.2395)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>61. Tentang
singgah di Dzul Hulaifah dan melakukan salat di sana ketika seseorang pulang
dari ibadah haji atau umrah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah menderumkan untanya di
tanah lapang Dzul Hulaifah untuk salat di sana. (Shahih Muslim No.2396)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah didatangi malaikat ketika sedang
beristirahat di Dzul Hulaifah kemudian dikatakan kepada beliau: Sesungguhnya
engkau berada di tanah lapang yang penuh berkah. (Shahih Muslim
No.2399)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>62. Tentang
orang musyrik tidak boleh haji Baitullah, dan orang yang telanjang bulat tidak
boleh tawaf Baitullah serta penjelasan tentang hari haji akbar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Abu Bakar Sidik mengutus aku pada musim haji di
mana ia diangkat Rasulullah saw. sebagai pemimpin rombongan sebelum haji Wada
bersama beberapa orang yang lain untuk mengumumkan kepada manusia pada hari
Nahar: Tidak boleh orang musyrik melaksanakan haji setelah tahun ini dan tidak
boleh orang yang telanjang bulat tawaf di Baitullah!. (Shahih Muslim
No.2401)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>63. Keutamaan
haji, umrah dan hari Arafah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Ibadah umrah sampai umrah
berikutnya sebagai kafarat untuk dosa di antara keduanya dan haji yang mabrur
tidak ada balasannya kecuali surga. (Shahih Muslim No.2403)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. telah bersabda: Barang siapa
datang (haji) ke Baitullah ini lalu tidak berbicara kotor dan tidak berbuat
maksiat, maka ia akan kembali seperti ketika dilahirkan oleh ibunya. (Shahih
Muslim No.2404)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>64. Singgah di
Mekah bagi orang yang melakukan ibadah haji, dan masalah pewarisan beberapa
rumah di Mekah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Usamah bin Zaid bin Haritsah ra.: <br />Bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah,
apakah engkau akan singgah di tempat kediamanmu di Mekah? Rasulullah saw.
menjawab: Apakah kamu mengira Aqil meninggalkan beberapa rumah untuk kita!.
(Shahih Muslim No.2405)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>65. Boleh
menetap di Mekah selama tiga hari bagi orang yang berhijrah setelah selesai
ibadah haji dan umrah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat `Ala
bin Al-Hadhrami ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Bagi orang yang berhijrah boleh menetap di Mekah selama tiga hari setelah
selesai haji. (Shahih Muslim No.2408)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>66. Pengharaman
Mekah berikut binatang buruan, rumput, pohon-pohon serta barang temuannya
kecuali bagi orang yang mau mengumumkan untuk selamanya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Pada hari penaklukan kota Mekah, Rasulullah saw.
bersabda: Tidak ada lagi hijrah, tetapi yang ada ialah jihad dan niat. Apabila
kamu digerakkan untuk berperang, maka bergeraklah. Dan pada hari penaklukan kota
Mekah itu juga beliau bersabda: Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan Allah
sejak hari Ia menciptakan langit dan bumi, maka ia menjadi tanah haram karena
pengharaman dari Allah sampai hari kiamat. Dan sesungguhnya di negeri ini tidak
pernah dihalalkan berperang untuk seorang pun sebelumku dan itu juga tidak
dihalalkan bagiku kecuali selama beberapa saat saja di waktu siang hari. Karena
ia adalah tanah haram dengan pengharaman dari Allah sampai hari kiamat. Pohonnya
yang berduri tidak boleh ditebang, hewan buruannya tidak boleh dibunuh dan
barang temuannya tidak boleh dipungut kecuali bagi orang yang mengumumkan serta
rumputnya juga tidak boleh dipotong. Abbas berkata: Kecuali tumbuhan izkhir
wahai Rasulullah, karena bermanfaat untuk tukang pandai besi dan rumah-rumah
mereka. Rasulullah saw. menjawab: Ya, kecuali tumbuhan izkhir. (Shahih Muslim
No.2412)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Syuraih Al-Adawi ra.: <br />Bahwa ia pernah berkata kepada Amru bin Said, yang
mengutus beberapa orang utusan ke Mekah: Izinkanlah aku, wahai Amir, untuk
menceritakan kepada Anda perkataan yang disampaikan oleh Rasulullah saw. pada
keesokan hari setelah penaklukan kota Mekah yang didengar oleh telingaku dan
diserap oleh hatiku serta dilihat kedua mataku ketika beliau mengucapkannya.
Bahwa setelah memuji Allah dan mengagungkan-Nya, beliau bersabda: Sesungguhnya
kota Mekah diharamkan oleh Allah dan bukan manusia yang mengharamkannya. Maka
tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat menumpahkan
darah dan menebang pohon di sana. Apabila terdapat seorang yang menyangkal dan
berdalih dengan perang Rasulullah saw. di Mekah, maka katakanlah kepadanya:
Sesungguhnya Allah mengizinkan untuk rasul-Nya bukan untuk kamu. Dan
sesungguhnya Allah mengizinkan perang bagiku di sana hanya beberapa saat di
waktu siang hari dan hari ini pengharamannya telah kembali lagi seperti kemarin.
Hendaklah orang yang hadir menyaksikan menyampaikan kepada orang yang tidak
hadir!. (Shahih Muslim No.2413)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Ketika Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung
memberikan kemenangan kepada Rasulullah saw. untuk menaklukkan kota Mekah,
beliau berdiri di hadapan para manusia. Setelah memanjatkan puja-puji kehadirat
Allah, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah telah melindungi kota Mekah dari
pasukan bergajah dan menjadikan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin sebagai
penguasanya. Sesungguhnya ia tidak pernah dihalalkan bagi seorang pun sebelumku
dan ia dihalalkan bagiku selama beberapa saat saja di siang hari dan ia juga
tidak akan dihalalkan untuk seorang pun setelah aku. Binatang buruannya tidak
boleh diusir, pohon berdurinya tidak boleh ditebang dan barang temuannya tidak
halal kecuali bagi orang yang mengumumkannya. Barang siapa yang anggota
keluarganya terbunuh, maka hanya ada dua pilihan; ditebus (diyat) atau dikisas.
Abbas mengatakan: Kecuali tumbuhan izkhir, wahai Rasulullah! Karena kami
menanamnya di tempat pemakaman dan di rumah-rumah kami. Rasulullah saw.
bersabda: Ya, kecuali tumbuhan izkhir. Tiba-tiba seorang lelaki dari Yaman
bernama Abu Syah berdiri dan berkata: Tuliskanlah untukku, wahai Rasulullah!
Rasulullah saw. bersabda: Tuliskanlah untuk Abu Syah!. (Shahih Muslim
No.2414)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>67. Boleh
memasuki Mekah tanpa berihram</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah memasuki kota Mekah pada tahun
penaklukan kota itu dengan memakai topi baja di kepala. Ketika beliau
melepasnya, datanglah seorang lelaki menghampiri beliau dan berkata: Ibnu
Khathal sedang bergantung pada kain tirai Kakbah. Lalu Nabi saw. menyuruh:
Bunuhlah ia!. (Shahih Muslim No.2417)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>68. Keutamaan
Madinah, doa Nabi saw. agar kota itu diberkahi, penjelasan tentang pengharaman
kota itu berikut hewan buruan serta pohonnya dan penjelasan tentang
batas-batasnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Zaid bin `Ashim ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Mekah dan mendoakan penduduknya dan
sesungguhnya aku pun mengharamkan Madinah sebagaimana Ibrahim telah mengharamkan
Mekah. Dan sesungguhnya aku juga berdoa agar setiap sha` dan mudnya diberkahi
dua kali lipat dari yang didoakan Ibrahim untuk penduduk Mekah. (Shahih Muslim
No.2422)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Dari `Ashim ia berkata: Aku bertanya kepada Anas bin Malik:
Apakah Rasulullah saw. telah mengharamkan Madinah? Anas menjawab: Ya, yaitu
antara gunung ini sampai gunung ini, maka barang siapa yang berbuat bidah di
Madinah. Ia melanjutkan: Kemudian ia berkata lagi kepadaku: Ini adalah ancaman,
barang siapa yang berbuat bidah, maka ia akan terkutuk oleh laknat Allah, para
malaikat serta seluruh manusia dan Allah tidak akan menerima tobat dan tebusan
darinya pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.2429)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. berdoa: Ya Allah! Jadikanlah
keberkahan Madinah dua kali lipat dari keberkahan Mekah. (Shahih Muslim
No.2432)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
bin Abu Thalib ra.: <br />Dari Yazid bin Syarik bin Thariq, ia berkata: Ali bin
Abu Thalib berpidato di hadapan kami, ia berkata: Barang siapa yang beranggapan
bahwa kita mempunyai sesuatu yang kita baca selain Alquran dan shahifah ini,
(yaitu shahifah yang tergantung pada sarung pedangnya), maka ia telah berdusta.
Di dalamnya terdapat beberapa masalah tentang gigi unta dan luka serta sabda
Nabi saw.: Madinah adalah tanah haram, dari gunung `Air sampai gunung Tsaur,
maka barang siapa yang berbuat bidah di dalamnya atau melindungi seorang
pembidah, maka ia akan dikutuk dengan laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia
dan Allah tidak akan menerima tobat dan tebusannya pada hari kiamat. Tanggung
jawab kaum muslimin itu satu yang turut diemban oleh orang yang paling rendah
(derajat) di antara mereka. Barang siapa yang dinasabkan kepada selain bapaknya
atau berloyalitas kepada selain tuannya, maka ia akan dikutuk dengan laknat
Allah, malaikat dan seluruh manusia dan Allah tidak akan menerima tobat serta
tebusannya pada hari kiamat nanti. (Shahih Muslim No.2433)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw. beliau bersabda: Madinah itu adalah tanah
haram. Barang siapa yang berbuat bidah di dalamnya atau melindungi seorang
pembidah, maka ia akan terkutuk dengan laknat Allah, para malaikat dan seluruh
manusia dan Allah tidak akan menerima tobat serta tebusannya pada hari kiamat.
(Shahih Muslim No.2434)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>69. Anjuran
menetap di Madinah dan bersabar atas penderitaan yang terjadi di kota
itu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Kami tiba di Madinah, ketika kota tersebut dilanda
wabah penyakit sehingga Abu Bakar dan Bilal mengeluhkan keadaan itu. Ketika
Rasulullah saw. menyaksikan keluhan para sahabatnya, beliau berdoa: Ya Allah,
jadikanlah kami sebagai pecinta Madinah sebagaimana Engkau membuat kami
mencintai Mekah bahkan lebih besar lagi, bersihkanlah lingkungannya, berkahilah
untuk kami dalam setiap sha` serta mudnya dan alihkanlah wabah penyakit
(Madinah) ke daerah Juhfah. (Shahih Muslim No.2444)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>70. Tentang kota
Madinah terlindung dari taun dan Dajjal</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Di setiap jalan-jalan
Madinah itu terdapat malaikat (yang menjaga) agar tidak dimasuki wabah penyakit
dan Dajjal. (Shahih Muslim No.2449)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>71. Tentang
orang-orang kafir dan munafik akan terusir dari Madinah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Akan datang suatu zaman di
mana seorang lelaki mengajak saudara sepupunya atau kerabatnya yang lain:
Marilah bersenang-senang! Marilah bersenang-senang! Padahal Madinah itu lebih
baik bagi mereka seandainya mereka mengetahui. Demi Tuhan yang jiwaku berada
dalam genggaman tangan-Nya, setiap orang dari mereka yang meninggalkan Madinah
karena tidak menyukainya, maka Allah akan menggantikan dengan orang yang lebih
baik daripadanya. Ketahuilah, sesungguhnya Madinah itu seperti alat peniup api
yang akan mengeluarkan segala yang kotor (orang kafir dan munafik). Kiamat tidak
akan terjadi sebelum Madinah mengeluarkan orang-orang jahat yang berada di
dalamnya seperti alat peniup api yang menyisihkan kotoran besi. (Shahih Muslim
No.2451)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />Bahwa seorang Arab badui membaiat Rasulullah saw. kemudian
ia terserang penyakit demam yang hebat sekali di Madinah sehingga datanglah ia
menghadap Nabi saw. kembali dan berkata: Wahai Muhammad, batalkanlah baiatku!
Rasulullah saw. menolak. Kemudian ia menemui beliau lagi dan berkata:
Batalkanlah baiatku! Rasulullah saw. menolak kembali. Kemudian ia datang lagi
kepada beliau dan berkata: Batalkanlah baiatku! Dan Rasulullah saw. tetap
menolak sehingga keluarlah orang badui itu lalu Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Madinah itu seperti alat peniup api yang akan mengeluarkan segala
kemaksiatan dan memurnikan segala kebaikan yang ada di dalamnya. (Shahih Muslim
No.2453)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Zaid
bin Tsabit ra.: <br />Dari Nabi saw. beliau bersabda: Sesungguhnya ia adalah
negeri yang baik sekali yaitu Madinah, sesungguhnya ia akan mengeluarkan segala
kotoran seperti api mengeluarkan kotoran perak. (Shahih Muslim
No.2454)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>72. Tentang
siapa yang bermaksud jahat kepada penduduk Madinah, maka Allah akan
menghancurkannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sa`ad
bin Abu Waqqash ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang
bermaksud jahat terhadap penduduk Madinah, maka Allah akan melarutkannya
(membinasakannya) seperti garam yang larut di dalam air. (Shahih Muslim
No.2458)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>73. Anjuran
mencintai Madinah setelah penaklukan beberapa kota lain</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Sufyan bin Abu Zuhair ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah bersabda: Kota
Syam ditaklukkan, lalu keluarlah orang-orang bersama keluarga mereka dari
Madinah sambil mempengaruhi yang lain untuk ikut keluar (pindah). Padahal
Madinah itu lebih baik bagi mereka jika mereka mengetahui. Kemudian kota Yaman
ditaklukkan, lalu keluarlah orang-orang bersama keluarga mereka dari Madinah
sambil mempengaruhi yang lain untuk ikut keluar. Padahal Madinah itu lebih baik
bagi mereka jika mereka mengetahui. Kemudian kota Irak ditaklukkan juga, lalu
keluarlah orang-orang bersama keluarga mereka dari Madinah sambil mempengaruhi
yang lain untuk ikut keluar. Padahal Madinah itu lebih baik bagi mereka jika
mereka mengetahui. (Shahih Muslim No.2459)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>74. Tentang kota
Madinah ketika ditinggalkan penduduknya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah bersabda tentang Madinah:
Kota Madinah itu akan ditinggalkan oleh penduduknya dan ia akan tetap baik
seperti sebelumnya meskipun hanya dihuni oleh awafi, yaitu binatang buas dan
burung. (Shahih Muslim No.2461)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>75. Antara makam
Rasulullah saw. dan mimbarnya adalah termasuk taman surga</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Zaid Al-Mazini ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Antara
rumahku dan mimbarku itu adalah termasuk taman surga. (Shahih Muslim
No.2463)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: Antara rumahku dan
mimbarku adalah termasuk taman surga dan mimbarku berada di atas telagaku.
(Shahih Muslim No.2465)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>76. Uhud adalah
bukit yang mencintai kita dan kita cintai</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Humaid ra., ia berkata: <br />Kami keluar bersama Rasulullah saw. dalam perang
Tabuk kemudian kami datang sampai tiba di Wadil Qura lalu Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya aku akan bergegas dan barang siapa yang ingin, maka
bergegaslah ia bersamaku dan barang siapa yang ingin menetap maka silakan ia
menetap! Lalu kami pun keluar sampai mendekati Madinah, Rasulullah saw.
bersabda: Ini adalah Thabah dan itu adalah Uhud, bukit yang kita cintai dan
mencintai kita. (Shahih Muslim No.2466)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Uhud
adalah gunung yang mencintai kita dan kita cintai. (Shahih Muslim
No.2467)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>77. Tentang
keutamaan salat di Masjidilharam dan Mesjid Nabawi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Satu kali salat di mesjidku ini
lebih utama daripada seribu salat di mesjid yang lain kecuali di Masjidilharam.
(Shahih Muslim No.2469)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>78. Tidak
disunatkan bepergian kecuali ke Tiga Mesjid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Tidak dianjurkan bepergian kecuali
ke tiga mesjid, yaitu mesjidku ini (Mesjid Nabawi), Masjidilharam dan
Masjidilaksa. (Shahih Muslim No.2475)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>79. Keutamaan
Mesjid Quba dan salat di dalamnya serta keutamaan menziarahinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. menziarahi mesjid Quba dengan berkendaraan
dan berjalan kaki. (Shahih Muslim No.2478)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-84090277346305116462012-05-29T08:00:00.003-07:002012-05-29T08:00:46.594-07:00Hadist I'tikaf<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab Iktikaf</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxMWNIUTm5P22SC2FujTyO_uTa9Gaq8KNAPgbFCLmtrMQyLfZMQnAYf-UiBP78ViTw88FK4_k_KFJOCdw-glLtsylddnWDzAHaOQRffjKwkTd_tq1XSnHDbVjluLXld43vqAz6676NarE/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxMWNIUTm5P22SC2FujTyO_uTa9Gaq8KNAPgbFCLmtrMQyLfZMQnAYf-UiBP78ViTw88FK4_k_KFJOCdw-glLtsylddnWDzAHaOQRffjKwkTd_tq1XSnHDbVjluLXld43vqAz6676NarE/s200/images.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Iktikaf pada
sepuluh terakhir bulan Ramadan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Nabi saw. selalu iktikaf pada sepuluh terakhir bulan
Ramadan. (Shahih Muslim No.2002)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2.
Bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Adalah Rasulullah saw. jika telah masuk sepuluh hari
terakhir bulan Ramadan, beliau menghidupkan malam (untuk beribadah),
membangunkan istri-istrinya, bersungguh-sungguh (dalam ibadah) dan menjauhi
istri. (Shahih Muslim No.2008)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Adalah Rasulullah saw., beliau bersungguh-sungguh
pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, tidak seperti pada hari lainnya.
(Shahih Muslim No.2009)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-37905872916507060952012-05-29T07:52:00.001-07:002012-05-29T07:57:31.067-07:00HADIST PUASA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1W4X2yK7M0r0031wnN3vVg_Yn4Oh4nDlKBLfehC4QFCkn5Q5xZspiVhfHCwfv1li0YYxYsPxy9nfFbR5xRxW65PX1-LA6oPnoHngffAN1SHbAvETHF8kzfH7u_KnJrud9K0g3Ssieacw/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1W4X2yK7M0r0031wnN3vVg_Yn4Oh4nDlKBLfehC4QFCkn5Q5xZspiVhfHCwfv1li0YYxYsPxy9nfFbR5xRxW65PX1-LA6oPnoHngffAN1SHbAvETHF8kzfH7u_KnJrud9K0g3Ssieacw/s320/images.jpg" width="285" /></a></div>
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab Puasa</h2>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Keutamaan
bulan Ramadan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan,
maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan
dibelenggu. (Shahih Muslim No.1793)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Wajib
berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat
hilal awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan
sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa
sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti puasa
sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup awan, maka
hitunglah (30 hari). (Shahih Muslim No.1795)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila engkau melihat
hilal (awal bulan Ramadan), maka hendaklah engkau memulai puasa. Apabila engkau
melihat hilal (awal bulan Syawal), maka hendaklah engkau berhenti puasa. Dan
apabila tertutup awan, maka hendaklah engkau berpuasa selama 30 hari. (Shahih
Muslim No.1808)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Larangan
berpuasa satu atau dua hari sebelum bulan Ramadan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau
berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa
berpuasa, maka baginya silakan berpuasa. (Shahih Muslim No.1812)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Bulan yang
berjumlah 29 hari</b></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra.: </div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<a name='more'></a><br />Bahwa Rasulullah saw. pernah bersumpah tidak akan menemui
sebagian istri-istrinya selama sebulan. Dan setelah 29 hari berlalu, beliau
datang menemui mereka. Kemudian beliau ditanya: Wahai Nabi! Baginda bersumpah
tidak akan menemui kami selama satu bulan. Mendengar itu, beliau bersabda:
Sesungguhnya bulan itu berjumlah 29 hari. (Shahih Muslim No.1816)</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Arti
pernyataan Nabi saw. bahwa dua bulan yang terdapat hari raya, jumlah harinya
tidak berkurang</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Bakrah ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Dua bulan yang terdapat hari
raya, harinya tidak berkurang; hari raya Ramadan dan bulan Zulhijah. (Shahih
Muslim No.1822)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Waktu
berpuasa dimulai sejak terbitnya fajar dan seseorang dibolehkan makan dan
lainnya sampai terbit fajar, sifat fajar yang berkaitan dengan masuknya waktu
berpuasa serta masuknya waktu salat subuh dan sebagainya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Adi
bin Hatim ra.: <br />
Ketika turun ayat: Sehingga nyata bagimu benang yang putih
dari benang yang hitam, yaitu fajar, maka Adi bin Hatim berkata kepada
Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, sungguh saya meletakkan benang berwarna putih
dan benang berwarna hitam di bawah bantalku, sehingga aku dapat mengenali antara
waktu malam dan waktu siang hari. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
bantalmu itu sangat lebar. Sesungguhnya yang dimaksud adalah hitamnya (gelapnya)
malam dan putihnya (terangnya) siang pada saat fajar. (Shahih Muslim
No.1824)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Saad ra., ia berkata: <br />
Ketika turun ayat: Makan dan minumlah hingga nyata
bagimu benang yang putih dari benang yang hitam. Beliau berkata: Seorang lelaki
mengambil seutas benang yang berwarna putih dan seutas benang berwarna hitam.
Lalu ia makan sampai kedua benang tersebut kelihatan jelas olehnya, sampai
akhirnya Allah menurunkan ayat kelanjutannya Pada waktu fajar, sehingga
persoalannya menjadi jelas. (Shahih Muslim No.1825)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />
Dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda bahwa
ketika Bilal mengumandangkan azan pada malam hari, maka makan dan minumlah
kalian sampai engkau mendengar azan yang dikumandangkan oleh Ibnu Ummu Maktum.
(Shahih Muslim No.1827)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah sekali-kali azan
Bilal itu mencegah salah seorang di antara kalian untuk makan sahur, karena
Bilal mengumandangkan azan atau memanggil pada malam hari adalah untuk
mengingatkan orang yang sedang salat qiyam (akan dekatnya waktu fajar) dan untuk
membangunkan orang yang masih tidur. Selanjutnya beliau bersabda: Janganlah
engkau hiraukan ucapan seseorang bahwa fajar itu begini begini sambil membenahi
letak tangannya kemudian mengangkatnya ke atas, sesungguhnya fajar yang dimaksud
ialah begini, sambil merenggangkan celah di antara kedua jarinya. (Shahih Muslim
No.1830)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Keutamaan
sahur, sunat mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Makan sahurlah kalian, karena
pada makan sahur itu terdapat keberkahan. (Shahih Muslim No.1835)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Zaid
bin Tsabit ra., ia berkata: <br />
Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah saw.
Kemudian kami melaksanakan salat. Kemudian saya bertanya: Berapa lamakah waktu
antara keduanya (antara makan sahur dengan salat)? Rasulullah saw. menjawab:
Selama bacaan lima puluh ayat. (Shahih Muslim No.1837)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Saad ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang itu senantiasa
dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (Shahih Muslim
No.1838)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Keterangan
waktu berakhirnya puasa dan berlalunya waktu siang</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Ketika malam datang, siang pergi
dan matahari pun terbenam, maka saat itulah orang yang berpuasa mulai berbuka.
(Shahih Muslim No.1841)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abu Aufa ra., ia berkata: <br />
Kami pernah bepergian bersama
Rasulullah saw. di bulan Ramadan. Ketika matahari terbenam, beliau bersabda:
Wahai fulan, singgahlah dan siapkanlah hidangan buat kami! Orang yang disuruh
berkata: Wahai Rasulullah, bukankah sebaiknya baginda tangguhkan sebentar?
Rasulullah saw. bersabda: Singgahlah dan siapkan hidangan buat kami! Kemudian ia
singgah dan menyiapkan hidangan, lalu ia memberikannya kepada beliau. Nabi saw.
meminumnya, kemudian bersabda sambil memberikan isyarat kedua tangannya: Jika
matahari sudah terbenam di arah sana dan malam sudah datang dari arah sana, maka
orang yang berpuasa boleh berbuka. (Shahih Muslim No.1842)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Larangan
puasa wishal (sambung)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. melarang puasa sambung (terus-menerus tanpa
berbuka). Para sahabat bertanya: Bukankah baginda sendiri melakukan puasa
wishal? Nabi saw. menjawab: Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Aku diberi
makan dan minum. (Shahih Muslim No.1844)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. melarang puasa sambung. Kemudian
salah seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah baginda sendiri
melakukan puasa wishal? Beliau bersabda: Siapa di antara kalian yang seperti
aku? Sesungguhnya di malam hari aku diberi makan dan minum oleh Tuhanku. Ketika
mereka enggan menghentikan puasa sambung, beliau sengaja membiarkannya sehari
sampai beberapa hari. Kemudian pada hari berikutnya, mereka melihat bulan (tanda
masuk bulan Ramadan). Rasulullah saw. lantas bersabda: Kalau bulan itu tertunda
datangnya, niscaya akan aku tambah lagi berpuasa sambung buat kalian sebagai
pelajaran bagi mereka, karena mereka enggan berhenti puasa sambung. (Shahih
Muslim No.1846)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah mengerjakan salat di bulan Ramadan.
Kemudian aku datang ikut salat di samping beliau. Kemudian datang lagi orang
lain dan ikut pula mengerjakan di sampingku dan seterusnya, sampai kira-kira
sebanyak sepuluh orang. Ketika Rasulullah saw. merasa akan keberadaan kami di
belakangnya, beliau meringankan salat kemudian pulang ke rumah untuk melanjutkan
salat yang masih tersisa. Pagi harinya aku tanyakan hal itu kepada beliau:
Apakah semalam engkau sengaja memberikan pelajaran kepada kami? Beliau menjawab:
Betul, itulah alasan yang membuat aku melakukan seperti itu. Anas berkata:
Kemudian Rasulullah saw. melakukan puasa sambung. Hal itu terjadi di akhir bulan
Ramadan. Mengetahui hal itu maka ada beberapa orang sahabat yang ikut berpuasa
sambung. Rasulullah saw. kemudian bersabda: Apakah mereka mau ikut berpuasa
sambung bersamaku? Sesungguhnya kalian tidak seperti aku. Demi Allah, seandainya
bulan ini dipanjangkan untukku, niscaya aku akan terus berpuasa biar hal itu
menjadi pelajaran bagi mereka yang keras kepala. (Shahih Muslim
No.1848)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Boleh ciuman
dalam keadaan puasa dengan syarat tidak membangkitkan nafsu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Adalah Rasulullah saw. mencium salah seorang istri
beliau dan beliau sedang berpuasa lalu istrinya tersenyum. (Shahih Muslim
No.1851)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Abu Salamah ra.: <br />
Bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw.: Bolehkah
orang yang sedang berpuasa itu berciuman (dengan istrinya)? Rasulullah saw.
menjawab: Tanyakan saja kepada Ummu Salamah. Kemudian ia (Ummu Salamah)
memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah saw. melakukannya. Umar bin Abu
Salamah lalu berkata: Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah mengampuni dosa
baginda yang lalu dan yang akan datang? Rasulullah saw. bersabda padanya: Demi
Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takwa kepada Allah dari kalian.
(Shahih Muslim No.1863)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Sah puasa
orang yang masih junub pada waktu fajar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra. dan Ummu Salamah ra. berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah bangun pagi
hari dalam keadaan junub bukan karena mimpi kemudian beliau terus berpuasa.
(Shahih Muslim No.1864)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Diharamkan
bersetubuh di siang hari bulan Ramadan bagi yang berpuasa dan wajib membayar
kifarat yang sangat berat. Keterangan bahwa kifarat tersebut harus dilaksanakan
bagi yang mampu atau tidak mampu dan bagi yang tidak mampu tanggungan kifarat
tersebut ditunggu sampai mampu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Seorang lelaki datang menemui Nabi saw. dan
berkata: Celaka saya, wahai Rasulullah. Beliau bertanya: Apa yang membuat engkau
celaka? Lelaki itu menjawab: Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang
hari bulan Ramadan. Beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk
memerdekakan seorang budak? Ia menjawab: Tidak punya. Beliau bertanya: Mampukah
engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Ia menjawab: Tidak mampu.
Beliau bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberi makan enam
puluh orang miskin? Ia menjawab: Tidak punya. Kemudian ia duduk menunggu
sebentar. Lalu Rasulullah saw. memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil
bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi bertanya: Tentunya aku harus
menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedangkan di
daerah ini, tidak ada keluarga yang paling memerlukannya selain dari kami. Maka
Rasulullah saw. pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian
beliau bersabda: Pulanglah dan berikan makan keluargamu. (Shahih Muslim
No.1870)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan
berkata: Celaka aku. Rasulullah saw. bertanya: Kenapa? Lelaki tadi menjawab: Aku
telah menggauli istriku pada siang hari bulan Ramadan. Rasulullah saw. bersabda:
Bersedekahlah untuk itu, bersedekahlah. Tetapi laki-laki tadi berkata: Aku tidak
memiliki apa-apa. Lalu beliau menyuruhnya duduk sejenak. Kemudian beliau
memberikan kepadanya dua keranjang makanan dan menyuruhnya untuk
menyedekahkannya. (Shahih Muslim No.1873)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Boleh
berpuasa atau berbuka di siang hari bulan Ramadan bagi yang bepergian bukan
untuk maksiat apabila jarak perjalanan minimal kira-kira 45 km, dan bagi orang
yang mampu lebih baik berpuasa dan bagi yang keberatan boleh tidak puasa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bepergian pada tahun penaklukan kota Mekah
di bulan Ramadan. Beliau tetap berpuasa hingga tiba di daerah Kadid, beliau
tidak berpuasa. Dan para sahabat Rasulullah saw. selalu mengikuti kejadian demi
kejadian karena perintahnya. (Shahih Muslim No.1875)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Adalah Rasulullah saw. pada suatu perjalanan
melihat seorang laki-laki dikerumuni orang banyak sehingga ia hampir-hampir
tidak dapat dikenali. Kemudian beliau bertanya: Ada apa dengannya? Para sahabat
menjawab: Dia sedang berpuasa. Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk kebaikan
kalian berpuasa dalam perjalanan. (Shahih Muslim No.1879)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
Bin Malik ra.: <br />
Anas ra. pernah ditanya tentang berpuasa pada bulan Ramadan
dalam perjalanan? Dia menjawab: Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw.
pada bulan Ramadan, yang berpuasa tidak mencela yang tidak puasa dan yang tidak
puasa juga tidak mencela yang berpuasa. (Shahih Muslim No.1884)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Pahala orang
yang tidak puasa dalam perjalanan jika ia menangani suatu pekerjaan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />
Kami pernah bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan.
Di antara kami ada yang tetap berpusa dan ada pula yang tidak puasa. Kami
singgah di sebuah tempat saat hari sedang panas sekali. Di antara kami yang
paling banyak mendapat naungan ialah orang-orang yang berpakaian lengkap,
sementara orang-orang yang tidak berpakaian lengkap mereka melindungi kepalanya
dari teriknya matahari dengan menutupkan tangannya ke atas. Maka orang-orang
yang berpuasa berjatuhan (karena lemah) dan mereka yang tidak puasa masih dapat
tegak berdiri. Mereka kemudian mendirikan tenda-tenda dan memberikan minum
unta-unta. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang yang berbuka hari ini
pergi membawa pahala. (Shahih Muslim No.1886)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Memilih
puasa atau tidak puasa dalam bepergian</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Hamzah bin Amru Al-Aslami bertanya kepada Rasulullah
saw. tentang puasa dalam perjalanan, maka beliau menjawab: Jika engkau mau,
berpuasalah dan jika engkau tidak mau, maka boleh tidak puasa. (Shahih Muslim
No.1889)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Darda ra., ia berkata: <br />
Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. di
bulan Ramadan pada hari yang sangat panas, sehingga sampai sebagian kami
terpaksa harus menutupkan tangan pada kepalanya, karena teriknya matahari. Kami
semua tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah saw. dan Abdullah bin Rawahah.
(Shahih Muslim No.1892)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Sunat
berbuka bagi orang yang beribadah haji pada hari Arafah di Arafah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummul
Fadhel binti Harits ra.: <br />
Bahwa beberapa orang berdebat di dekatnya pada hari
Arafah tentang puasa Rasulullah saw. Sebagian mereka ada yang mengatakan bahwa
pada hari itu beliau berpuasa, sebagian mengatakan bahwa pada hari itu beliau
tidak berpuasa. Kemudian aku mengirimkan segelas susu kepada beliau yang wukuf
dekat untanya di Arafah. Ternyata beliau meminumnya (beliau tidak puasa).
(Shahih Muslim No.1894)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummul
Fadhel ra., ia berkata: <br />
Beberapa orang sahabat Rasulullah saw. merasa ragu
akan hukum puasa hari Arafah, sedangkan kami di sana bersama Rasulullah saw.
Maka aku mengirimkan secangkir susu kepada beliau, sewaktu beliau berada di
Arafah lalu beliau meminumnya (tidak puasa). (Shahih Muslim
No.1895)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Puasa pada
hari Asyura'</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Adalah kaum Quraisy pada zaman Jahiliyah selalu
berpuasa pada hari Asyura' dan Rasulullah saw. juga berpuasa pada hari itu.
Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap berpuasa pada hari itu dan
menyuruh para sahabat untuk berpuasa pada hari itu. Namun ketika diwajibkan
puasa bulan Ramadan, beliau bersabda: Barang siapa yang ingin berpuasa, maka
berpuasalah dan barang siapa yang tidak ingin berpuasa, maka ia boleh
meninggalkannya. (Shahih Muslim No.1897)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah Ibnu Umar ra.: <br />
Bahwa orang-orang Jahiliyah dahulu selalu berpuasa
pada hari Asyura'. Dan bahwa Rasulullah saw. dan kaum muslimin juga berpuasa
pada hari itu sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadan. Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya hari Asyura' adalah hari-hari Allah, maka barang siapa yang ingin
berpuasa, maka berpuasalah pada hari itu dan barang siapa yang tidak ingin, maka
ia boleh meninggalkannya. (Shahih Muslim No.1901)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />
Dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata: Asy`ats bin
Qais datang menjumpai Abdullah, ketika ia sedang makan siang, ia (Abdullah)
berkata: Wahai Abu Muhammad, mari kita makan siang. Ia (Asy`ats) berkata:
Bukankah hari ini adalah hari Asyura'? Ia (Abdullah) bertanya: Apakah engkau
mengetahui apa hari Asyura' itu? Ia (Asy`ats) menjawab: Hari apa itu. Kemudian
ia (Abdullah) menjelaskan: Hari itu adalah hari yang dahulu Rasulullah saw.
selalu berpuasa sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadan dan ketika puasa bulan
Ramadan diwajibkan, puasa hari Asyura' itu ditinggalkan. (Shahih Muslim
No.1905)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Muawiyah bin Abu Sufyan ra.: <br />
Dari Humaid bin Abdurrahman bahwa ia mendengar
Muawiyah bin Abu Sufyan berpidato di Madinah pada hari Asyura' ketika ia
berkunjung ke kota tersebut. Ia bertanya: Di manakah ulama-ulama kalian, wahai
penduduk Madinah? Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda tentang hari
ini. Hari ini adalah hari Asyura' dan Allah tidak mewajibkan kalian melaksanakan
puasa pada hari ini, tetapi aku berpuasa. Maka barang siapa di antara kalian
ingin berpuasa, maka berpuasalah dan barang siapa di antara kalian ingin
berbuka, maka silakan tidak puasa. (Shahih Muslim No.1909)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau
menjumpai orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari Asyura'. Ketika ditanyakan
tentang hal itu, mereka menjawab: Hari ini adalah hari kemenangan yang telah
diberikan Allah kepada Nabi Musa as. dan Bani Israel atas Firaun. Karena itulah
pada hari ini kami berpuasa sebagai penghormatan padanya. Mendengar jawaban itu
Rasulullah saw. bersabda: Kami lebih berhak atas Musa dari kalian, maka beliau
menyuruh para sahabat untuk berpuasa. (Shahih Muslim No.1910)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />
Has.ri Asyura' adalah hari yang dimuliakan orang-orang
Yahudi dan dijadikannya sebagai hari raya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda:
Berpuasalah kalian pada hari Asyura' tersebut. (Shahih Muslim No.1912)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Ibnu Abbas ra. pernah ditanya tentang puasa pada hari Asyura',
dia menjawab: Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. berpuasa sehari untuk
mencari keutamaan hari itu atas hari-hari yang lain selain pada hari ini. Begitu
pula (saya tidak pernah melihat beliau) berpuasa sebulan penuh kecuali pada
bulan ini, bulan Ramadan. (Shahih Muslim No.1914)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Barang siapa
makan pada siang hari Asyura', maka hendaknya ia berpuasa pada sisa
harinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah mengutus seorang
laki-laki dari Aslam pada hari Asyura' untuk mengumumkan kepada manusia bahwa
Barang siapa yang belum berpuasa, maka hendaknya ia berpuasa dan barang siapa
yang terlanjur makan, maka hendaknya ia menyempurnakan dengan berpuasa sampai
menjelang malam. (Shahih Muslim No.1918)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Rubayyi` binti Muawwidz bin Afra' ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. mengirim
surat ke kampung-kampung Ansar di sekitar Madinah yang isinya: Barang siapa yang
pada pagi hari ini dalam keadaan berpuasa, maka hendaknya ia menyempurnakan
puasanya itu. Barang siapa yang pada pagi hari ini tidak berpuasa, maka
hendaknya ia berpuasa pada sisa harinya. Setelah itu kami berpuasa, bahkan kami
menyuruh anak-anak kami yang masih kecil untuk ikut berpuasa bersama kami atas
izin Allah. Sehingga ketika kami berangkat ke mesjid, kami membuatkan untuk
mereka (anak-anak kami) mainan dari bulu kambing kibasy. Jika di antara mereka
ada yang menangis minta makan, maka kami (hiburnya) dengan memberikan mainan
tersebut. Demikian yang kami lakukan sampai kami semua boleh berbuka. (Shahih
Muslim No.1919)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Larangan
berpuasa pada hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Khathab ra., ia berkata: <br />
Bahwa dua hari ini hari yang dilarang
Rasulullah saw. untuk berpuasa, yaitu hari raya Idul Fitri setelah kalian
berpuasa (Ramadan) dan hari raya makan (daging kurban) setelah kalian menunaikan
ibadah haji. (Shahih Muslim No.1920)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Khudhri ra., ia berkata: <br />
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Tidaklah patut berpuasa pada dua hari tertentu, yakni Hari Raya Idul Adha dan
Hari Raya Idul Fitri setelah puasa Ramadan. (Shahih Muslim No.1922)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Seorang laki-laki datang kepada Ibnu Umar ra. dan berkata: Sungguh
aku telah bernazar untuk berpuasa satu hari yang bertepatan dengan Hari Raya
Idul Adha atau Hari Raya Idul Fitri. Ibnu Umar ra. berkata: Allah Taala
memerintahkan untuk menepati janji, nazar dan Rasulullah saw. melarang puasa
pada hari ini. (Shahih Muslim No.1924)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Makruh
berpuasa pada hari Jumat saja</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />
Dari Muhammad bin Abbad, ia berkata: Aku bertanya kepada
Jabir bin Abdullah ra. ketika sedang melakukan tawaf di Baitullah: Apakah
Rasulullah saw. melarang puasa pada hari Jumat saja? Jabir menjawab: Ya, demi
Tuhan Baitullah ini. (Shahih Muslim No.1928)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah salah seorang
di antara kalian berpuasa pada hari Jumat, kecuali ia berpuasa sehari sebelumnya
atau (berniat puasa) hari sesudahnya. (Shahih Muslim No.1929)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Penghapusan
firman Allah: Dan wajib bagi orang-orang yang berat melakukannya jika mereka
tidak berpuasa membayar fidyah dengan firman-Nya Barang siapa di antara engkau
hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaknya ia berpuasa pada
bulan itu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra., ia berkata: <br />
Ketika turun ayat berikut, Dan wajib bagi
orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar
fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin, maka orang yang ingin tidak puasa,
cukup dengan membayar fidyah, hingga akhirnya turun ayat berikutnya yang
menghapus hukum ayat sebelumnya. (Shahih Muslim No.1931)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Membayar
puasa Ramadan di bulan Syakban</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Adalah aku mempunyai tanggungan puasa Ramadan, aku
tidak dapat membayarnya kecuali pada bulan Syakban, karena kesibukan dari
Rasulullah saw. atau kesibukan bersama Rasulullah saw.. (Shahih Muslim
No.1933)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>23. Membayarkan
tanggungan puasa orang yang telah meninggal</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang meninggal
dunia dan ia mempunyai tanggungan puasa, maka walinya harus berpuasa untuk
membayar tangungannya. (Shahih Muslim No.1935)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Bahwa seorang perempuan datang kepada Rasulullah saw. dan
berkata: Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan ia mempunyai tanggungan puasa
sebulan. Beliau bertanya: Apa pendapatmu jika ibumu mempunyai utang kepada orang
lain, apakah engkau akan membayarnya? Ia menjawab: Ya (aku akan bayar). Beliau
bersabda: Utang kepada Allah adalah lebih berhak untuk dibayar. (Shahih Muslim
No.1936)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>24. Menjaga
lidah bagi yang berpuasa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang
dari kalian bengun dalam keadaan berpuasa, maka janganlah ia berbicara jorok dan
kotor, maka jika seseorang dicaci atau diperangi, maka hendaklah ia berkata: Aku
sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (Shahih Muslim No.1941)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>25. Keutamaan
puasa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Saad ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya di dalam
surga itu terdapat pintu yang bernama Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan
masuk lewat pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada orang selain mereka yang masuk
bersama mereka. Ditanyakan: Di mana orang-orang yang puasa? Kemudian mereka
masuk lewat pintu tersebut dan ketika orang yang terakhir dari mereka sudah
masuk, maka pintu itu ditutup kembali dan tidak ada orang yang akan masuk lewat
pintu itu. (Shahih Muslim No.1947)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>26. Keutamaan
berpuasa di jalan Allah bagi orang yang mampu, tanpa mudarat dan meninggalkan
hak (bekerja)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah seorang
hamba yang berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan
wajahnya dari api neraka sejauh jarak perjalanan 70 tahun. (Shahih Muslim
No.1948)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>27. Makan, minum
dan bersetubuhnya orang yang lupa itu tidak membatalkan puasa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa lupa bahwa
ia sedang berpuasa, sehingga ia makan atau minum, maka hendaklah ia meneruskan
puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah.
(Shahih Muslim No.1952)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>28. Puasanya
Nabi saw. pada selain bulan Ramadan. dan sunat tidak mengosongkan satu bulan
dari puasa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. tidak pernah berpuasa satu bulan
penuh, kecuali pada bulan Ramadan. Beliau berpuasa, jika beliau mau,
sampai-sampai ada yang mengira bahwa beliau, demi Allah, tidak pernah tidak
puasa. Jika beliau mau, beliau tidak puasa, sampai-sampai ada yang mengira bahwa
beliau, demi Allah, beliau tidak pernah puasa. (Shahih Muslim No.1959)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. pernah selalu berpuasa (sunat), sampai ada yang
mengatakan bahwa beliau seakan-akan berpuasa terus-menerus. Dan pernah pula
beliau selalu tidak berpuasa, sampai ada yang mengatakan bahwa beliau tidak
pernah puasa (sunat). (Shahih Muslim No.1961)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>29. Larangan
berpuasa setahun penuh bagi yang akan memudaratkan atau menjadikan kewajibannya
terbengkalai atau tidak berbuka pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha serta
pada hari tasyrik dan penjelasan keutamaan berpuasa selang-seling</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. dikabarkan bahwa
aku pernah berkata akan selalu salat qiyam, akan berpuasa pada siang harinya
sepanjang hidupku. Kemudian Rasulullah saw. bertanya: Betulkah engkau pernah
bilang demikian? Aku menjawab: Betul, aku pernah mengatakannya, wahai
Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Sungguh engkau tidak akan mampu melakukan
yang demikian. Oleh karena itu berpuasalah dan juga berbukalah. Tidurlah dan
bangun malamlah. Berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan. Sebab, satu kebajikan
itu nilainya sama dengan sepuluh kebajikan. Dan yang demikian itu (puasa tiga
hari dalam tiap bulan) nilainya sama dengan puasa satu tahun. Lalu aku katakan
kepada Rasulullah saw: Tetapi aku mampu berbuat lebih dari itu. Beliau bersabda:
Berpuasalah sehari dan tidak puasa dua hari. Aku katakan kepada beliau: Tetapi
aku mampu berbuat lebih dari itu. Rasulullah saw. bersabda: Jika begitu,
berpuasalah sehari dan berbukalah sehari, itu adalah puasa nabi Daud as. dan
itulah puasa yang tengah-tengah. Kemudian aku berkata: Sungguh aku mampu berbuat
lebih dari itu. Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada yang lebih utama dari itu.
Abdullah bin Amru ra. berkata: Aku terima tiga hari sebagaimana yang dikatakan
Rasulullah saw. adalah lebih aku sukai dari istri dan hartaku. (Shahih Muslim
No.1962)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>30. Hukum puasa
pada hari-hari akhir bulan Syakban</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Imran
bin Hushain ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadanya atau kepada orang
lain (dan ia mendengarnya): Apakah engkau berpuasa pada hari-hari akhir bulan
Syakban? Aku menjawab: Tidak. Beliau bersabda: Kalau begitu, maka berpuasalah
dua hari. (Shahih Muslim No.1975)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>31. Keutamaan
lailatulkadar, anjuran untuk mencarinya, keterangan tentang waktunya dan waktu
lebih diharapkan saat mencarinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: <br />
Bahwa sekelompok orang dari
sahabat Rasulullah saw. bermimpi melihat lailatulkadar pada hari ke tujuh yang
terakhir. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Menurutku bahwa mimpi kalian pasti
bertepatan dengan hari ke tujuh terakhir, maka barang siapa yang ingin
menantinya, maka hendaklah ia menanti pada hari ke tujuh terakhir (bulan
Ramadan). (Shahih Muslim No.1985) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: <br />
Rasulullah saw.
pernah melakukan iktikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadan. Ketika
mana waktu dua puluh malam telah berlalu dan akan menyambut malam yang kedua
puluh satu, maka beliau kembali ke rumahnya dan sahabat yang beriktikaf bersama
beliau juga kembali ke rumah mereka. Kemudian beliau bangun malam pada malam ia
kembali dari iktikaf dan berpidato di hadapan sahabat serta menyuruh mereka
untuk melaksanakan kehendak Allah lalu bersabda: Sungguh dahulu aku iktikaf pada
sepuluh malam ini (sepuluh malam pertengahan) kemudian nampak olehku (melalui
mimpi) untuk iktikaf pada sepuluh malam akhir. Barang siapa yang pernah iktikaf
bersamaku, maka hendaklah ia tidur di tempat iktikafnya. Sesungguhnya aku telah
melihat (lailatulkadar) pada malam-malam ini, tetapi lalu aku lupa (waktunya),
maka cari dan nantikanlah malam itu di sepuluh malam akhir yang ganjil. Aku
pernah bermimpi bahwa aku sujud di air dan lumpur. Abu Said Al-Khudri berkata:
Pada malam kedua puluh satu, kami diturunkan hujan, sehingga air mengalir dari
atap mesjid ke tempat salat Rasulullah saw., lalu aku memperhatikan beliau.
Beliau sudah selesai dari salat Subuh dan pada wajah beliau basah dengan lumpur
dan air. (Shahih Muslim No.1993) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw.
bersabda: Cari dan nantikanlah lailatulkadar pada sepuluh terakhir bulan
Ramadan. (Shahih Muslim No.1998) </div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-37864102127458697272012-05-27T17:03:00.002-07:002012-05-27T17:03:52.036-07:00Hadist Tentang Zakat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab Zakat</h2>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1NYu4JgL4CUuA_0lFmSyDtN4SRjWgJZArPc5adctb4svS8eRsDqdHmhTAqVgIbGhzcT6s-vOB_FSf1LsP2cmMabb2eXSB-YWSMtoJHXPJ1qY2NpqwbiS4zxnDiQOyijmeFeKUwR8UFkY/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1NYu4JgL4CUuA_0lFmSyDtN4SRjWgJZArPc5adctb4svS8eRsDqdHmhTAqVgIbGhzcT6s-vOB_FSf1LsP2cmMabb2eXSB-YWSMtoJHXPJ1qY2NpqwbiS4zxnDiQOyijmeFeKUwR8UFkY/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Tidak ada
kewajiban zakat budak dan kuda bagi seorang muslim</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri: ia berkata:<br />Dari Nabi, beliau bersabda: Tidak ada zakat pada
hasil bumi yang kurang dari lima Wasaq (tiga ratus sha'), tidak ada zakat pada
unta yang kurang dari lima ekor, tidak ada zakat pada perak yang kurang dari
lima uqiyah. (Shahih Muslim No.1625)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada kewajiban zakat
budak dan kuda bagi seorang muslim. (Shahih Muslim No.1631)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Tentang
mendahulukan zakat dan keengganan mengeluarkannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: </div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<a name='more'></a><br />Rasulullah saw. mengutus Umar untuk menarik zakat.
Lalu dikatakan bahwa Ibnu Jamil, Khalid bin Walid dan Abbas, paman Nabi saw.
enggan mengeluarkan zakat. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Penolakan Ibnu Jamil
tidak lain hanyalah pengingkaran terhadap nikmat, dahulu ia melarat, lalu Allah
menjadikannya kaya. Adapun Khalid, maka kalianlah yang menganiaya Khalid. Dia
telah mewakafkan baju besi dan peralatan perangnya pada jalan Allah. Sedangkan
Abbas, maka zakatnya menjadi tanggunganku begitu pula zakat semisalnya. Kemudian
beliau bersabda: Hai Umar, tidakkah engkau merasa bahwa paman seseorang itu
mewakili ayahnya?. (Shahih Muslim No.1634)</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Zakat fitrah
wajib atas orang-orang muslim, berupa kurma dan gandum</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah dari bulan Ramadan
kepada manusia, yaitu satu sha` (gantang) kurma atau satu sha` gandum atas
setiap muslim, merdeka atau budak, lelaki maupun wanita. (Shahih Muslim
No.1635)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata: <br />Kami selalu mengeluarkan zakat fitrah satu
sha` makanan atau satu sha` gandum atau satu sha` kurma atau satu sha` keju atau
satu sha` anggur. (Shahih Muslim No.1640)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Perintah
mengelurkan zakat fitrah sebelum salat ied</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. memerintahkan agar zakat fitrah diberikan
sebelum manusia berangkat untuk salat Ied. (Shahih Muslim No.1645)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Dosa orang
yang enggan membayar zakat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Setiap pemilik emas atau
perak yang tidak mau memenuhi haknya (tidak mau membayar zakat), pada hari
kiamat pasti ia akan diratakan dengan lempengan-lempengan bagaikan api, lalu
lempengan-lempengan itu dipanaskan di neraka Jahanam, kemudian lambungnya
diseterika dengan lempengan itu, juga dahi dan punggungnya. Setiap kali
lempengan itu mendingin, akan dipanaskan kembali. Hal itu terjadi dalam sehari
yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun. Hal ini berlangung terus sampai
selesai keputusan untuk tiap hamba. Lalu ditampakkan jalannya, ke surga atau ke
neraka. Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan unta? Rasulullah
saw. bersabda: Begitu pula pemilik unta yang tidak mau memenuhi haknya. Di
antara haknya adalah (zakat) susunya pada waktu keluar. Pada hari kiamat, pasti
unta-unta itu dibiarkan di padang terbuka, sebanyak yang ada, tidak berkurang
seekor anak unta pun dari unta-untanya itu. Dengan tapak kakinya, unta-unta itu
akan menginjak-injak pemiliknya dan dengan mulutnya, mereka menggigit pemilik
itu. Setelah unta yang pertama telah melewatinya, maka unta yang lain kembali
kepadanya. Ini terjadi dalam satu hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu
tahun, sampai selesai keputusan untuk tiap hamba, ke surga atau ke neraka. Ada
yang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan sapi dan kambing? Rasulullah
saw. bersabda: Demikian juga pemilik sapi dan kambing yang tidak mau memenuhi
hak sapi dan kambing miliknya itu. Pada hari kiamat, tentu sapi dan kambing itu
akan dilepas di suatu padang yang rata, tidak kurang seekor pun. Sapi-sapi dan
kambing-kambing itu tidak ada yang bengkok, pecah atau hilang tanduknya.
Semuanya menanduk orang itu dengan tanduk-tanduknya dan menginjak-injak dengan
tapak-kaki tapak-kakinya. Setiap lewat yang pertama, maka kembalilah yang lain.
Demikian terus-menerus dalam satu hari yang sama dengan lima puluh ribu tahun,
sampai selesai keputusan untuk tiap hamba, ke surga atau ke neraka. Ditanyakan:
Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kuda? Beliau bersabda: Kuda itu ada tiga
macam; menjadi dosa bagi seseorang, menjadi tameng bagi seseorang dan menjadi
ganjaran bagi seseorang. Adapun kuda yang menjadi dosa bagi seseorang adalah
kuda yang diikat dengan maksud pamer, bermegah-megahan dan memusuhi penduduk
Islam, maka kuda itu bagi pemiliknya merupakan dosa. Adapun yang menjadi tameng
bagi seseorang adalah kuda yang diikat pemiliknya untuk berjuang di jalan Allah,
kemudian pemilik itu tidak melupakan hak Allah yang terdapat pada punggung dan
leher kuda, maka kuda itu menjadi tameng bagi pemiliknya (penghalang dari api
neraka). Adapun kuda yang menjadi ganjaran bagi pemiliknya adalah kuda yang
diikat untuk berjuang di jalan Allah, untuk penduduk Islam pada tanah yang subur
dan taman. Maka sesuatu yang dimakan oleh kuda itu pada tanah subur atau taman
tersebut, pasti dicatat untuk pemiliknya sebagai kebaikan sejumlah yang telah
dimakan oleh kuda dan dicatat pula untuk pemiliknya kebaikan sejumlah kotoran
dan air kencingnya. Bila tali pengikat terputus, lalu kuda itu membedal, lari
sekali atau dua kali, maka Allah akan mencatat untuk pemiliknya kebaikan
sejumlah langkah-langkah dan kotoran-kotorannya. Dan jika pemilik kuda itu
melewatkan kudanya pada sungai, kemudian kuda itu minum dari air sungai
tersebut, padahal ia tidak hendak memberi minum kudanya itu, maka Allah pasti
mencatat untuknya kebaikan sejumlah apa yang telah diminum kudanya. Ditanyakan:
Wahai Rasulullah, bagaimana dengan keledai? Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada
wahyu yang diturunkan kepadaku tentang keledai kecuali satu ayat yang unik dan
menyeluruh ini: Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya ia
akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat
dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya. (Shahih Muslim
No.1647)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Hukuman keras
bagi orang yang tidak mau membayar zakat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Zar ra., ia berkata: <br />Aku menghampiri Nabi saw. yang sedang duduk di bawah
bayang-bayang Kakbah. Ketika beliau melihatku beliau bersabda: Mereka
benar-benar merugi, demi Tuhan Kakbah! Kemudian aku duduk, tetapi tidak tenang,
maka aku segera bertanya: Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku sebagai
tebusanmu, siapakah mereka? Rasulullah saw. menjawab: Mereka adalah orang-orang
yang paling banyak harta, kecuali yang berkata begini, begini dan begini (beliau
memberi isyarat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri). Mereka yang mau
berbuat demikian sangat sedikit. Setiap pemilik unta atau sapi atau kambing yang
tidak mau membayar zakatnya, pasti nanti pada hari kiamat, hewan-hewan itu akan
datang dalam keadaan lebih besar dan lebih gemuk dari sebelumnya, menanduki
pemiliknya dengan tanduk-tanduknya dan menginjak-injak dengan telapak
kaki-telapak kakinya. Setiap kali yang lain telah selesai, datang lagi yang
pertama sampai diputuskan di hadapan seluruh manusia. (Shahih Muslim
No.1652)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Tidak akan membuat aku senang jika
aku mempunyai emas sebesar gunung Uhud, bahkan ditambah lagi (gunung) kedua dan
ketiga, kecuali satu dinar milikku yang aku sisakan untuk membayar utang
tanggunganku. (Shahih Muslim No.1653)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Tentang orang
yang menimbun harta dan kecaman keras terhadap mereka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Zar ra.: <br />Dari Ahnaf bin Qais, ia berkata: Aku datang ke Madinah. Ketika
sampai di suatu halaqah (majlis taklim), di dalamnya terdapat beberapa pemuka
Quraisy, tiba-tiba datang seorang lelaki yang kasar pakaiannya, kasar badannya
dan buruk wajahnya, ia berhenti pada mereka dan berkata: Kabarkan kepada
orang-orang yang menimbun harta (dan tidak mau mengeluarkan zakat) dengan batu
bara yang akan dipanaskan di dalam neraka Jahanam, lalu diletakkan pada puting
buah dada salah seorang di antara mereka kemudian menembus sampai tulang rawan
di ujung kedua bahunya dan diletakkan pada tulang rawan di ujung kedua bahunya
hingga tembus sampai puting buah dadanya sambil bergetar-getar. Ia (Ahnaf)
berkata: Maka mereka semua tertunduk malu (karena ucapan tersebut). Aku tidak
melihat seorang pun di antara mereka yang memandangnya kembali. Lalu orang itu
pergi. Aku mengikutinya sampai ia berhenti pada sebuah rombongan. Aku berkata:
Aku tidak melihat pada mereka, kecuali ketidaksukaan terhadap apa yang engkau
katakan kepada mereka. Orang itu berkata: Orang-orang itu tidak tahu apa-apa.
Dahulu orang yang kucintai, Abul Qasim (Rasulullah) saw. memanggilku, lalu aku
memenuhi panggilannya. Beliau bertanya: Apakah engkau melihat gunung Uhud? Aku
(orang itu) memandang matahari yang menyengatku, aku menyangka bahwa beliau
(Rasulullah saw.) akan mengutusku untuk suatu keperluan. Aku menjawab: Aku
melihatnya. Rasulullah saw. bersabda: Tidak membuat aku senang seandainya aku
mempunyai emas sebesar (gunung Uhud) itu yang aku belanjakan seluruhnya, kecuali
tiga dinar. Kemudian orang-orang itu mengumpulkan dunia, mereka tidak memikirkan
apa-apa. Katanya (Ahnaf): Aku bertanya: Ada masalah apa antara engkau dengan
saudara-saudaramu dari Quraisy? Kenapa engkau tidak mendatangi dan meminta
kepada mereka lalu engkau mendapatkan bagian dari mereka? Orang itu berkata:
Tidak, demi Tuhanmu, aku tidak akan meminta dunia kepada mereka dan tidak akan
meminta fatwa agama kepada mereka sampai aku bertemu Allah dan Rasul-Nya.
(Shahih Muslim No.1656)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Dorongan
membelanjakan harta dan pemberian kabar gembira kepada orang yang membelanjakan
harta dengan gantinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Hai anak cucu
Adam, berinfaklah kalian, maka Aku akan memberi ganti kepadamu. Rasulullah saw.
bersabda: Anugerah Allah itu penuh dan deras. Ibnu Numair berkata: (Maksud dari)
mal'aan adalah pemberian yang banyak dan mendatangkan keberkahan, tidak mungkin
terkurangi oleh apapun di waktu malam dan siang. (Shahih Muslim
No.1658)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Memulai
nafkah pada diri sendiri lalu pada keluarganya kemudian pada kerabat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
ra., ia berkata: <br />Seorang dari Bani Udzrah memerdekakan budaknya dengan
syarat kematiannya (misalnya dengan mengatakan: Engkau merdeka, jika aku
meninggal). Hal itu sampai kepada Rasulullah saw. lalu beliau bertanya: Apakah
engkau mempunyai harta lain? Orang itu menjawab: Tidak. Rasulullah saw.
bersabda: Siapakah yang mau membelinya dariku? Nu'aim bin Abdullah Al-Adawi
membelinya dengan harga delapan ratus dirham. Lalu Rasulullah saw. membawa harga
jual budak itu dan membayarkannya kepada orang tersebut (pemiliknya). Kemudian
bersabda: Mulailah untuk dirimu, bersedekahlah untuk dirimu. Jika masih tersisa,
maka berinfaklah kepada keluargamu dan jika masih tersisa, maka berinfaklah
kepada kerabatmu. Bila dari kerabatmu masih tersisa, maka begini dan begini. Ia
(Jabir) menjelaskan: Tetangga depanmu, tetangga kananmu dan tetangga kirimu.
(Shahih Muslim No.1663)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Keutamaan
nafkah dan sedekah kepada kaum kerabat, istri, anak-anak dan kedua orang tua
meskipun mereka adalah orang-orang musyrik</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Abu Thalhah adalah seorang sahabat Ansar yang
paling banyak harta di Madinah. Dan harta yang paling ia sukai adalah kebun
Bairaha. Kebun itu menghadap ke mesjid Nabawi. Rasulullah saw. biasa masuk ke
kebun itu untuk minum airnya yang tawar. Anas berkata: Ketika turun ayat ini:
Sekali-kali kalian tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kalian
menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Abu Thalhah datang kepada
Rasulullah saw. dan berkata: Allah telah berfirman dalam kitab-Nya: Sekali-kali
kalian tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan
sebagian harta yang kalian cintai, sedangkan harta yang paling aku cintai adalah
kebun Bairaha, maka kebun itu aku sedekahkan karena Allah. Aku mengharapkan
kebaikan dan simpanannya (pahalanya di akhirat) di sisi Allah. Oleh sebab itu,
pergunakanlah kebun itu, wahai Rasulullah, sekehendakmu. Rasulullah saw.
bersabda: Bagus! Itu adalah harta yang menguntungkan, itu adalah harta yang
menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan mengenai kebun itu.
Dan aku berpendapat, hendaknya kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu.
Lalu Abu Thalhah membagi-bagi kebun itu dan memberikannya kepada kaum kerabat
dan anak-anak pamannya. (Shahih Muslim No.1664)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Maimunah binti Harits ra.: <br />Bahwa ia memerdekakan seorang budak pada zaman
Rasulullah saw. Ketika hal itu ia tuturkan kepada Rasulullah saw, beliau
bersabda: Seandainya budak itu engkau berikan kepada bibi-bibimu, tentu lebih
besar lagi pahalamu. (Shahih Muslim No.1666)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Zainab ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Bersedekahlah kalian,
wahai kaum wanita, meskipun dari perhiasan kalian! Kemudian aku (Zainab) kembali
kepada Abdullah, dan berkata: Engkau adalah seorang lelaki yang tidak banyak
harta, sedangkan Rasulullah saw. telah memerintahkan kita untuk bersedekah, maka
datanglah kepada beliau untuk menanyakan apakah cukup sedekahku aku berikan
kepadamu. Jika tidak, aku akan berikan kepada selain engkau. Abdullah berkata:
Engkau sajalah yang datang menemui beliau. Lalu berangkat, ternyata di depan
pintu rumah Rasulullah saw. sudah ada seorang wanita Ansar yang sama
keperluannya dengan keperluanku. Pada saat itu Rasulullah saw. sedang merasa
segan, lalu Bilal keluar menemui kami. Kami berkata kepadanya: Temuilah
Rasulullah saw. beritahukan kepada beliau bahwa ada dua orang wanita di depan
pintu yang ingin bertanya: Apakah cukup sedekah keduanya diberikan kepada suami
mereka dan kepada anak-anak yatim yang berada dalam tanggungan mereka? Tapi
jangan katakan siapa kami. Lalu Bilal masuk menemui Rasulullah saw. dan bertanya
kepada beliau. Rasulullah saw. bertanya: Siapakah mereka berdua? Bilal menjawab:
Seorang wanita Ansar dan Zainab. Rasulullah saw. bertanya: Zainab yang mana?
Bilal menjawab: Istri Abdullah. Rasulullah saw. bersabda kepada Bilal: Mereka
berdua mendapatkan dua pahala, pahala kerabat dan pahala sedekah. (Shahih Muslim
No.1667)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra., ia berkata: <br />Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Wahai
Rasulullah, Apakah aku mendapatkan pahala bila aku memberi nafkah kepada
anak-anak Abu Salamah, aku tidak dapat membiarkan mereka ke sana ke mari
(mencari rezeki), bagaimanapun mereka juga anak-anakku. Rasulullah saw.
bersabda: Ya, engkau mendapatkan pahala apa yang engkau nafkahkan kepada mereka.
(Shahih Muslim No.1668)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Masud Al-Badri ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya seorang
muslim, jika memberikan nafkah kepada keluarganya dan ia mengharap pahala
darinya, maka nafkahnya itu menjadi sedekah baginya. (Shahih Muslim No.1669)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Asma
ra., ia berkata: <br />Aku bertanya kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah,
ibuku (seorang musyrik) datang kepadaku mengharap bakti dariku. Apakah aku harus
berbakti kepadanya? Rasulullah saw. bersabda: Ya. (Shahih Muslim
No.1670)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Pahala
sedekah sampai untuk mayit</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi saw. dan berkata: Wahai
Rasulullah, ibuku meninggal dunia mendadak dan tidak sempat berwasiat. Tetapi
aku menduga seandainya ia dapat berbicara, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia
mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya? Rasulullah saw. bersabda: Ya.
(Shahih Muslim No.1672)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Menerangkan
bahwa sebutan sedekah juga dapat diterapkan pada setiap macam kebaikan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Setiap muslim wajib bersedekah.
Ditanyakan: Apa pendapatmu jika ia tidak mempunyai sesuatu (untuk bersedekah)?
Rasulullah saw. bersabda: Dia bekerja dengan kedua tangannya, sehingga ia dapat
memberi manfaat dirinya dan bersedekah. Ditanyakan pula: Apa pendapatmu, jika ia
tidak mampu? Rasulullah saw. bersabda: Dia dapat membantu orang dalam keperluan
mendesak. Ditanyakan lagi: Apa pendapatmu, bila tidak mampu? Rasulullah saw.
bersabda: Dia dapat memerintahkan kebaikan. Masih ditanyakan lagi: Apa
pendapatmu jika ia tidak melakukannya? Rasulullah saw. bersabda: Dia dapat
menahan diri dari berbuat kejahatan, karena itu adalah sedekah. (Shahih Muslim
No.1676)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Setiap ruas tulang
manusia wajib bersedekah setiap hari, di mana matahari terbit. Selanjutnya
beliau bersabda: Berlaku adil antara dua orang adalah sedekah, membantu
seseorang (yang kesulitan menaikkan barang) pada hewan tunggangannya, lalu ia
membantu menaikkannya ke atas punggung hewan tunggangannya atau mengangkatkan
barang-barangnya adalah sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda: Perkataan yang
baik adalah sedekah, setiap langkah yang dikerahkan menuju salat adalah sedekah
dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah. (Shahih Muslim
No.1677)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Tentang
orang yang berinfak dan orang yang enggan berinfak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Setiap hari, di mana
para hamba memasuki waktu pagi, pasti ada dua malaikat yang turun. Satu di
antara keduanya berdoa: "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak",
dan yang satu lagi berdoa: "Ya Allah, berikanlah kemusnahan (kerugian) kepada
orang yang enggan berinfak". (Shahih Muslim No.1678)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Ajakan
bersedekah sebelum datang masa di mana ia tidak menemukan orang yang menerimanya
(akhir zaman)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Haritsah bin Wahab ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Bersedekahlah kalian, karena hampir saja seseorang berjalan membawa sedekahnya,
lalu orang yang hendak diberi sedekah berkata: Seandainya engkau memberikan
kepadaku kemarin, tentu aku menerimanya. Sekarang aku tidak lagi memerlukannya.
Orang itu tidak menemukan orang yang mau menerima sedekahnya. (Shahih Muslim
No.1679)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Pasti akan datang kepada manusia
suatu zaman, di mana seseorang berkeliling membawa sedekah emas, lalu ia tidak
menemukan seorang pun yang mau mengambilnya. Dan terlihat seseorang diikuti oleh
empat puluh orang wanita yang berlindung kepadanya karena sedikitnya kaum lelaki
dan banyaknya kaum wanita. (Shahih Muslim No.1680)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan terjadi hari kiamat
sebelum harta menjadi banyak dan melimpah, sampai-sampai seseorang yang hendak
mengeluarkan zakat hartanya tidak mendapati orang yang mau menerimanya dan
sampai tanah Arab kembali menjadi padang gembala dan sungai-sungai. (Shahih
Muslim No.1681)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Penerimaan
sedekah adalah dari hasil usaha yang baik dan pengembangan yang baik
pula</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah seorang yang
bersedekah dengan harta yang baik, Allah tidak menerima kecuali yang baik,
kecuali (Allah) Yang Maha Pengasih akan menerima sedekah itu dengan tangan
kanan-Nya. Jika sedekah itu berupa sebuah kurma, maka di tangan Allah yang Maha
Pengasih, sedekah itu akan bertambah sampai menjadi lebih besar dari gunung,
sebagaimana seseorang di antara kalian membesarkan anak kudanya atau anak
untanya. (Shahih Muslim No.1684)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Sunat
bersedekah walau hanya separoh kurma atau perkataan yang baik dan sedekah
merupakan tabir dari api neraka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Adi
bin Hatim ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Nabi saw. bersabda: Barang siapa di
antara kalian mampu berlindung dari neraka walau hanya dengan separoh kurma,
maka hendaklah ia melakukannya (bersedekah). (Shahih Muslim
No.1687)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Kuli angkut
mendapat pahala dari upah yang disedekahkan dan larangan keras menolak
merendahkan orang yang bersedekah sedikit</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Masud ra., ia berkata: <br />Ketika kami diperintahkan untuk bersedekah, kami
menjadi kuli angkut (dan kami bersedekah dari upah pekerjaan itu). Abu Aqil
bersedekah dengan setengah sha`. Seseorang membawa sedekah sedikit lebih banyak
darinya. Orang-orang munafik berkata: Sesungguhnya Allah tidak butuh sedekah
orang ini, orang ini melakukan hal itu hanya untuk pamer. Lalu turunlah ayat:
yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan
sukarela dan mencela orang-orang yang tidak mendapatkan "sesuatu untuk
disedekahkan" selain sekedar jerih payahnya. (Shahih Muslim
No.1692)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Keutamaan
meminjamkan unta perah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Ingatlah, bahwa seseorang yang
memberikan unta perah kepada anggota keluarganya, yang dapat menghasilkan
sepanci besar susu setiap keluar di pagi dan sore, maka pahalanya sungguh sangat
besar. (Shahih Muslim No.1693)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw. bahwa beliau melarang beberapa hal lalu
menyebutkan beberapa perangai dan bersabda: Barang siapa memberi pinjaman unta,
maka unta itu memasuki waktu pagi dengan sedekah dan memasuki waktu sore dengan
sedekah, yakni susunya di pagi hari dan di sore hari itu. (Shahih Muslim
No.1694)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Perumpamaan
orang yang berinfak dan orang kikir</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Perumpamaan orang yang
berinfak dan orang yang bersedekah adalah seperti seorang lelaki yang mengenakan
dua jubah atau dua baju besi mulai dadanya sampai ke atas. Apabila orang yang
berinfak hendak berinfak, (dalam riwayat lain) Apabila orang yang bersedekah
hendak bersedekah, maka baju itu menjadi longgar padanya. Dan kalau orang bakhil
hendak berinfak, maka baju itu menjadi sesak dan terasa kecil, sehingga dapat
menutupi jari-jarinya dan menghapus jejaknya. Lalu ia berkata: Kata Abu Hurairah
ra.: Kemudian beliau bersabda: Orang yang bakhil ingin melonggarkan pakaiannya,
tetapi tidak longgar. (Shahih Muslim No.1695)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Pahala orang
yang bersedekah tetap, meskipun sedekahnya jatuh ke tangan orang yang tak
berhak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seorang lelaki berkata:
Sungguh aku akan mengeluarkan sedekah pada malam ini. Lalu ia keluar membawa
sedekahnya dan jatuh ke tangan seorang wanita pezina. Pada pagi harinya, orang
banyak membicarakan: Tadi malam, seorang wanita pezina mendapatkan sedekah.
Lelaki itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada
wanita pezina). Aku akan bersedekah lagi. Dia keluar membawa sedekahnya dan
jatuh ke tangan orang kaya. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan:
Sedekah diberikan kepada orang kaya. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu
segala puji, (sedekahku jatuh pada orang kaya). Aku akan bersedekah lagi.
Kemudian ia keluar membawa sedekah dan jatuh ke tangan pencuri. Pada pagi
harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada pencuri. Orang itu
mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, sedekahku ternyata jatuh pada
wanita pezina, pada orang kaya dan pada pencuri. Lalu ia didatangi (malaikat)
dan dikatakan kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi wanita
pezina itu akan menghentikan perbuatan zinanya, karena sedekahmu, orang kaya
dapat mengambil pelajaran dan mau memberikan sebagian apa yang telah diberikan
Allah kepadanya. Dan mungkin saja si pencuri menghentikan perbuatan mencurinya,
karena sedekahmu. (Shahih Muslim No.1698)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Pahala
bendahara yang tepercaya dan wanita yang bersedekah dari rumah suaminya sesuatu
yang belum rusak, baik dengan izin yang jelas maupun secara adat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya bendahara muslim
lagi tepercaya adalah yang melaksanakan (kemungkinan juga beliau bersabda:
memberikan) apa yang diperintahkan. Kemudian ia memberikannya sempurna dan
banyak dengan jiwa yang baik, lalu ia menyerahkannya kepada orang yang
diperintahkan salah seorang yang bersedekah untuk diberikan sedekah. (Shahih
Muslim No.1699)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang wanita
berinfak dari makanan rumahnya yang tidak rusak, maka ia mendapat pahala dari
apa yang telah ia infakkan dan suaminya mendapatkan pahala dengan apa yang telah
diusahakan. Demikian pula, bendahara (mendapat pahala) seperti pahala orang yang
bersedekah, sebagian mereka tidak mengurangi sedikit pun pahala sebagian yang
lain. (Shahih Muslim No.1700)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Wanita yang suaminya
ada, tidak boleh berpuasa kecuali dengan izinnya dan tidak boleh mengizinkan
orang lain masuk rumah suaminya, saat suaminya ada kecuali dengan izinnya. Dan
apapun yang ia infakkan dari hasil kerja suaminya tanpa perintah suaminya, maka
separoh pahalanya adalah milik suaminya. (Shahih Muslim No.1704)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Orang yang
mengumpulkan sedekah dan amal-amal kebaikan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa berinfak dengan
sepasang (kuda, unta dan sebagainya) di jalan Allah, maka di surga ia dipanggil:
Wahai hamba Allah, pintu ini adalah lebih baik. Barang siapa termasuk ahli
salat, maka ia dipanggil dari pintu salat. Barang siapa termasuk ahli jihad,
maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa termasuk ahli sedekah, maka ia
dipanggil dari pintu sedekah. Dan barang siapa termasuk ahli puasa, maka ia
dipanggil dari pintu Rayyan. Abu Bakar Sidik bertanya: Wahai Rasulullah, apakah
setiap orang pasti dipanggil dari pintu-pintu tersebut. Apakah mungkin seseorang
dipanggil dari semua pintu? Rasulullah saw. bersabda: Ya, dan aku berharap
engkau termasuk di antara mereka (yang dipanggil dari semua pintu). (Shahih
Muslim No.1705)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>23. Anjuran
berinfak dan makruh menghitung-hitungnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Asma
binti Abu Bakar ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda kepadaku:
Berinfaklah atau memberilah dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan
memperhitungkannya untukmu. (Shahih Muslim No.1708)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>24. Anjuran
bersedekah walau sedikit dan jangan enggan bersedekah karena meremehkan yang
sedikit</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: Wahai para wanita
muslimah, jangan sekali-kali seseorang meremehkan pemberian tetangganya,
meskipun hanya berupa teracak (kuku) kambing. (Shahih Muslim
No.1711)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>25. Keutamaan
merahasiakan sedekah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Ada tujuh golongan yang bakal
dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah
kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada mesjid
(selalu melakukan salat jamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di
jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang yang diajak
perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi ia mengatakan: Aku takut
kepada Allah, seseorang yang memberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai
tangan kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kirinya dan seseorang
yang berzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari
kedua matanya. (Shahih Muslim No.1712)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>26. Menerangkan
bahwa sedekah yang paling utama ialah sedekah orang yang sehat yang
kikir</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. lalu
berkata: Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling agung? Rasulullah saw.
bersabda: Engkau bersedekah ketika engkau engkau sehat lagi kikir dan sangat
memerlukan, engkau takut miskin dan sangat ingin menjadi kaya. Jangan engkau
tunda-tunda sampai nyawa sudah sampai di kerongkongan, baru engkau berpesan:
Berikan kepada si fulan sekian dan untuk si fulan sekian. Ingatlah, memang
pemberian itu hak si fulan. (Shahih Muslim No.1713)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>27. Menerangkan
bahwa tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah dan tangan yang
di atas adalah yang memberi dan tangan yang di bawah adalah yang
menerima</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. ketika berada di atas mimbar,
beliau menuturkan tentang sedekah dan menjaga diri dari meminta. Beliau
bersabda: Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan yang
di atas adalah yang memberi dan yang di bawah adalah yang meminta. (Shahih
Muslim No.1715)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Hakim
bin Hizam ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sedekah yang paling utama
atau sedekah yang paling baik adalah sedekah dari harta yang cukup. Tangan yang
di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Mulailah dari orang yang engkau
tanggung (nafkahnya). (Shahih Muslim No.1716)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>28. Larangan
meminta</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Muawiyah ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya aku ini hanyalah bendaharawan, maka barang siapa aku berikan dan
kebaikan hatiku, maka ia mendapat keberkahan dan barang siapa yang aku berikan
karena ia meminta, maka ia seperti orang yang makan dan tidak akan kenyang.
(Shahih Muslim No.1719)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>29. Orang miskin
adalah orang yang tidak berkecukupan dan tidak diketahui, lalu ia diberi
sedekah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang miskin itu bukanlah
orang yang berkeliling meminta-minta kepada manusia, lalu ia diberikan sesuap,
dua suap, sebuah dan dua buah kurma. Para sahabat bertanya: Kalau begitu,
siapakah orang miskin itu, wahai Rasulullah? Rasulullah saw. bersabda: Orang
yang tidak menemukan harta yang mencukupinya tapi orang-orang tidak tahu (karena
kesabarannya, ia menyembunyikan keadaannya dan tidak meminta-minta kepada orang
lain), lalu diberi sedekah tanpa meminta sesuatu pun kepada manusia. (Shahih
Muslim No.1722)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>30. Tidak
disukai meminta kepada orang lain</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Masih saja seorang engkau
meminta-minta hingga ia bertemu Allah dengan wajah tidak berdaging (karena
hinanya). (Shahih Muslim No.1724)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sungguh,
jika salah seorang di antara kalian berangkat pagi untuk mencari kayu yang ia
panggul di atas punggungnya, lalu ia menyedekahkannya dan tidak memerlukan
pemberian manusia, maka itu adalah lebih baik daripada ia meminta kepada
seseorang, baik orang lain itu memberinya ataupun tidak. Karena, tangan yang di
atas (yang memberi) lebih utama dari tangan yang di bawah (yang menerima). Dan
mulailah dengan orang yang engkau tanggung. (Shahih Muslim
No.1727)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>31. Orang yang
diberi tanpa meminta boleh mengambil secukupnya, tanpa berlebihan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Umar bin Khathab ra., ia berkata: <br />Rasulullah
saw. pernah memberiku suatu pemberian, lalu aku berkata: Berikanlah saja kepada
orang yang lebih memerlukannya dariku. Pada lain kali beliau memberiku uang, aku
berkata: Berikanlah kepada orang yang lebih memerlukannya dariku. Lalu
Rasulullah saw. bersabda: Ambillah! Apapun harta yang datang kepadamu, sedangkan
engkau tidak tamak dan tidak meminta, maka ambillah dan apa yang datang
kepadamu, maka janganlah engkau jiwamu mengikutinya. (Shahih Muslim No.1731)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>32. Tidak
disukai loba kepada harta dunia</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Hati orang tua menjadi muda karena
mencintai dua hal; suka dengan kehidupan dan harta. (Shahih Muslim No.1734)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersada: Anak cucu Adam menjadi
semakin tua, kecuali pada dua hal yang membuatnya menjadi muda, yaitu loba
terhadap harta dan loba terhadap umur. (Shahih Muslim No.1736)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>33. Seandainya
anak cucu Adam mempunyai dua lembah harta, tentu ia masih menginginkan yang
ketiga</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Seandainya anak cucu
Adam mempunyai dua lembah harta, tentu ia masih menginginkan yang ketiga.
Padahal yang memenuhi perut anak cucu Adam hanyalah tanah. Dan Allah menerima
tobat orang yang mau bertobat. (Shahih Muslim No.1737)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Seandainya
anak cucu Adam mempunyai harta sepenuh lembah, tentu ia masih ingin memiliki
yang ketiga. Padahal yang mengisi perut anak cucu Adam itu hanyalah tanah. Dan
Allah selalu menerima tobat orang-orang yang mau bertobat. (Shahih Muslim
No.1739)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>34. Kaya itu
bukanlah karena banyak harta</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Kaya itu bukanlah
lantaran banyak harta. Tetapi, kaya itu adalah kaya hati. (Shahih Muslim
No.1741)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>35. Kekhawatiran
terhadap keindahan dunia</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. berdiri berkhutbah kepada
kaum muslimin. Beliau bersabda: Tidak, demi Allah, aku tidak khawatir atas
kalian, wahai manusia, kecuali terhadap keindahan dunia yang dikeluarkan Allah
untuk kalian. Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kebaikan dapat
mendatangkan keburukan? Rasulullah, saw. diam sejenak, kemudian beliau bersabda:
Apa yang engkau tanyakan? Aku mengulangi pertanyaan: Wahai Rasulullah, apakah
kebaikan itu dapat mendatangkan keburukan? Rasulullah saw. menjawab: Kebaikan
(yang hakiki) itu hanya akan mendatangkan kebaikan. Apakah dapat dikatakan
kebaikan, yang engkau dapat dari keindahan dunia itu? Setiap yang tumbuh pada
musim semi itu dapat membunuh karena kekenyangan atau nyaris membunuh, kecuali
ternak yang makan. Ternak itu makan, sampai ketika kedua lambungnya telah penuh,
ia menghadap ke arah matahari untuk membuang kotoran encer atau kencing,
kemudian memamah dan kembali makan. Barang siapa mengambil harta sesuai dengan
haknya, maka ia diberkati dalam harta itu. Dan barang siapa mengambil harta
tidak menurut haknya, maka ia seperti orang yang makan tapi tidak pernah
kenyang. (Shahih Muslim No.1742)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>36. Keutamaan
sifat iffah dan sabar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra.: <br />Bahwa sebagian orang Ansar meminta kepada Rasulullah
saw., maka beliau memberi mereka. Kemudian mereka meminta lagi, beliau pun
memberi mereka, sampai ketika telah habis sesuatu yang ada pada beliau, beliau
bersabda: Apapun kebaikan yang ada padaku, maka aku tidak akan menyembunyikannya
dari kalian. Barang siapa menjaga kehormatan diri, maka Allah akan menjaga
kehormatan dirinya. Barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan
mencukupinya. Barang siapa yang bersabar, maka Allah akan membuatnya sabar.
Seseorang tidak diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran. (Shahih Muslim No.1745)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>37. Tentang
merasa cukup dan menerima apa adanya </b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. berdoa: "Ya Allah jadikan rezeki
keluarga Muhammad cukup untuk satu hari saja". (Shahih Muslim
No.1747)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>38. Memberi
orang yang meminta dengan kata-kata kotor dan kasar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Aku pernah berjalan bersama Rasulullah saw.
Beliau mengenakan selendang dari Najran yang kasar pinggirnya. Tiba-tiba seorang
badui berpapasan dengan beliau, lalu menarik selendang beliau dengan kuat.
Ketika aku memandang ke sisi leher Rasulullah saw. ternyata pinggiran selendang
telah membekas di sana, karena kuatnya tarikan. Orang itu kemudian berkata: Hai
Muhammad, berikan aku sebagian dari harta Allah yang ada padamu. Rasulullah saw.
berpaling kepadanya, lalu tertawa dan memberikan suatu pemberian kepadanya.
(Shahih Muslim No.1749)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Miswar bin Makhramah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. membagi-bagikan
pakaian luar, tetapi tidak memberikan sesuatu pun kepada Makhramah. Lalu
Makhramah berkata kepadaku (Miswar): Wahai anakku, marilah berangkat bersamaku
menemui Rasulullah saw. Aku berangkat bersamanya. Ia berkata: Masuklah dan
panggilkan beliau untukku. Aku memanggilkannya, lalu beliau keluar dengan
membawa selembar pakaian luar dan bersabda: Aku menyimpan ini untukmu. Aku
memandang beliau, lalu beliau bersabda: Mudah-mudahan Makhramah senang. (Shahih
Muslim No.1750)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>39. Memberi
orang yang baru memeluk Islam dan menyabarkan orang yang kuat imannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Bahwa pada waktu perang Hunain, ketika Allah menganugerahkan
fa'i jarahan kepada Rasulullah saw., berupa harta-harta kabilah Hawazin, ketika
Rasulullah saw. mulai membagikan para pemuka Quraisy seratus ekor unta,
orang-orang Ansar berkata: Semoga Allah mengampuni Rasulullah saw., beliau
memberikan para pemuka Quraisy dan meninggalkan kami (tidak memberi kami),
sedangkan pedang-pedang kami masih meneteskan darah mereka. Anas bin Malik
berkata: Rasulullah saw. diceritakan tentang ucapan mereka. Lalu beliau
memanggil orang-orang Ansar. Beliau mengumpulkan mereka dalam sebuah kemah dari
kulit yang disamak. Setelah semua berkumpul, Rasulullah saw. datang dan
bertanya: Pembicaraan apa yang sampai kepadaku dari kalian? Orang Ansar yang
paham menjawab: Orang-orang yang paham di antara kami wahai Rasulullah, tidak
mengatakan apa-apa. Sedangkan orang-orang yang masih muda di antara kami
mengatakan: Semoga Allah mengampuni Rasul-Nya, beliau memberi orang Quraisy dan
meninggalkan kami, sedangkan pedang-pedang kami masih meneteskan darah mereka.
Rasulullah saw. bersabda: Sungguh, aku memberikan (harta rampasan) kepada
orang-orang yang baru saja meninggalkan kekafiran adalah untuk mengokohkan hati
mereka. Tidakkah kalian rela jika mereka pergi mendapatkan harta, sedangkan
kalian kembali ke rumah kalian bersama Rasul (utusan Allah)? Demi Allah, apa
yang kalian bawa pulang itu lebih baik dari apa yang mereka bawa. Mereka
berkata: Ya, wahai Rasulullah, kami rela. Beliau bersabda: Sungguh, kalian akan
mendapati pilihan berat, maka bersabarlah kalian hingga kalian bertemu Allah dan
Rasul-Nya (sampai mati) dan berada di telaga. Mereka berkata: Kami akan bersabar
(tetap bersama baginda). (Shahih Muslim No.1753)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Zaid ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. membagi-bagikan harta rampasan
perang ketika memenangkan perang Hunain. Beliau memberi orang-orang yang hendak
dibujuk hatinya (orang yang baru masuk Islam). Lalu sampai berita kepadanya
bahwa orang-orang Ansar ingin mendapatkan seperti apa yang diperoleh oleh
mereka. Maka Rasulullah saw. berdiri menyampaikan pidato kepada mereka. Setelah
memuji dan menyanjung Allah, beliau bersabda: Hai orang-orang Ansar, bukankah
aku temukan kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah menunjuki kalian dengan sebab
kau? Bukankah aku temukan kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah membuat kalian
kaya dengan sebab aku? Bukankah aku temukan kalian dalam keadaan terpecah-belah,
lalu Allah mempersatukan kalian dengan sebab aku? orang-orang Ansar menjawab:
Allah dan Rasul-Nya lebih berhak mengungkit-ungkit. Kemudian beliau bersabda:
Mengapa kalian tidak menjawabku? Mereka berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih
berhak mengungkit-ungkit. Beliau bersabda: Kalian boleh saja berkata begini dan
begini pada masalah begini dan begini. (Beliau menyebutkan beberapa hal. Amru,
perawi hadis mengira ia tidak dapat menghafalnya). Selanjutnya beliau bersabda:
Tidakkah kalian rela jika orang lain pergi dengan membawa kambing-kambing dan
unta dan kalian pergi bersama Rasulullah ke tempat kalian? Orang-orang Ansar itu
bagaikan pakaian dalam dan orang lain seperti pakaian luar (maksudnya orang
Ansarlah yang paling dekat di hati Nabi saw.) Seandainya tidak ada hijrah, tentu
aku adalah salah seorang di antara golongan Ansar. Seandainya orang-orang
melalui lembah dan lereng, tentu aku melalui lembah dan celah orang-orang Ansar.
Kalian pasti akan menemukan keadaan yang tidak disukai sepeninggalku. Karena
itu, bersabarlah kalian hingga kalian bertemu denganku di atas telaga (pada hari
kiamat). (Shahih Muslim No.1758)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />Ketika hari perang Hunain, Rasulullah
saw. mengutamakan beberapa orang dalam pembagian. Beliau memberi Aqra` bin Habis
seratus ekor unta, memberikan kepada Uyainah dan beberapa para memuka Arab.
Ketika itu beliau saw. mengutamakan mereka dalam pembagian. Lalu seseorang
berkata: Demi Allah, sungguh ini adalah pembagian yang sama sekali tidak adil
dan tidak dikehendaki Allah. Aku (Abdullah) berkata: Demi Allah, aku pasti akan
menyampaikannya kepada Rasulullah saw. Aku datang kepada Rasulullah saw. dan
memberitahu beliau tentang ucapan orang tersebut. Mendengar itu, wajah beliau
berubah kemerah-merahan, kemudian bersabda: Siapa lagi yang dapat berbuat adil,
jika Allah dan Rasul-Nya tidak berbuat adil? Kemudian beliau melanjutkan: Semoga
Allah memberikan rahmat kepada Nabi Musa. Dia telah disakiti hatinya (oleh
kaumnya) lebih banyak dari ini, tetapi ia tetap sabar. Aku berkata: Sesudah ini
aku tidak melaporkan pembicaraan apapun kepada beliau. (Shahih Muslim
No.1759)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>40. Menyebutkan
golongan Khawarij dan sifat mereka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di
Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan
Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang
itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau!
Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi,
jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata: Biarkan aku membunuh orang
munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari
pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini
dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan
mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya.
(Shahih Muslim No.1761)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata: <br />Ali ra. yang sedang berada di Yaman,
mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian
Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis
Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang
dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang
Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak
memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk
mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat,
kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan
kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw.
bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia
mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu
laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh
laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid
bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada
orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka
membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam
secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka,
pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim
No.1762)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>41. Anjuran
untuk membunuh orang-orang Khawarij</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan
muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan
yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran,
tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat
anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka
bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari
kiamat. (Shahih Muslim No.1771)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>42. Golongan
Khawarij adalah seburuk-buruk manusia</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Hunaif ra.: <br />Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal:
Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal
menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka
adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui
tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari
busurnya. (Shahih Muslim No.1776)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>43. Larangan
berzakat kepada Rasulullah saw., keluarganya, Bani Hasyim dan Bani
Muthalib</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Suatu ketika Hasan bin Ali mengambil sebuah kurma
dari kurma sedekah (zakat) dan hendak memasukkannya ke dalam mulutnya, kemudian
Rasulullah saw. bersabda: Hai, hai, buang itu! Tidakkah engkau tahu bahwa kita
tidak boleh makan sedekah (zakat)?. (Shahih Muslim No.1778)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: Aku kembali kepada
keluargaku, lalu aku menemukan sebuah kurma yang jatuh di atas pembaringanku.
Kemudian aku mengambilnya untuk aku makan, tetapi aku khawatir kurma itu kurma
sedekah, maka aku membuangnya. (Shahih Muslim No.1779)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Bahwa Nabi saw. menemukan sebuah kurma, lalu beliau bersabda:
Seandainya kurma itu bukan kurma sedekah, maka aku akan memakannya. (Shahih
Muslim No.1781)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>44. Nabi saw.,
Bani Hasyim dan Bani Muthalib diperbolehkan menerima hadiah, meskipun pemberi
hadiah mendapatkannya dari sedekah serta menerangkan bahwa apabila sedekah telah
diterima oleh orang yang diberi sedekah, maka hilanglah sifat sedekah dan
menjadi halal bagi setiap orang yang semula haram menerimanya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Barirah menghadiahkan daging kepada Nabi saw. Daging
tersebut adalah sedekah untuknya (Barirah). Rasulullah saw. bersabda: Daging itu
baginya adalah sedekah, sedangkan bagi kami adalah hadiah. (Shahih Muslim
No.1786)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. diberi daging sapi dan dikatakan: Ini adalah
daging yang disedekahkan kepada Barirah. Beliau bersabda: Baginya adalah sedekah
dan bagi kami adalah hadiah. (Shahih Muslim No.1787)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Athiyyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. mengirimkan kambing sedekah
(zakat). Lalu aku mengirimkan sebagiannya kepada Aisyah ra. Ketika Rasulullah
saw. datang kepada Aisyah ra. beliau bertanya: Apakah kalian mempunyai sesuatu?
Aisyah ra. menjawab: Tidak, kecuali bahwa Nusaibah (Ummu Athiyyah) mengirimkan
kepada kita sebagian kambing yang baginda kirimkan kepadanya. Rasulullah saw.
bersabda: Kambing itu telah mencapai kehalalannya (hilang hukum sedekah sehingga
menjadi halal bagi kita). (Shahih Muslim No.1789)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>45. Nabi saw.
menerima hadiah dan menolak sedekah (zakat)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. biasanya bila dibawakan makanan, beliau selalu
menanyakannya terlebih dahulu. Jika dikatakan bahwa makanan itu adalah hadiah,
maka beliau memakannya. Dan kalau dikatakan bahwa itu adalah sedekah, maka
beliau tidak mau memakannya. (Shahih Muslim No.1790)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>46. Doa untuk
orang yang datang membawa sedekah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abu Aufa ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bila didatangi oleh
orang-orang yang membawa sedekah mereka, beliau berdoa: "Ya Allah, rahmatilah
mereka". Ketika ayahku, Abu Aufa datang membawa sedekahnya, beliau berdoa: Ya
Allah, rahmatilah keluarga Abu Aufa. (Shahih Muslim No.1791)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-35185175579873043472012-05-27T16:50:00.002-07:002012-05-27T16:50:55.652-07:00Hadist Jenazah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab Jenazah</h2>
<h2 style="text-align: left;">
</h2>
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiILfWhUaMurDN2XpdzvCF9ASzQ0kb4cY7R43_vV9qH5mX2Z_mqpu5lTzipq3WVyh3SZuc52jTvkSZKmYRDuFAyHR9wiT3D2QjoG_luI2WB71jbxuyx4JG254kbVFk0D2hH3Yu_8eMST2o/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiILfWhUaMurDN2XpdzvCF9ASzQ0kb4cY7R43_vV9qH5mX2Z_mqpu5lTzipq3WVyh3SZuc52jTvkSZKmYRDuFAyHR9wiT3D2QjoG_luI2WB71jbxuyx4JG254kbVFk0D2hH3Yu_8eMST2o/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Meratapi
mayit</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Usamah bin Zaid ra., ia berkata: <br />Kami sedang berada di dekat Rasulullah saw.
ketika seorang di antara putri beliau menyuruh seseorang memanggil beliau dan
memberi kabar bahwa anak putri beliau itu sedang menghadapi maut, Rasulullah
saw. bersabda kepada utusan tersebut: Kembalilah dan kabarkan kepadanya bahwa
apa yang Allah ambil dan Allah berikan adalah milik-Nya semata. Segala sesuatu
di sisi-Nya adalah dengan batas waktu tertentu. Suruhlah ia untuk bersabar dan
mengharap pahala. Utusan itu kembali dan berkata: Dia berjanji akan memenuhi
pesan-pesan itu. Lalu Nabi saw. berdiri diikuti oleh Saad bin Ubadah dan Muadz
bin Jabal. Aku pun (Usamah bin Zaid) ikut berangkat bersama mereka. Kepada
Rasulullah saw. anak (dari putri beliau) diserahkan dan jiwanya bergolak seperti
berada dalam qirbah (tempat air) tua. Kedua mata Rasulullah saw. menitikkan air
mata. Lalu Saad bertanya: Apa arti air mata itu, ya Rasulullah? Rasulullah saw.
bersabda: Ini adalah rahmat (kasih sayang) yang diletakkan Allah dalam hati para
hamba-Nya. Sesungguhnya Allah mengasihi para hamba-Nya yang pengasih. (Shahih
Muslim No.1531)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra., ia berkata: </div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<a name='more'></a><br />Saad bin Ubadah mengalami sakit keras,
lalu Rasulullah saw. menjenguknya bersama Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abu
Waqqash dan Abdullah bin Masud. Ketika beliau tiba, beliau mendapatinya dalam
keadaan tidak sadarkan diri. Rasulullah saw. bertanya: Apakah ia telah meninggal
dunia? Orang-orang yang hadir di sana menjawab: Belum, ya Rasulullah. Kemudian
Rasulullah saw. menangis. Ketika para sahabat melihat tangis Rasulullah saw.,
mereka ikut menangis. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Tidakkah kalian mendengar
bahwa sesungguhnya Allah tidak menyiksa karena air mata dan atau karena
kesedihan hati. Tetapi Dia menyiksa atau mengasihi sebab ini. Beliau menunjuk ke
lidah beliau (maksudnya karena ratapan yang diucapkan lidah karena menolak qada
dan takdir Allah atas si mayit). (Shahih Muslim No.1532)</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Kesabaran
adalah pada awal tertimpa musibah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Sabar itu pada awal
kejadian. (Shahih Muslim No.1534)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Mayit disiksa
karena ratapan (penyesalan) keluarganya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya mayit akan disiksa karena
tangis ratapan (penyesalan) keluarganya. (Shahih Muslim No.1536)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Dari Abdullah bin Abu Mulaikah, ia berkata: Aku sedang duduk di
samping Ibnu Umar. Kami sedang menunggu jenazah Ummu Aban binti Usman.
Bersamanya juga ada Amru bin Usman. Kemudian Ibnu Abbas datang dituntun oleh
seseorang yang menunjukkan tempat Ibnu Umar. Ibnu Abbas datang dan duduk di
sampingku. Aku berada di tengah-tengah antara Ibnu Umar dan Ibnu Abbas.
Tiba-tiba terdengar suara dari rumah. Lalu Ibnu Umar berkata: Nampaknya ia
berusaha menghalangi Amru untuk berdiri guna melarang mereka. Aku pernah
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya mayit itu akan disiksa karena
tangis ratapan keluarganya. Ia berkata: Abdullah menjadikannya mutlak
(sebelumnya adalah dengan bersyarat). Ibnu Abbas berkata: Kami sedang bersama
Amirul mukminin Umar bin Khathab. Ketika kami tiba di Baida, tiba-tiba ada
seseorang yang berteduh di bawah sebatang pohon. Amirul mukminin berkata
kepadaku: Pergi dan lihat siapa orang itu! Aku pun pergi, ternyata orang itu
Shuhaib. Aku kembali kepada Umar dan berkata: Engkau menyuruhku untuk melihat
siapa orang itu. Dia adalah Shuhaib. Umar berkata: Suruh ia ikut bersama kita!
Aku berkata: Jika ia bersama keluarganya? Umar berkata: Walaupun bersama
keluarganya. Atau mungkin Ayyub berkata: Suruhlah ia menemuiku. Tidak lama
setelah kami datang Amirul mukminin terkena musibah. Shuhaib datang menemuinya
sambil meratap: Aduh saudaraku! Aduh temanku! Umar berkata: Tidakkah engkau tahu
(atau tidakkah engkau mendengar) Ayyub berkata: Belum tahukah engkau atau Belum
mendengarkah engkau bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya mayit itu akan
disiksa karena tangis ratapan keluarganya. Adapun Abdullah ia menjadikannya
umum, adapun Umar ia berkata: Pada keadaan tertentu. Maka aku (Abdullah bin
Abdullah bin Abu Mulaikah) berdiri dan menemui Aisyah dan bercerita kepadanya
apa yang dikatakan oleh Ibnu Umar Aisyah berkata: Tidak, demi Allah! Rasulullah
saw. sama sekali tidak bersabda: Sesungguhnya mayit akan disiksa sebab tangis
seseorang. Tetapi beliau bersabda: Sesungguhnya orang kafir itu ditambah
siksanya oleh Allah sebab tangis keluarganya Sungguh, Allah adalah Zat yang
membuat tertawa dan membuat menangis. Dan seseorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain.. (Shahih Muslim No.1543)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Diriwayatkan
Mughirah bin Syu`bah ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Barang siapa yang diratapi, maka ia akan disiksa pada hari kiamat
nanti dengan yang diratapkan atasnya. (Shahih Muslim No.1549)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Teguran keras
terhadap perbuatan meratap</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Ketika berita gugurnya Ibnu Haritsah, Jakfar bin Abu
Thalib dan Abdullah bin Rawahah sampai kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw.
pun duduk bersedih hati. Ia (Aisyah) berkata: Aku melihat dari celah pintu. Lalu
datang seseorang mengabarkan kepada Rasulullah saw., katanya: Wahai Rasulullah
saw., sungguh istri-istri Jakfar! Orang itu menceritakan tangis istri-istri
Jakfar. Mendengar itu Rasulullah saw. menyuruh orang tersebut untuk melarangnya.
Dia pun pergi, lalu kembali lagi, menuturkan bahwa istri-istrinya tidak mau
menurut. Rasulullah saw. menyuruhnya lagi agar melarang istri-istri Jakfar
meratap. Dia pun pergi menuju istri-istri Jakfar lalu kembali lagi kepada
Rasulullah saw. sambil berkata: Demi Allah, mereka keras kepala, wahai
Rasulullah. Aisyah menyangka bahwa Rasulullah saw. bersabda: Pergilah dan
jejalkanlah debu tanah ke mulut mereka! Aisyah berkata: Aku berkata:
Mudah-mudahan Allah menghinakanmu! Engkau tidak melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh Rasulullah saw. dan engkau tidak mau meninggalkan Rasulullah
saw. bebas dari beban. (Shahih Muslim No.1551)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Athiyyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. mengambil janji kami saat baiat,
yaitu agar kami tidak meratapi mayit. Tidak ada di antara kami yang menepati
baiat itu kecuali lima orang wanita; Ummu Sulaim, Ummul `Ala, putri Abu Sabrah
(istri Muaz) atau putri Abu Sabrah dan istri Muaz. (Shahih Muslim
No.1552)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Kaum wanita
dilarang mengiringi jenazah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Athiyyah ra., ia berkata: <br />Kami (kaum wanita) dilarang mengiringkan jenazah
dan tidak diwajibkan atas kami. (Shahih Muslim No.1555)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Memandikan
mayat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Athiyyah ra., ia berkata: <br />Nabi saw. menjumpai kami, ketika kami sedang
memandikan putri beliau. Beliau bersabda: Mandikanlah ia tiga kali atau lima
kali atau lebih banyak lagi bila menurut kalian hal itu perlu, dengan air dan
daun bidara. Dan pada basuhan terakhir bubuhkanlah kapur barus atau sedikit
kapur barus. Kalau kalian sudah selesai, beritahukanlah aku. Ketika kami
selesai, kami memberitahu beliau, lalu beliau memberikan kain beliau kepada kami
seraya bersabda: Pakaikanlah ini padanya. (Shahih Muslim No.1557)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Mengafani
mayat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Khabbab bin Arat ra., ia berkata: <br />Kami hijrah bersama Rasulullah saw. di
jalan Allah, mengharapkan keridaan Allah, maka pahala kami atas tanggungan
Allah. Di antara kami ada orang-orang yang sama sekali tidak sempat merasakan
ganjaran-Nya (di dunia), seperti Mush'ab bin Umair. Dia terbunuh pada perang
Uhud. Padanya tidak ditemukan sesuatu pun untuk mengafani dirinya, kecuali
sehelai selimut. Apabila kami tutupkan selimut itu pada kepalanya, maka kedua
kakinya keluar (tidak tertutup) dan kalau selimut itu kami tutupkan pada kedua
kakinya, kepalanya keluar. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Tutupkanlah selimut
itu di kepalanya, sedangkan kedua kakinya tutupilah dengan idzkhir (sejenis
rerumputan yang harum baunya). Namun, di antara kami ada pula orang-orang yang
memiliki buah-buahan yang matang, lalu ia dapat memetiknya (berkesempatan
merasakan ganjaran-Nya di dunia). (Shahih Muslim No.1562)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. dikafani dalam tiga lapis kain tenun
putih yang terbuat dari kapas, tanpa ada baju ataupun sorban. Adapun tentang
selimut Yaman, orang-orang keliru mengira bahwa selimut itu dibeli untuk
mengafani beliau, tetapi selimut itu ditinggalkan (sebagai warisan) dan beliau
dikafani dalam tiga lapis kain tenun putih. Lalu selimut itu diambil oleh
Abdullah bin Abu Bakar. Ia berkata: Aku akan menyimpannya untuk mengafani diriku
nanti. Namun, kemudian ia berkata: Seandainya Allah meridainya bagi Nabi-Nya,
tentu Dia mengafani beliau dalam selimut itu. Lalu Abdullah menjualnya dan
menyedekahkan uang hasil penjualannya. (Shahih Muslim No.1563)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Menutupi
seluruh tubuh mayit</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah, Ummul mukminin ra., ia berkata: <br />Ketika beliau wafat, seluruh tubuh
Rasulullah saw. ditutupi dengan kain hibarah (kain katun berhias). (Shahih
Muslim No.1566)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Mempercepat
pengurusan jenazah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Percepatlah pengurusan
jenazah! Karena, jika jenazah itu baik, maka sudah sepantasnya kalian
mempercepatnya menuju kebaikan. Dan kalau tidak demikian (tidak baik), maka
adalah keburukan yang kalian letakkan dari leher-leher kalian (melepaskan dari
tanggungan kalian). (Shahih Muslim No.1568)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Keutamaan
salat jenazah dan mengiringinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa menghadiri
jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang
siapa menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua
qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama
dengan dua gunung yang besar. (Shahih Muslim No.1570)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Tsauban ra. maula Rasulullah saw.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang
siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath. Jika ia menghadiri
penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath sama dengan gunung
Uhud. (Shahih Muslim No.1575)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Tentang
pujian atau celaan bagi orang yang meninggal</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Ketika iring-iringan membawa jenazah lewat,
orang-orang memuji jenazah dengan kebaikan, kemudian Nabi saw. bersabda: Wajib,
wajib, wajib. Lalu lewat pula iringan jenazah lain, orang-orang mencelanya
dengan keburukan, kemudian Nabi saw. bersabda: Wajib, wajib, wajib. Umar
berkata: Menjadi penebusmu, ayah dan ibuku! Ada iringan jenazah lewat dan
orang-orang memujinya sebagai orang baik, lalu engkau mengatakan: Wajib, wajib,
wajib. Lewat pula iringan jenazah lain yang disifati sebagai orang jahat, lalu
engkau mengatakan: Wajib, wajib, wajib. Apa artinya itu? Rasulullah saw.
bersabda: Orang yang kalian puji sebagai orang baik, maka wajib baginya surga,
sedangkan orang yang kalian katakan sebagai jahat, maka wajib baginya neraka.
Kalian adalah para saksi Allah di bumi. Kalian adalah para saksi Allah di bumi.
Kalian adalah para saksi Allah di bumi. (Shahih Muslim No.1578)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Tentang
orang yang beristirahat dan yang diistirahatkan darinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah bin Rib`iy ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. dilewati iringan jenazah, lalu
beliau bersabda: Yang beristirahat dan yang ditinggalkan. Para sahabat bertanya:
Wahai Rasulullah, apakah yang beristirahat dan yang ditinggalkan? Rasulullah
saw. bersabda: Seorang hamba yang beriman itu beristirahat dari kepayahan dunia.
Sedangkan seorang hamba yang jahat, manusia, negara, pepohonan dan hewan,
semuanya merasa tenteram dari kejahatannya. (Shahih Muslim
No.1579)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Takbir dalam
salat jenazah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. mengumumkan kemangkatan Raja Najasyi
kepada kaum muslimin pada hari kematiannya, maka beliau dan kaum muslimin keluar
menuju ke tempat salat dan bertakbir empat kali (melaksanakan salat gaib).
(Shahih Muslim No.1580)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. menyalatkan Ash-hamah An-Najasyi,
beliau bertakbir empat kali. (Shahih Muslim No.1582)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Salat di
atas kubur</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. menyalati mayit di atas kubur,
sesudah mayit dikubur. Beliau bertakbir empat kali. (Shahih Muslim No.1586)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa seorang wanita hitam yang biasa menyapu mesjid, suatu
hari Rasulullah saw. merasa kehilangannya (tidak melihatnya). Lalu beliau
bertanya kabarnya, para sahabat menjawab: Dia sudah meninggal dunia. Rasulullah
saw. menegur: Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku? Seakan-akan para
sahabat menganggap kecil urusannya atau urusan kematian. Kemudian Rasulullah
saw. bersabda: Tunjukkan aku kuburnya. Setelah ditunjukkan, beliau menyalatinya
kemudian bersabda: Sungguh pekuburan ini penuh dengan kegelapan bagi para
penghuninya dan sesungguhnya Allah meneranginya sebab salatku atas mereka.
(Shahih Muslim No.1588)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Berdiri
karena jenazah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Amir
bin Rabiah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Apabila kalian melihat
iringan jenazah, maka berdirilah menghormatinya sampai iringan jenazah itu lewat
meninggalkan kalian atau sampai diletakkan dalam kubur. (Shahih Muslim
No.1590)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Apabila kalian mengiringi
jenazah, maka janganlah kalian duduk sebelum jenazah itu diletakkan. (Shahih
Muslim No.1591)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />Ada iringan jenazah lewat, lalu Rasulullah
saw. berdiri menghormatinya dan kami ikut berdiri bersama beliau. Kemudian kami
berkata: Wahai Rasulullah, jenazah itu adalah jenazah Yahudi. Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya kematian itu menggetarkan, maka jika kalian melihat
iringan jenazah, maka berdirilah. (Shahih Muslim No.1593)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Qais
bin Saad ra. dan Sahal bin Hunaif ra.: <br />Dari Ibnu Abu Laila bahwa ketika Qais
bin Saad ra. dan Sahal bin Hunaif ra. sedang berada di Qadisiyah, tiba-tiba ada
iringan jenazah melewati mereka, maka keduanya berdiri. Lalu dikatakan kepada
keduanya: Jenazah itu adalah termasuk penduduk setempat (yakni orang kafir).
Mereka berdua berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah dilewati iringan
jenazah, lalu beliau berdiri. Ketika dikatakan: Jenazah itu Yahudi, Rasulullah
saw. bersabda: Bukankah ia juga manusia?. (Shahih Muslim No.1596)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Tempat
berdirinya imam ketika salat jenazah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Samurah bin Jundab ra., ia berkata: <br />Aku salat di belakang Nabi saw. dan
beliau menyalati Ummu Kaab yang meninggal dunia dalam keadaan nifas. Rasulullah
saw. berdiri untuk salat di tengah-tengah jenazah. (Shahih Muslim
No.1602)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-88916129839513705802012-05-27T16:45:00.001-07:002012-05-27T16:46:01.357-07:00Hadist Gerhana Shohih Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab Gerhana</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6WJZmuFnWpfro5-re5E7tsSIjvMjbLOKsf6tmPHaZKe5T29lUPJ2DwR7w_XO8ViYZ6vuLWuWL5MwjXPCi9-2H-Fmx8jXDUB1S4C98WeSuRVOJ5G7a_auftMmi1xxK4UQKWMU9Le5jk-s/s1600/gerhana+bulan+spektakuler+ke+2+di+indonesia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6WJZmuFnWpfro5-re5E7tsSIjvMjbLOKsf6tmPHaZKe5T29lUPJ2DwR7w_XO8ViYZ6vuLWuWL5MwjXPCi9-2H-Fmx8jXDUB1S4C98WeSuRVOJ5G7a_auftMmi1xxK4UQKWMU9Le5jk-s/s320/gerhana+bulan+spektakuler+ke+2+di+indonesia.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Salat
gerhana</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana
matahari. Saat itu Rasulullah saw. melakukan salat gerhana, beliau berdiri
sangat lama dan rukuk juga sangat lama, lalu mengangkat kepala dan berdiri lama,
tapi tidak seperti lamanya berdiri pertama. Kemudian beliau rukuk lama, tapi
tidak seperti lamanya rukuk pertama. Selanjutnya beliau sujud. Kemudian berdiri
lama, namun tidak seperti lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama, namun tidak
selama rukuk pertama, mengangkat kepala, lalu berdiri lama, tapi tidak seperti
lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama, tapi tidak seperti lamanya rukuk
pertama, lalu sujud dan selesai. Ketika salat usai matahari sudah nampak
sempurna kembali. Beliau berkhutbah di hadapan kaum muslimin, memuji Allah dan
menyanjung-Nya, dan bersabda: Sesungguhnya matahari dan rembulan itu termasuk
tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian atau
kelahiran seseorang. Oleh sebab itu, jika kalian melihat keduanya gerhana, maka
bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah! Hai
umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya,
lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya
kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan <br />
<a name='more'></a>sedikit
tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan. (Shahih Muslim No.1499)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Dari Nabi saw. bahwa beliau melaksanakan salat gerhana dua rakaat
dengan empat kali rukuk, dan empat kali sujud dalan satu rakaat. (Shahih Muslim
No.1503)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Surga dan
neraka yang diperlihatkan kepada Rasulullah saw. saat melaksanakan salat
gerhana</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Asma
ra.: <br />
Dari Fatimah, bahwa Asma berkata: Pada masa Rasulullah saw. pernah
terjadi gerhana matahari. Aku datang menemui Aisyah yang ketika itu sedang salat
dan aku bertanya: Ada apa dengan orang-orang, kenapa mereka melakukan salat?
Aisyah memberi isyarat dengan kepalanya ke arah langit. Aku bertanya lagi: Tanda
kebesaran Allah? Aisyah menjawab: Ya. Rasulullah saw. berdiri lama sekali (dalam
salat) hingga kepalaku pusing, lalu aku ambil qirbah (tempat air dari kulit),
meletakkannya di sampingku. Aku siram kepala atau wajahku dengan air. Ketika
selesai salat matahari telah muncul kembali. Kemudian Rasulullah saw. berkhutbah
kepada kaum muslimin. Beliau memuji dan menyanjung Allah. Lalu bersabda:
Selanjutnya. Apa yang belum pernah aku lihat, telah dapat kulihat di tempatku
ini, termasuk surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku, bahwa kalian akan
menerima ujian dalam kubur yang hampir menyerupai fitnah atau seperti fitnah
Masih Dajjal, aku tidak tahu apa ia sebenarnya. Asma melanjutkan: Seseorang di
antara kalian didatangkan dan ditanya: Apa yang engkau ketahui tentang orang ini
(maksudnya Rasulullah saw.)? Orang yang beriman akan menjawab: Dia adalah
Muhammad utusan Allah, yang datang kepada kami dengan membawa bukti dan
petunjuk. Lalu kami menyambut dan mematuhinya. (Itu dikatakannya sebanyak tiga
kali). kemudian kepadanya dikatakan: Benar! Kami memang tahu bahwa engkau
beriman kepadanya. Tidurlah baik-baik! Sedangkan orang munafik atau ragu-ragu
akan menjawab: Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu
kuikuti saja berkata seperti itu. (Shahih Muslim No.1509)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Seruan
melakukan salat gerhana "asshalaatu jaami`atan" (marilah salat
berjamaah)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: <br />
Tatkala gerhana matahari terjadi
di masa Rasulullah saw. (manusia) diseru dengan seruan: "as-shalaatu jaami`atan"
(marilah salat berjamaah). Rasulullah saw. melakukan dua kali rukuk dalam satu
rakaat. Kemudian berdiri dan melakukan dua kali rukuk dalam satu rakaat (yang
terakhir). Kemudian matahari nampak kembali. (Shahih Muslim No.1515)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Masud Al-Anshari ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
matahari dan rembulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah.
Dengan kedua ayat tersebut Allah membuat rasa takut kepada hamba-hamba-Nya.
Keduanya tidaklah terjadi gerhana karena kematian seorang manusia. Karena itu
bila kalian melihatnya, salat dan berdoalah kepada Allah sampai hilang yang
menakutkan kalian. (Shahih Muslim No.1516)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />
Tatkala terjadi gerhana matahari di masa Nabi saw.,
beliau bangkit terkejut, takut terjadi kiamat sampai beliau menuju mesjid.
Beliau melakukan salat dengan rukuk dan sujud yang lama sekali. Tidak pernah aku
melihatnya melakukan salat seperti itu. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya
ini adalah tanda-tanda kebesaran yang dikirimkan Allah, gerhana ini terjadi
bukan karena kematian atau kelahiran seseorang, tetapi Allah yang mengirimkannya
untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu, bila kalian melihatnya,
maka bersegeralah ingat kepada-Nya, berdoa dan mohon ampunan-Nya. (Shahih Muslim
No.1518)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />
Bahwa ia dikabarkan dari Rasulullah saw., bahwa
beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak terjadi gerhana karena
kematian atau kelahiran seseorang, tetapi keduanya termasuk tanda kebesaran
Allah. Maka jika kalian melihat gerhana, kerjakanlah salat. (Shahih Muslim
No.1521)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Mughirah bin Syu`bah ra., ia berkata: <br />
Pada masa Rasulullah saw. pernah
terjadi gerhana matahari pada hari kematian Ibrahim. Lalu Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda
kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana disebabkan kematian atau kelahiran
seseorang. Oleh sebab itu, apabila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada
Allah dan tunaikan salat hingga matahari nampak kembali. (Shahih Muslim
No.1522)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-60153301852988305652012-05-27T07:24:00.003-07:002012-05-27T07:27:42.445-07:00Hadist Salat Istisqa' (Minta Hujan)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">
Kitab Salat
Istisqa' (Minta Hujan)</h2>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3KuGk0GdiYoMg4QGEiSet33qZeI8kD6qIhxWvD9n8zM__gxSfNRM1vmir3h31KXpeI0rYKLsXeK3je5F8QYfv2C8yX9ifuSlwXbm33bT9FLY8DyJsr9LNz09p0FUnLt8MUYvCqskXN5s/s1600/hujan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3KuGk0GdiYoMg4QGEiSet33qZeI8kD6qIhxWvD9n8zM__gxSfNRM1vmir3h31KXpeI0rYKLsXeK3je5F8QYfv2C8yX9ifuSlwXbm33bT9FLY8DyJsr9LNz09p0FUnLt8MUYvCqskXN5s/s320/hujan.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Mengangkat
kedua tangan saat berdoa minta hujan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Zaid Al-Mazini, ia berkata:<br />
Rasulullah keluar menuju tempat
salat untuk mengerjakan salat istisqa' (permohonan hujan). Beliau memindahkan
selendangnya (rida) ketika menghadap kiblat. (Shahih Muslim No.1486)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />
Aku melihat Rasulullah saw. mengangkat kedua tangannya
dalam berdoa hingga nampak ketiaknya yang putih. (Shahih Muslim
No.1490)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Doa dalam
istisqa'</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Bahwa seorang sahabat memasuki mesjid pada hari Jumat dari
pintu searah dengan Darulqada. Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang berdiri
berkhutbah. Sahabat tersebut menghadap Rasulullah saw. sambil berdiri, lalu
berkata: Ya Rasulullah, harta benda telah musnah dan mata penghidupan terputus,
berdoalah kepada Allah, agar Dia berkenan menurunkan hujan. Rasulullah saw.
mengangkat kedua tangannya dan berdoa: "Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.
Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada
kami". Kata Anas: Demi Allah, di langit kami tidak melihat mendung atau gumpalan
awan. Antara kami dan gunung tidak ada rumah atau perkampungan (yang dapat
menghalangi pandangan kami untuk melihat tanda-tanda hujan). Tiba-tiba dari
balik gunung muncul mendung bagaikan perisai. Ketika berada di tengah langit
mendung itu menyebar lalu menurunkan hujan. Demi Allah, kami tidak melihat
matahari sedikit pun pada hari Jumat berikutnya. Kemudian kata Anas lagi: Pada
Jumat berikutnya seseorang datang dari pintu yang telah di sebut di atas ketika
Rasulullah saw. sedang berkhutbah. Orang itu menghadap beliau sambil berdiri dan
berkata: Wahai Rasulullah, harta-harta telah musnah dan mata pencarian terputus
(karena hujan terus menerus), berdoalah agar Allah berkenan menghentikannya.
Rasulullah saw. mengangkat tangannya dan berdoa: "Ya Allah, di sekitar kami dan
jangan di atas kami. Ya Allah, di atas gunung-gunung dan bukit-bukit, di
pusat-pusat lembah dan tempat tumbuh pepohonan". Hujan pun reda dan kami dapat
keluar, berjalan di bawah sinar matahari. (Shahih Muslim No.1493)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Mohon
perlindungan ketika melihat angin dan mendung, serta bergembira dengan turunnya
hujan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata: <br />
Bila hari berangin dan mendung wajah
Rasulullah saw. tampak Gelisah, mondar-mandir. Dan bila hujan turun, beliau
berseri-seri dan hilanglah kegelisahan itu. Aisyah berkata: Aku menanyakan hal
itu kepada beliau. Beliau menjawab: Aku sangat khawatir hujan itu akan menjadi
azab yang menimpa umatku. Jika melihat hujan turun beliau berkata: (Hujan
adalah) rahmat. (Shahih Muslim No.1495)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Tentang angin
timur dan angin barat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Aku telah ditolong dengan
angin timur dan kaum 'Aad telah dihancurkan dengan angin barat. (Shahih Muslim
No.1498)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-74260890033119427642012-05-27T07:12:00.003-07:002012-05-27T07:13:02.072-07:00Hadist Sholat Ied<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 align="center" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</h1>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4iCa-NvnL_s-AR08VwIqZD90htorXDgJVx5CXIcsJBDWAT2v0HzD5T0K2bsl9OCoSxEHdMoXZfnWzXs4ELOmaRZD-iL21VO-WZLMu3Svq8r95IYb-IqWfRIKEiwrFW2Ek9p1lqcZFzoE/s1600/shalatied1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4iCa-NvnL_s-AR08VwIqZD90htorXDgJVx5CXIcsJBDWAT2v0HzD5T0K2bsl9OCoSxEHdMoXZfnWzXs4ELOmaRZD-iL21VO-WZLMu3Svq8r95IYb-IqWfRIKEiwrFW2Ek9p1lqcZFzoE/s320/shalatied1.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Dibolehkan
kaum wanita keluar pada hari raya menuju tempat salat dan mendengarkan khutbah
dengan memisahkan diri dari kaum lelaki</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas, ia berkata:<br />
Aku pernah ikut salat Idul Fitri bersama Nabi, Abu Bakar,
Umar dan Usman. Mereka semua melakukan salat Ied sebelum khutbah, kemudian ia
berkhutbah, ia berkata: Rasulullah turun, seola-olah aku melihat beliau ketika
beliau dengan isyarat tangan mempersilakan kaum lelaki duduk. Kemudian beliau
berjalan di antara barisan sampai ke tempat para wanita. Beliau disertai Bilal.
Lalu beliau membaca: Hai Nabi, apabila para wanita yang beriman mendatangimu
untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah.
Beliau membaca ayat ini hingga akhir. Lalu beliau bertanya: Apakah kalian akan
berjanji setia? Seorang wanita satu-satunya di antara mereka menjawab tegas: Ya,
wahai Nabi Allah! Saat itu tidak diketahui siapa wanita tersebut. Kemudian
Rasulullah bersabda: Bersedekahlah kalian! Bilal membentangkan pakaiannya seraya
berkata: Marilah, demi bapak ibuku sebagai tebusan kalian! Mereka pun segera
melemparkan gelang dan cincin ke dalam pakaian Bilal. (Shahih Muslim
No.1464)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah, ia berkata:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Bahwa Nabi pernah melaksanakan salat hari Raya
Fitri. Beliau memulai dengan salat terlebih dahulu. Sesudah itu beliau
berkhutbah kepada kaum muslimin. Selesai khutbah Nabi turun dan mendatangi kaum
wanita. Beliau memberikan peringatan kepada mereka sambil berpegangan pada
tangan Bilal. Lalu Bilal membentangkan pakaiannya dan para wanita memberikan
sedekah. (Shahih Muslim No.1466)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas dan Jabir bin Abdullah Al-Anshari, ia berkata:<br />
Dari Ibnu Juraij, ia
berkata: Atha telah mengabarkanku dari Ibnu Abbas dan dari Jabir bin Abdullah
Al-Anshari, keduanya berkata: Tidak ada azan bagi salat hari raya idul fitri
atau idul adha. Kemudian aku bertanya kepadanya tentang itu, lalu Jabir bin
Abdullah Al-Anshari memberitahukan kepadaku bahwa tidak ada azan untuk salat
hari raya idul fitri, baik saat imam menaiki mimbar maupun sesudahnya. Juga
tidak ada iqamat, seruan atau apapun. Pada saat itu tidak ada azan atau iqamat.
(Shahih Muslim No.1468)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar, ia berkata:<br />
Bahwa Nabi, Abu Bakar dan Umar, mereka melakukan salat Ied
(idul fitri dan idul adha) sebelum khutbah. (Shahih Muslim No.1471)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri, ia berkata:<br />
Bahwa Rasulullah selalu keluar pada hari raya
raya idul adha dan hari raya idul fitri. Beliau memulai dengan salat. Setelah
menyelesaikan salat dan mengucapkan salam, beliau berdiri menghadap kaum
muslimin yang duduk di tempat salat mereka masing-masing. Jika beliau mempunyai
keperluan yang perlu disampaikan, beliau akan tuturkan hal itu kepada kaum
muslimin. Atau ada keperluan lain, maka beliau memerintahkannya kepada kaum
muslimin. Beliau pernah bersabda (dalam salah satu khutbahnya di hari raya):
Bersedekahlah kalian! bersedekahlah! Bersedekahlah! Dan ternyata mayoritas yang
memberikan sedekah adalah kaum wanita. Setelah itu beliau berlalu. (Shahih
Muslim No.1472)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Athiyyah ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. memerintahkan kami untuk membolehkan
gadis-gadis dan gadis-gadis pingitan keluar rumah dan beliau memerintahkan para
wanita yang sedang haid agar menjauhi tempat salat kaum muslimin. (Shahih Muslim
No.1473)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Dispensasi
(keringanan) dalam bermain-main yang tidak mengandung maksiat pada hari-hari
raya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Abu Bakar pernah datang ke rumahku ketika dua orang
gadis Ansar berada di dekatku. Mereka saling tanya jawab dengan syair yang
dilantunkan orang-orang Ansar pada hari Bu'ats (hari peperangan antara kabilah
Aus dan Khazraj). Aisyah berkata: Sebenarnya mereka berdua bukanlah penyanyi.
Abu Bakar berkomentar: Apakah ada nyanyian setan di rumah Rasulullah saw. Hal
itu terjadi pada hari raya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Hai Abu Bakar,
sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya dan ini adalah hari raya kita.
(Shahih Muslim No.1479)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Ketika orang-orang Habasyah sedang bermain-main
dengan tombak-tombak mereka di hadapan Rasulullah saw. Umar bin Khathab datang.
Dia mengambil beberapa kerikil untuk melempari mereka, tetapi Rasulullah saw.
mencegahnya: Hai Umar, biarkan mereka!. (Shahih Muslim No.1485)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-43955855387273653452012-05-27T05:27:00.001-07:002012-05-27T05:28:07.281-07:00Kitab Sholat Jumat |Hadist Shohih Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2kMaB1qlNOjVAcDef7yXMENdq2dcPkhOBFcxz3osj-jAbM2bPab_MEc564YTQH1ESIHMmZLQ2NenktpuJDn3ZF8jBkb0n6lU56QtUlo6fE3eng7smocREJ_adsp8AJidDSHlESTfHi5c/s1600/yamta+shalat+jum%27at+13+feb+2009.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2kMaB1qlNOjVAcDef7yXMENdq2dcPkhOBFcxz3osj-jAbM2bPab_MEc564YTQH1ESIHMmZLQ2NenktpuJDn3ZF8jBkb0n6lU56QtUlo6fE3eng7smocREJ_adsp8AJidDSHlESTfHi5c/s320/yamta+shalat+jum%27at+13+feb+2009.jpg" width="320" /></a></div>
<h1 align="center" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</h1>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Kewajiban
mandi Jumat atas setiap lelaki dewasa dan keterangan tentang beberapa hal yang
dianjurkan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar, ia berkata:<br />
Aku mendengar Rasulullah bersabda: Bila salah
seorang di antara kalian hendak melakukan salat Jumat, maka hendaknya ia mandi.
(Shahih Muslim No.1393)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Khathab: ia berkata:<br />
Bahwa Rasulullah memerintahkan mandi (Jumat).
(Shahih Muslim No.1395)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Khathab, ia berkata:<br />
Rasulullah bersabda: Bila salah seorang di antara
kalian hendak melakukan salat Jumat, maka hendaklah ia mandi. (Shahih Muslim
No.1396)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Mandi pada hari Jumat
adalah wajib bagi setiap orang yang balig. (Shahih Muslim No.1397)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Biasanya kaum muslimin berangkat untuk melaksanakan
salat Jumat dari rumah-rumah mereka dari desa-desa sekitar Madinah dengan
memakai abaya (sejenis jubah). Debu-debu mengenai mereka, sehingga mengeluarkan
bau tubuh. Lalu seseorang di antara mereka mendatangi Rasulullah saw. yang
berada di dekatku. Rasulullah saw. bersabda: Sepatutnya kalian mandi untuk
menyambut hari ini. (Shahih Muslim No.1398)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Memakai
wangi-wangian dan bersiwak pada hari Jumat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Bahwa ia pernah menyebutkan sabda Nabi saw. tentang mandi pada
hari Jumat. (Shahih Muslim No.1401)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Hak Allah atas setiap muslim
adalah mandi setiap tujuh hari, membasuh kepala dan tubuhnya. (Shahih Muslim
No.1402)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang pada hari
Jumat mandi seperti mandi jinabat, kemudian berangkat awal (ke mesjid), maka
seakan-akan ia bersedekah seekor unta gemuk. Barang siapa berangkat pada waktu
kedua, maka ia seakan-akan ia bersedekah seekor sapi. Barang siapa berangkat
pada waktu ketiga, maka seakan-akan ia bersedekah seekor kambing bertanduk.
Barang siapa yang berangkat pada waktu keempat, maka seakan-akan ia bersedekah
seekor ayam. Dan barang siapa berangkat pada waktu kelima, maka seakan-akan ia
bersedekah sebutir telur. Dan bila imam telah naik mimbar (untuk berkhutbah),
maka para malaikat hadir untuk mendengarkan zikir. (Maksudnya mereka tidak lagi
mencatat orang yang datang ke mesjid setelah khutbah dimulai). (Shahih Muslim
No.1403)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Tenang ketika
mendengarkan khutbah Jumat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bila engkau berkata kepada
temanmu: "Diam!" pada hari Jumat, saat imam berkhutbah, maka engkau benar-benar
berbicara sia-sia. (Shahih Muslim No.1404)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Tentang waktu
mustajab pada hari Jumat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. menyebut hari Jumat, beliau bersabda: Di
hari itu ada saat-saat, di mana bila seorang muslim salat dan meminta sesuatu
tepat pada saat itu, pasti Allah memberinya. (Shahih Muslim
No.1406)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Petunjuk umat
ini pada hari Jumat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Kita adalah umat
terakhir, tetapi kita umat yang lebih dahulu pada hari kiamat nanti. Karena
setiap umat diberi kitab sebelum kita, sedangkan kita diberi kitab sesudah
mereka. Kemudian hari ini (hari Jumat), hari yang telah ditentukan Allah untuk
kita, Allah telah memberi petunjuk kepada kita pada hari tersebut, maka umat
lain mengikuti kita, besok (hari Sabtu) umat Yahudi dan lusa (hari Ahad) umat
Kristen. (Shahih Muslim No.1412)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Waktu salat
Jumat adalah ketika matahari tergelincir</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
ra., ia berkata: <br />
Kami tidak tidur siang dan makan siang, kecuali setelah
melaksanakan salat Jumat. (Shahih Muslim No.1422)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra. ia berkata: <br />
Kami dahulu melakukan salat Jumat bersama
Rasulullah saw. pada saat matahari telah tergelincir (condong ke barat) kemudian
pulang, berjalan sambil meniti tempat teduh. (Shahih Muslim
No.1423)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Menjelaskan
dua khutbah sebelum salat dan duduk antara dua khutbah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. selalu menyampaikan khutbah Jumat
sambil berdiri kemudian duduk dan berdiri lagi. Ia berkata: Seperti yang
dilakukan oleh kaum muslimin saat ini. (Shahih Muslim No.1425)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Tentang
firman Allah: Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar
untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhutbah)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />
Bahwa Pada hari Jumat, ketika Nabi saw. sedang berdiri
menyampaikan khutbah, tiba-tiba datang kafilah dari Syam. Kaum muslimin yang
saat itu sedang mendengarkan khutbah Nabi berhambur keluar menuju kafilah
tersebut, sehingga hanya dua belas orang yang tetap (berada dalam mesjid). Lalu
turunlah ayat yang terdapat dalam surat Al-Jumu`ah ini: Bila mereka melihat
perdagangan "bisnis" atau permainan, mereka bubar demi hal tersebut,
meninggalkanmu yang sedang berdiri "berkhutbah". (Shahih Muslim
No.1428)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Sunat
memendekkan salat dan khutbah Jumat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ya`la
bin Umayah ra.: <br />
Dari Shafwan bin Ya`la dari ayahnya bahwa ia mendengar Nabi
saw. membaca ayat Alquran di atas mimbar Dan mereka menyeru: Wahai Malik.
(Shahih Muslim No.1439)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Salat sunat
tahiyat mesjid ketika imam sedang berkhutbah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Ketika Nabi saw. sedang berkhutbah pada hari
Jumat, tiba-tiba datang seseorang (untuk melaksanakan salat Jumat). Rasulullah
saw. bertanya kepada orang itu: Hai fulan, apakah engkau sudah melakukan salat
(tahiyat mesjid)? Orang itu menjawab: Belum. Lalu sabda Rasul: Bangun dan
salatlah. (Shahih Muslim No.1444)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Surat yang
dibaca pada hari Jumat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw. bahwa: Dalam salat Subuh, di hari Jumat Nabi
saw. membaca surat As-Sajadah dan Al-Insan. (Shahih Muslim
No.1455)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Salat sunat
sesudah salat Jumat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />
Bahwa setelah mengerjakan salat Jumat, ia pulang dan
mengerjakan salat sunat dua rakaat di rumah. Kemudian ia berkata: Dulu
Rasulullah saw. berbuat demikian. (Shahih Muslim No.1460)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-60411434172678801862012-05-27T05:21:00.002-07:002012-05-27T07:49:18.661-07:00Pedoman Kitab Nikah |Hadist Shohih Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6yGfYUWCbzw0RrlSCq3uDL4LQEJSu3OYLkk6Ejwdf6DnDdSZlCxufpOS-0OUtmKmGUBbtFjhVDQJYj2SkZ_Uy7GdbnGra42zmwJ6sRJqc6Poz8xBFavNr083C9N2V6TQ7eaQ_jOIi1Yg/s1600/nikah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6yGfYUWCbzw0RrlSCq3uDL4LQEJSu3OYLkk6Ejwdf6DnDdSZlCxufpOS-0OUtmKmGUBbtFjhVDQJYj2SkZ_Uy7GdbnGra42zmwJ6sRJqc6Poz8xBFavNr083C9N2V6TQ7eaQ_jOIi1Yg/s1600/nikah.jpg" /></a></div>
<h1 align="center" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</h1>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Anjuran
menikah bagi orang yang sudah berkeinginan serta memiliki nafkahnya dan anjuran
bagi yang belum mampu untuk berpuasa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Mas`ud ra.: <br />
Dari Alqamah ia berkata: Aku sedang berjalan
bersama Abdullah di Mina lalu ia bertemu dengan Usman yang segera bangkit dan
mengajaknya bicara. Usman berkata kepada Abdullah: Wahai Abu Abdurrahman,
inginkah kamu kami kawinkan dengan seorang perempuan yang masih belia? Mungkin
ia dapat mengingatkan kembali masa lalumu yang indah. Abdullah menjawab: Kalau
kamu telah mengatakan seperti itu, maka Rasulullah saw. pun bersabda: Wahai kaum
pemuda! Barang siapa di antara kamu sekalian yang sudah mampu memberi nafkah,
maka hendaklah ia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih dapat menahan
pandangan mata dan melindungi kemaluan (alat kelamin). Dan barang siapa yang
belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penawar
bagi nafsu. (Shahih Muslim No.2485)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />
Bahwa beberapa orang sahabat Nabi saw. bertanya secara diam-diam kepada<br />
<br />
<a name='more'></a> istri-istri Nabi saw. tentang amal ibadah beliau. Lalu di antara mereka ada yang
mengatakan: Aku tidak akan menikah dengan wanita. Yang lain berkata: Aku tidak
akan memakan daging. Dan yang lain lagi mengatakan: Aku tidak akan tidur dengan
alas. Mendengar itu, Nabi saw. memuji Allah dan bersabda: Apa yang diinginkan
orang-orang yang berkata begini, begini! Padahal aku sendiri salat dan tidur,
berpuasa dan berbuka serta menikahi wanita! Barang siapa yang tidak menyukai
sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku. (Shahih Muslim No.2487)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sa`ad
bin Abu Waqqash ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. melarang Usman bin Mazh`un
hidup mengurung diri untuk beribadah dan menjauhi wanita (istri) dan seandainya
beliau mengizinkan, niscaya kami akan mengebiri diri. (Shahih Muslim
No.2488)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Tentang nikah
mut`ah bahwa ia pernah dibolehkan lalu dihapus, kemudian dibolehkan kembali lalu
dihapus lagi sampai hari kiamat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Mas`ud ra., ia berkata: <br />
Kami pergi berperang bersama Rasulullah
saw. tanpa membawa istri lalu kami bertanya: Bolehkah kami mengebiri diri?
Beliau melarang kami melakukan itu kemudian memberikan rukhsah untuk menikahi
wanita dengan pakaian sebagai mahar selama tempo waktu tertentu lalu Abdullah
membacakan ayat: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa
yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
(Shahih Muslim No.2493)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Seorang yang akan memberikan pengumuman dari
Rasulullah saw. keluar menghampiri kami dan berkata: Sesungguhnya Rasulullah
saw. sudah mengizinkan kamu sekalian untuk menikahi kaum wanita secara mut`ah.
(Shahih Muslim No.2494)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
bin Abu Thalib ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. melarang untuk menikahi wanita
secara mut`ah dan memakan daging keledai piaraan ketika perang Khaibar. (Shahih
Muslim No.2510)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Pengharaman
seorang wanita dan bibinya digabung dalam satu ikatan perkawinan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita dan
bibinya, dari pihak ayah atau ibu, tidak boleh dihimpun dalam satu ikatan
perkawinan. (Shahih Muslim No.2514)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Seorang yang
berihram haram menikah dan makruh melamar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. menikah dengan Maimunah dalam keadaan berihram.
Ibnu Numair menambahkan: Aku menceritakan hal itu kepada Zuhri, lalu ia berkata:
Yazid bin Asham mengabarkan kepadaku bahwa beliau menikahinya dalam keadaan
halal. (Shahih Muslim No.2527)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Pengharaman
melamar wanita yang sudah dilamar orang lain kecuali setelah diizinkan atau
ditinggalkan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Janganlah sebagian kamu menjual
atas penjualan orang lain dan janganlah sebagian kamu melamar atas lamaran orang
yang lain. (Shahih Muslim No.2530)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. melarang orang kota menjual kepada orang
kampung atau melarang mereka untuk saling memahalkan harga barang dengan maksud
menipu atau seorang melamar atas lamaran saudaranya yang lain, atau menjual atas
penjualan orang lain. Dan janganlah seorang wanita meminta perceraian wanita
lain untuk menguasai sendiri nafkahnya atau untuk merusak kehidupan rumah
tangganya. (Shahih Muslim No.2532)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Pengharaman
dan ketidaksahan nikah syighar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. melarang nikah syighar. Dan nikah syighar
ialah seorang lelaki mengawinkan putrinya kepada orang lain dengan syarat orang
itu mengawinkannya dengan putrinya tanpa mahar antara keduanya. (Shahih Muslim
No.2537)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Tentang
memenuhi syarat-syarat pernikahan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Uqbah
bin Amir ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya syarat yang
paling berhak untuk dipenuhi ialah syarat yang karenanya kamu menghalalkan
kemaluan kaum wanita (syarat nikah). (Shahih Muslim No.2542)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Tentang tanda
izin nikah wanita janda ialah ucapan sedangkan gadis perawan ialah diam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita janda tidak
boleh dinikahkan sebelum dimintai pertimbangan dan seorang gadis perawan tidak
boleh dinikahkan sebelum dimintai persetujuan. Para sahabat bertanya: Ya
Rasulullah, bagaimana tanda setujunya? Rasulullah saw. menjawab: Bila ia diam.
(Shahih Muslim No.2543)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Dari Zakwan ia berkata: Aku mendengar Aisyah berkata: Aku
bertanya kepada Rasulullah saw. tentang seorang gadis perawan yang dinikahkan
oleh keluarganya, apakah ia harus dimintai persetujuan ataukah tidak? Beliau
menjawab: Ya, harus dimintai persetujuan! Lalu Aisyah berkata: Aku katakan
kepada beliau, perempuan itu merasa malu. Rasulullah saw. bersabda: Itulah tanda
setujunya bila ia diam. (Shahih Muslim No.2544)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Tentang
seorang ayah yang menikahkan anak gadisnya yang masih kecil</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. menikahiku pada saat aku berusia
enam tahun dan beliau menggauliku saat berusia sembilan tahun. Aisyah ra.
melanjutkan: Ketika kami tiba di Madinah, aku terserang penyakit demam selama
sebulan setelah itu rambutku tumbuh lebat sepanjang pundak. Kemudian Ummu Ruman
datang menemuiku waktu aku sedang bermain ayunan bersama beberapa orang teman
perempuanku. Ia berteriak memanggilku, lalu aku mendatanginya sedangkan aku
tidak mengetahui apa yang diinginkan dariku. Kemudian ia segera menarik tanganku
dan dituntun sampai di muka pintu. Aku berkata: Huh.. huh.. hingga nafasku lega.
Kemudian Ummu Ruman dan aku memasuki sebuah rumah yang di sana telah banyak
wanita Ansar. Mereka mengucapkan selamat dan berkah dan atas nasib yang baik.
Ummu Ruman menyerahkanku kepada mereka sehingga mereka lalu memandikanku dan
meriasku, dan tidak ada yang membuatku terkejut kecuali ketika Rasulullah saw.
datang dan mereka meyerahkanku kepada beliau. (Shahih Muslim
No.2547)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Tentang
mahar yang boleh berupa mengajarkan Alquran, cincin besi dan sebagainya. Bagi
orang yang tidak keberatan, sebaiknya mahar itu senilai lima ratus
dirham</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Sa`ad ra., ia berkata: <br />
Seorang wanita datang kepada Rasulullah saw. dan
berkata: Wahai Rasulullah, aku datang untuk menyerahkan diriku kepadamu. Lalu
Rasulullah saw. memandang perempuan itu dan menaikkan pandangan serta
menurunkannya kemudian beliau mengangguk-anggukkan kepala. Melihat Rasulullah
saw. tidak memutuskan apa-apa terhadapnya, perempuan itu lalu duduk. Sesaat
kemudian seorang sahabat beliau berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, jika
engkau tidak berkenan padanya, maka kawinkanlah aku dengannya. Rasulullah saw.
bertanya: Apakah kamu memiliki sesuatu? Sahabat itu menjawab: Demi Allah, tidak
wahai Rasulullah! Beliau berkata: Pulanglah ke keluargamu dan lihatlah apakah
kamu mendapatkan sesuatu? Maka pulanglah sahabat itu, lalu kembali lagi dan
berkata: Demi Allah aku tidak mendapatkan sesuatu! Rasulullah saw. bersabda:
Cari lagi walaupun hanya sebuah cincin besi! Lalu sahabat itu pulang dan kembali
lagi seraya berkata: Demi Allah tidak ada wahai Rasulullah, walaupun sebuah
cincin dari besi kecuali kain sarung milikku ini! Sahal berkata: Dia tidak
mempunyai rida` (kain yang menutupi badan bagian atas). Berarti wanita tadi
hanya akan mendapatkan setengah dari kain sarungnya. Rasulullah saw. bertanya:
Apa yang dapat kamu perbuat dengan kain sarung milikmu ini? Jika kamu
memakainya, maka wanita itu tidak memakai apa-apa. Demikian pula jika wanita itu
memakainya, maka kamu tidak akan memakai apa-apa. Lelaki itu lalu duduk agak
lama dan berdiri lagi sehingga terlihatlah oleh Rasulullah ia akan berpaling
pergi. Rasulullah memerintahkan untuk dipanggil, lalu ketika ia datang beliau
bertanya: Apakah kamu bisa membaca Alquran? Sahabat itu menjawab: Saya bisa
membaca surat ini dan surat ini sambil menyebutkannya satu-persatu. Rasulullah
bertanya lagi: Apakah kamu menghafalnya? Sahabat itu menjawab: Ya. Lalu
Rasulullah saw. bersabda: Pergilah, wanita itu telah menjadi istrimu dengan
mahar mengajarkan surat Alquran yang kamu hafal. (Shahih Muslim No.2554)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. melihat warna bekas wangian pengantin di
tubuh Abdurrahman bin Auf, lalu beliau bertanya: Apakah ini? Abdurrahman
menjawab: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru saja menikahi seorang wanita
dengan mahar seharga lima dirham emas. Rasulullah saw. lalu bersabda: Semoga
Allah memberkahimu dan rayakanlah walaupun dengan seekor kambing. (Shahih Muslim
No.2556)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Keutamaan
memerdekakan seorang budak perempuan kemudian menikahinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Aku menghadiri pesta perkawinan Zainab, di mana
Rasulullah saw. membuat orang-orang merasa kenyang memakan roti dan daging dan
beliau juga mengutusku untuk mengundang orang-orang. Setelah acara walimah
selesai, beliau berdiri dan beranjak dari tempatnya, dan aku mengikutinya. Pada
saat itu masih ada dua orang tamu laki-laki yang belum keluar karena mereka
masih asyik berbicara. Nabi saw. lalu melewati beberapa istrinya yang lain.
Beliau mengucapkan salam kepada mereka masing-masing lalu bertanya: Bagaimana
keadaan kalian semua, wahai anggota keluarga? Mereka menjawab: Baik, wahai
Rasulullah. Mereka balik bertanya: Bagaimana dengan keadaan keluargamu? Beliau
menjawab: Baik. Setelah selesai beliau kembali dan aku pun ikut kembali.
Sesampai di pintu, dua orang tamu laki-laki yang masih asyik berbicara tadi
masih ada, namun begitu melihat Nabi saw. kembali mereka cepat-cepat berdiri dan
terus keluar. Demi Allah, aku tidak tahu apakah aku yang telah memberitahukan
beliau bahwa mereka telah keluar atau wahyu telah turun kepadanya. Sementara aku
terus saja mengikuti beliau. Namun begitu kakinya menginjak ambang pintu, segera
saja beliau menurunkan kain tirai sehingga aku terhalang dari beliau. Lalu Allah
menurunkan ayat berikut ini: Janganlah kamu memasuki rumah Nabi kecuali kamu
sudah mendapatkan izinnya. (Shahih Muslim No.2565)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Perintah
Memenuhi Undangan Jika Diundang</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang di antara
kamu diundang untuk menghadiri pesta perkawinan, maka hendaklah ia
menghadirinya. (Shahih Muslim No.2574)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah di
mana yang diundang hanyalah orang-orang kaya saja sementara orang-orang yang
miskin tidak diundang. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan, maka
berarti ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. (Shahih Muslim
No.2585)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Tidak halal
seseorang menikahi kembali bekas istrinya yang sudah dicerai tiga, sebelum ia
dinikahi dan digauli oleh suami barunya kemudian diceraikannya dan sudah habis
masa idahnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Suatu hari istri Rifa`ah datang menghadap Nabi saw.
dan berkata: Aku pernah menjadi istri Rifa`ah, tetapi ia telah menceraikan aku
tiga kali. Kemudian aku menikah dengan Abdurrahman bin Zubair, namun ia memiliki
semacam penyakit lemah syahwat. Mendengar penuturan wanita itu Rasulullah saw.
tersenyum. Beliau kemudian bertanya: Jadi kamu ingin kembali kepada Rifa`ah? Itu
tidak bisa, sebelum kamu mereguk madu Abdurrahman dan ia mereguk madumu. Aisyah
berkata: Pada saat itu, Abu Bakar sedang berada di sisi Rasulullah saw.
sedangkan Khalid berada di depan pintu menunggu untuk diizinkan masuk.
Rasulullah saw. bersabda: Hai Abu Bakar, tidakkah kamu dengar apa yang
ditegaskan oleh wanita tadi di hadapan Rasulullah saw.. (Shahih Muslim
No.2587)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Bacaan yang
disunahkan waktu menggauli istri</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang
mereka akan menggauli istrinya, hendaklah ia membaca: "Bismillah. Ya Allah,
jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan
kepada kami". Sebab jika ditakdirkan hubungan antara mereka berdua tersebut
membuahkan anak, maka setan tidak akan membahayakan anak itu selamanya. (Shahih
Muslim No.2591)</div>
</li>
</ul>
<br /><div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Seorang
istri haram menolak ajakan suaminya di atas tempat tidur</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila seorang istri bermalam
meninggalkan atau menjauhi tempat tidur suaminya maka malaikat akan melaknatinya
sampai pagi. (Shahih Muslim No.2594)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Hukum
mengeluarkan mani (sperma) di luar vagina</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata: <br />
Kami berperang bersama Rasulullah saw.
melawan Bani Musthaliq lalu kami berhasil menawan beberapa wanita Arab yang
cantik. Kami sudah lama tidak berhubungan dengan istri, maka kami ingin sekali
menebus mereka sehingga kami dapat menikahi mereka secara mut`ah dan melakukan
`azal (mengeluarkan sperma di luar kemaluan istri untuk menghindari kehamilan).
Kami berkata: Kami melakukan demikian sedang Rasulullah berada di tengah-tengah
kami tanpa kami tanyakan tentang hal tersebut. Lalu kami tanyakan juga kepada
beliau dan beliau bersabda: Tidak apa-apa walaupun tidak kamu lakukan karena
tidak ada satu jiwa pun yang telah Allah tentukan untuk tercipta sampai hari
kiamat kecuali pasti akan terjadi. (Shahih Muslim No.2599)</div>
</li>
<li>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6yGfYUWCbzw0RrlSCq3uDL4LQEJSu3OYLkk6Ejwdf6DnDdSZlCxufpOS-0OUtmKmGUBbtFjhVDQJYj2SkZ_Uy7GdbnGra42zmwJ6sRJqc6Poz8xBFavNr083C9N2V6TQ7eaQ_jOIi1Yg/s1600/nikah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6yGfYUWCbzw0RrlSCq3uDL4LQEJSu3OYLkk6Ejwdf6DnDdSZlCxufpOS-0OUtmKmGUBbtFjhVDQJYj2SkZ_Uy7GdbnGra42zmwJ6sRJqc6Poz8xBFavNr083C9N2V6TQ7eaQ_jOIi1Yg/s1600/nikah.jpg" /></a></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
ra., ia berkata: <br />
Kami tetap melakukan `azal di saat Alquran masih turun.
Ishaq menambahkan: Sufyan berkata: Kalau ada sesuatu yang terlarang pasti
Alquran telah melarang hal tersebut. (Shahih Muslim No.2608)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-3734189905764950042012-05-27T05:12:00.001-07:002012-05-27T05:13:17.843-07:00Kitab Salat Musafir dan Mengqasarnya|Hadist Shoheh Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 align="center" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</h1>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF5RM1PMh4MmbNlM92201l8h346btaRmPHb2z1WGqsxmXqpu6wzRcxzrdneA5iCX4B0F6J0_qqR5tF0CzvIsLu1JhM7_kBzClcZpGpQF6KgEAUbM-CLJf37-4gyKIBDTvI2EbBPr8XNBY/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF5RM1PMh4MmbNlM92201l8h346btaRmPHb2z1WGqsxmXqpu6wzRcxzrdneA5iCX4B0F6J0_qqR5tF0CzvIsLu1JhM7_kBzClcZpGpQF6KgEAUbM-CLJf37-4gyKIBDTvI2EbBPr8XNBY/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Salat orang
yang bepergian dan qasar salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata: <br />
Awalnya tiap salat diwajibkan dua
rakaat, baik di kediaman (tidak sedang dalam bepergian) atau dalam perjalanan.
Kemudian salat dalam perjalanan tetap (dua rakaat) dan salat di kediaman
ditambah. (Shahih Muslim No.1105)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Dari Hafesh bin Ashim ia berkata: Ibnu Umar bercerita kepada kami,
ia berkata: Hai keponakanku! Aku pernah menemani Rasulullah dalam suatu
perjalanan beliau. Beliau salat tidak lebih dari dua rakaat hingga beliau wafat.
Aku juga pernah menemani Abu Bakar dalam perjalanannya. Dia salat tidak lebih
dari dua rakaat hingga ia wafat. Aku juga pernah menemani Umar. Dia salat tidak
lebih dari dua rakaat hingga ia wafat. Aku temani Usman. Dia juga salat tidak
lebih dari dua rakaat hingga ia wafat. Allah berfirman: Sesungguhnya dalam diri
Rasulullah ada suri teladan bagi kalian. (Shahih Muslim No.1112)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. menunaikan salat Zuhur di Madinah sebanyak empat
rakaat dan di Dzul Hulaifah sebanyak dua rakaat. (Shahih Muslim No.1114)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kami pergi dari Madinah ke Mekah bersama
Rasulullah saw. Beliau selalu salat dua rakaat sampai beliau kembali (ke
Madinah). Aku bertanya: Berapa lama baginda akan tinggal di Mekah? Beliau
menjawab: Sepuluh hari. (Shahih Muslim No.1118)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Mengqasar
salat ketika berada di Mina</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />
Dari Rasulullah saw. bahwa beliau melakukan salat
musafir di Mina dan di tempat lain sebanyak dua rakaat. (Shahih Muslim
No.1119)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />
Dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata: Usman pernah
mengimami salat kami di Mina sebanyak empat rakaat. Hal itu diceritakan kepada
Abdullah bin Masud. Dia membaca istirja`: "Inna lillahi wa inna ilaihi raaji`uun
", (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita kembali). Dia
berkata: Aku salat bersama Rasulullah saw. di Mina hanya dua rakaat. Aku juga
pernah salat bersama Abu Bakar Sidik di Mina sebanyak dua rakaat. Dan aku pernah
salat bersama Umar bin Khathab di Mina sebanyak dua rakaat. Mudah-mudahan akan
mendapat empat rakaat, yaitu dua rakaat, dua rakaat. (Shahih Muslim No.1122)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Haritsah bin Wahab ra., ia berkata: <br />
Aku pernah salat bersama Rasulullah saw.
di Mina sebanyak dua rakaat dan tidak ada manusia yang membicarakannya. (Shahih
Muslim No.1123)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Salat di
rumah saat turun hujan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah memerintahkan seorang muazin
dalam malam yang dingin dan hujan agar salat di rumah. (Shahih Muslim
No.1125)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abbas ra.: <br />
Bahwa ia berkata kepada muazinnya pada hari yang
hujan: Apabila engkau telah sampai pada ucapan, "Asyhadu Al-laa ilaaha illallah
wa asyhadu anna Muhammad ar rasuulullah", maka jangan engkau lanjutkan dengan
ucapan: "Hayya `alas shalah". Katakan: "Shalluu fi buyutikum", (salatlah kalian
di rumah kalian). Selanjutnya Ibnu Abbas mengatakan: Orang-orang nampaknya
mengingkari hal itu. Apakah kalian heran dengan hal itu. Padahal hal tersebut
pernah dilakukan oleh seorang yang lebih baik dariku (Rasulullah saw.). Salat
Jumat adalah kewajiban. (Tetapi) saya tidak suka membuat kalian merasa berat,
berjalan di atas lumpur kotor. (Shahih Muslim No.1128)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Salat sunat
di atas kendaraan saat perjalanan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. salat sunat ke arah untanya menghadap.
(Shahih Muslim No.1129)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Amir bin Rabiah ra.: <br />
Bahwa ayahnya pernah menyaksikan
Rasulullah saw. melakukan salat sunat malam dalam suatu perjalanan di atas
punggung hewan tunggangannya, ke arah hewan itu menghadap. (Shahih Muslim
No.1137)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Dari Anas bin Sirin, ia berkata: Kami pernah bertemu dengan
Anas bin Malik ketika ia tiba di Syam. Kami menjumpainya di Ain Tamar. Ketika
itu aku melihat ia sedang salat di atas keledai dan menghadap ke arah kiri
kiblat. Aku berkata: Aku melihat engkau salat menghadap bukan kiblat. Ia
menjawab: Seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw. melakukannya, niscaya aku
tidak akan melakukannya. (Shahih Muslim No.1138)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Boleh
menjamak (menggabug) dua salat dalam satu waktu ketika dalam perjalanan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Apabila Rasulullah saw. tergesa-gesa untuk bepergian,
beliau menjamak (menghimpun) salat Magrib dan Isyak. (Shahih Muslim No.1139)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Apabila Rasulullah berangkat musafir sebelum
matahari tergelincir (condong ke Barat), beliau menangguhkan salat Zuhurnya ke
waktu Asar. Kemudian beliau berhenti singgah dan menjamak antara Zuhur dan Asar.
Dan apabila ketika beliau pergi, matahari telah condong ke Barat (tergelincir),
maka beliau melakukan salat Zuhur terlebih dahulu kemudian berangkat. (Shahih
Muslim No.1143)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Menjamak
(menggabung) dua salat tidak pada saat bepergian</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah menjamak salat Zuhur dengan
salat Asar, salat Magrib dengan salat Isyak bukan pada saat cemas (perang) atau
dalam perjalanan. (Shahih Muslim No.1146)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Meninggalkan
salat dari kanan dan dari kiri</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Janganlah seorang dari engkau memberikan
peluang kepada setan untuk menggoda dirinya bahwa salatnya tidak sah apabila ia
tidak meninggalkan salat dari arah kanannya. Saya sering melihat Rasulullah saw.
berpaling dari arah kirinya. (Shahih Muslim No.1156)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Makruh
melakukan salat sunat ketika muazin sudah mengumandangkan iqamat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Malik bin Buhainah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. melewati seorang
yang sedang salat, padahal salat Subuh sudah didirikan. Beliau berbicara sesuatu
kepada laki-laki yang tidak kami ketahui apa yang dibicarakan. Ketika selesai,
kami mengelilinginya dan bertanya: Apa yang telah dikatakan Rasulullah saw.
kepadamu? Ia berkata: Beliau bersabda kepadaku: Hampir saja salah seorang dari
kalian melakukan salat Subuh sebanyak empat rakaat. (Shahih Muslim
No.1162)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Sunat
melakukan salat tahiyyatulmasjid dua rakaat, makruh duduk sebelum salat sunat
tersebut dan hal itu dianjurkan pada setiap waktu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang kalian
masuk mesjid, maka hendaklah ia melakukan salat dua rakaat sebelum ia duduk.
(Shahih Muslim No.1166)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. mempunyai tanggungan utang kepadaku,
kemudian beliau membayar dan melebihkannya kepadaku. Aku menemui beliau di
mesjid. Lalu beliau berkata kepadaku: Salat sunatlah dua rakaat. (Shahih Muslim
No.1168)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Sunat
melakukan salat dua rakaat di mesjid ketika pertama kali tiba dari
bepergian</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Kaab
bin Malik ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. tidak tiba dari bepergian pada siang
kecuali pada siang hari, waktu Duha. Dan apabila beliau tiba, beliau awali
datang ke mesjid, lalu salat sunat dua rakaat kemudian duduk di sana. (Shahih
Muslim No.1171)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Sunat salat
Duha, sedikitnya dua rakaat, sempurnanya delapan rakaat dan pertengahannya empat
atau enam rakaat serta dorongan untuk menjaganya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. melakukan
salat sunat Duha, tetapi akulah yang senantiasa melakukannya. Meskipun
Rasulullah saw. tidak mengerjakannya, tetapi beliau senang untuk melakukannya.
Hal itu karena beliau khawatir manusia akan mengerjakannya dan kemudian
diwajibkan atas mereka. (Shahih Muslim No.1174)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Orang yang aku Cintai, yaitu Rasulullah saw.
berpesan kepadaku akan tiga hal: Puasa tiga hari pada tiap bulan, salat Duha dua
rakaat dan salat witir sebelum tidur. (Shahih Muslim No.1182)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Sunat
melakukan salat sunat fajar dua rakaat dan dorongan untuk melaksanakannya,
meringankan salat tersebut, menjaganya serta penjelasan tentang surat yang sunat
dibaca dalam salat tersebut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Hafshah ra.: <br />
Dari Ibnu Umar, bahwa Hafshah, Ummul mukminin mengabarkan
kepadanya bahwa ketika muazin selesai dari azan salat Subuh, Rasulullah saw.
melakukan salat sunat dua rakaat dengan ringat sebelum salat Subuh dilaksanakan.
(Shahih Muslim No.1184)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Adalah Rasulullah saw. apabila mendengar suara azan
selesai dikumandangkan, beliau melakukan salat sunat fajar dua rakaat dan
meringankan bacaan dalam salat tersebut. (Shahih Muslim No.1187)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. <span dir="ltr">Keutamaan salat sunat rawatib, sebelum dan sesudah salat wajib serta
penjelasan tentang jumlahnya</span></b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Aku salat sunat bersama Rasulullah saw., dua rakaat
sebelum Zuhur, dua rakaat sesudah Zuhur, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat
sesudah Isyak dan dua rakaat sesudah Jumat. Adapun Magrib, Isyak dan Jumat, aku
salat sunat rawatib bersama Nabi saw. di rumah beliau. (Shahih Muslim
No.1200)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Boleh salat
sunat sambil berdiri atau duduk atau sebagian sambil berdiri dan sebagian lagi
sambil duduk</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. membaca
suatu ayat pun dalam salat malam sambil duduk kecuali setelah beliau sudah
lanjut usia. Beliau membaca surat sambil duduk hingga ketika surat yang
dibacanya tinggal tiga puluh atau empat puluh ayat, beliau membacanya sambil
berdiri kemudian setelah itu beliau rukuk. (Shahih Muslim No.1205)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada
Aisyah: Apakah Nabi saw. pernah salat sambil duduk? Aisyah menjawab: Pernah,
yaitu setelah beliau berusia lanjut. (Shahih Muslim No.1209)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Salat malam
dan jumlah rakaat yang dilakukan Nabi saw. bahwa witir itu satu rakaat dan salat
satu rakaat adalah benar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. biasa melakukan salat malam sebanyak
sebelas rakaat, satu rakaatnya adalah salat witir. Setelah selesai salat, beliau
lalu membaringkan tubuhnya miring ke kanan sampai muazin mengumandangkan azan
lalu beliau melakukan salat sunat dua rakaat dengan pendek. (Shahih Muslim
No.1215)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa ia bertanya kepada Aisyah
ra.: Bagaimana salat Rasulullah saw. pada bulan Ramadan? Ia menjawab: Baik di
bulan Ramadan maupun di bulan lainnya, Rasulullah saw. melakukan salat sunat
tidak lebih dari sebelas rakaat. Beliau melakukannya empat rakaat dan jangan
engkau tanyakan tentang kesempurnaan dan lamanya. Kemudian beliau melakukan
empat rakaat lagi dan jangan pula engkau tanyakan tentang kesempurnaan dan
lamanya. Kemudian beliau salat tiga rakaat. Aisyah berkata: Aku lalu bertanya:
Wahai Rasulullah, apakah baginda tidur sebelum melakukan salat witir? Beliau
bersabda: Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur namun hatiku terjaga.
(Shahih Muslim No.1219)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Dari Abu Ishak, ia berkata: Aku bertanya kepada Aswad bin Yazid
tentang apa yang diceritakan oleh Aisyah kepadanya mengenai salat Rasulullah
saw. Katanya: Rasulullah tidur pada permulaan malam dan bangun pada akhir malam.
Kemudian apabila beliau punya kebutuhan terhadap istrinya, maka beliau akan
memenuhi kebutuhan tersebut, kemudian tidur. Ketika terdengar azan pertama,
beliau segera bangun untuk mengambil air. Jika tidak sedang dalam keadaan junub,
beliau hanya berwudu seperti wudu untuk salat. Kemudian beliau melakukan salat
sunat dua rakaat. (Shahih Muslim No.1223)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Dari Masruq, ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah tentang amal
yang dilakukan Rasulullah saw. Dia menjawab: Beliau senang beramal yang
berkesinambungan. Aku bertanya Lagi: Kapan beliau mengerjakan salat? Aisyah
menjawab: Apabila mendengar suara ayam jantan berkokok beliau segera bangun dan
melakukan salat. (Shahih Muslim No.1225)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Aku tidak pernah mendapati Rasulullah saw. pada
akhir malam sebelum Subuh di rumahku atau di sisiku, kecuali beliau sedang
tidur. (Shahih Muslim No.1226)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Adalah Rasulullah saw. apabila selesai melakukan
salat dua rakaat, sunat fajar dan jika aku sudah bangun, maka beliau akan
bercakap denganku dan kalau belum bangun, maka beliau akan rebahan. (Shahih
Muslim No.1227)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. biasa melakukan salat malam. Apabila
hendak melakukan salat witir beliau bersabda: Bangunlah dan lakukan salat witir,
wahai Aisyah. (Shahih Muslim No.1228)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Setiap bagian waktu malam, Rasulullah saw. pasti
melakukan salat witir dan beliau menyudahi witirnya sampai waktu sahur. (Shahih
Muslim No.1230)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Salat malam
dan orang yang tertidur atau sakit sehingga tidak dapat melakukannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Dari Zurarah, bahwa Saad bin Hisyam bin Amir ingin berperang di
jalan Allah. Ketika datang ke Madinah, ia bertemu dengan beberapa orang dari
penduduk Madinah. Mereka melarang Saad bin Hisyam melaksanakan keinginannya
tersebut dan mereka mengabarkannya bahwa pada masa Nabi saw. ada enam orang
sahabat bermaksud seperti itu tetapi Rasulullah saw. melarang mereka dan beliau
bersabda: Bukankah aku adalah suri teladan bagi kalian semua? Mendengar cerita
mereka itu Saad lalu merujuk istrinya yang sudah diceraikan serta mengambil
saksi atas rujuknya itu. Setelah itu ia menemui Ibnu Abbas dan bertanya tentang
salat witir Rasulullah saw. Ibnu Abbas berkata: Maukah engkau aku tunjukkan
seseorang yang paling tahu witirnya Rasulullah? Saad menjawab: Siapakah ia? Ibnu
Abbas menjawab: Aisyah ra. Temui dan bertanyalah kepadanya. Setelah itu
datanglah kepadaku dan kabarkan apa jawabannya. Kemudian aku berangkat
menemuinya. Di perjalanan aku bertemu dengan Hakim bin Aflah. Aku minta ditemani
untuk menemuinya (Aisyah). Lalu ia (Hakim) berkata: Aku bukan kerabatnya dan aku
pernah melarangnya berbicara sesuatu tentang (sengketa) dua golongan itu, tetapi
ia enggan dan terus pada sikapnya. Kemudian aku yakinkan dengan bersumpah di
hadapannya (Hakim). Kami pun akhirnya berangkat menemui Aisyah. Kami minta izin
kepadanya dan dipersilakan. Kami masuk ke rumahnya. Aisyah bertanya: Apakah ini
Hakim? Ia mengenalnya, maka ia (Hakim) menjawab: Benar. Ia (Aisyah) bertanya
lagi: Siapa yang bersamamu? Hakim menjawab: Saad bin Hisyam. Aisyah bertanya
lagi: Hisyam siapa? Hakim menjawab: Hisyam bin Amir. Aisyah lalu berdoa semoga
Allah memberi rahmat kepada Amir serta mengatakan hal-hal yang baik tentangnya.
Qatadah berkata bahwa ia luka-luka ketika perang Uhud. Aku bertanya: Wahai Ummul
Mukminin! Terangkan kepadaku mengenai akhlak Rasulullah saw. Aisyah menjawab:
Bukankah engkau membaca Alquran? Aku menjawab: Tentu. Aisyah berkata:
Sesungguhnya akhlak Nabi saw. adalah Alquran. Waktu itu aku hendak berdiri untuk
pamitan dan aku sudah bertekad untuk tidak bertanya kepada siapa pun tentang
sesuatu apapun sampai aku meninggal dunia. Namun mendadak aku teringat sesuatu,
maka aku bertanya: Terangkan kepadaku tentang salat malam Rasulullah saw. Ia
(Aisyah) menjawab: Bukankah engkau pernah membaca firman Allah: "Wahai orang
yang berselimut?" Aku menjawab: Benar. Ia (Aisyah) berkata: Sesungguhnya Allah
Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah mewajibkan salat malam pada awal surat
tersebut. Dan selama satu tahun Nabi saw. adn para sahabat melaksanakan
kewajiban itu. Selama dua belas bulan, kelanjutan ayat tersebut ditahan Allah di
langit, sampai pada bagian akhir surat tersebut akhirnya diturunkan Allah yang
berisi keringanan. Sejak saat itu hukum salat malam menjadi sunat, tidak wajib.
Aku berkata lagi: Wahai Ummul Mukminin! Terangkan kepadaku mengenai salat witir
Rasulullah saw. Aisyah menjawab: Saya biasa menyediakan alat siwak dan air untuk
wudu beliau. Atas kehendak Allah beliau selalu bangun malam hari. Setelah
bersiwak dan berwudu, beliau melakukan salat sebanyak sembilan rakaat dan hanya
duduk pada rakaat yang kedelapan. Setelah berzikir, memuji dan berdoa kepada
Allah, beliau bangkit dan tidak salam. Kemudian beliau berdiri meneruskan rakaat
yang kesembilan. Lalu duduk seraya berzikir kepada Allah, menuju dan berdoa
kepada-Nya, kemudian mengucapkan salam yang terdengar olehku. Sesudah salam
masih dalam keadaan duduk, beliau melakukan salat dua rakaat lagi. Jadi semuanya
berjumlah sebelas rakaat. Namun ketika Nabi saw. berusia lanjut dan kian gemuk,
beliau hanya melakukan salat sunat witir sebanyak tujuh rakaat saja. Beliau
lakukan di dalam kedua rakaat itu seperti yang beliau lakukan pada yang pertama.
Jadi jumlahnya sembilan. Nabi saw. jika melakukan salat, maka beliau suka untuk
terus melestarikannya. Apabila beliau berhalangan, misalnya tertidur atau sakit
sehingga tidak dapat malakukan salat malam, maka beliau akan melakukan di siang
hari sebanyak dua belas rakaat. Aku tidak pernah menjumpai Nabi saw. membaca
Alquran seluruhnya dalam satu malam dan aku juga tidak pernah menjumpai Nabi
saw. melakukan salat semalaman sampai Subuh atau melakukan puasa sebulan penuh
selain pada bulan Ramadan. Setelah mendengar jawaban dari Aisyah tersebut, aku
menemui Ibnu Abbas dan menceritakannya kembali kepadanya. Kata Ibnu Abbas:
Aisyah benar. Seandainya aku dekat atau boleh menemuinya, niscaya akan aku
datangi sendiri ia sehingga ia bercerita langsung kepadaku. Aku berkata: Kalau
aku tahu engkau tidak boleh menemuinya, aku tidak akan menceritakan kepadamu
ceritanya tersebut. (Shahih Muslim No.1233)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Salat malam
itu dua rakaat dua rakaat dan salat witir itu sebaiknya dilakukan pada akhir
malam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw. tentang salat
malam. Beliau menjawab: Salat malam itu dua rakaat dua rakaat. Apabila salah
seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu salat Subuh, maka hendaklah ia
salat witir satu rakaat untuk mengganjilkan salat sebelumnya. (Shahih Muslim
No.1239)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Barang siapa yang salat malam, maka hendaklah ia
akhiri salat itu dengan witir, karena Rasulullah saw. memerintahkan hal itu.
(Shahih Muslim No.1244)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Dorongan
berdoa dan berzikir pada akhir malam dan pengabulan doa pada waktu itu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tuhan kita Yang Maha Suci lagi
Maha Luhur setiap malam turun ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiga
terakhir. Dia berfirman: Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan
kabulkan permohonannya. Dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka
Aku akan mengampuninya. (Shahih Muslim No.1261)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Dorongan
melakukan salat malam bulan Ramadan, yaitu salat tarawih</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang mendirikan
salat malam bulan Ramadan karena iman dan mengharap rela Allah, maka ia akan
diampuni dosanya yang telah lalu. (Shahih Muslim No.1266)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa pada suatu malam Rasulullah saw. salat di mesjid, lalu
datang beberapa orang ikut salat bersama beliau, kemudian pada malam
selanjutnya, manusia semakin banyak yang ikut salat bersama beliau. Kemudian
pada malam yang ketiga atau keempat banyak sekali orang yang berkumpul menunggu
Rasulullah saw., tetapi Rasulullah saw. tidak keluar menemui mereka. Pada pagi
harinya, beliau bersabda: Aku melihat apa yang kalian lakukan. Sebenarnya tidak
ada yang menghalangi aku untuk keluar salat bersama kalian kecuali karena aku
khawatir kalau hal ini akan diwajibkan atas kalian. Perawi mengatakan: Itu
terjadi pada bulan Ramadan. (Shahih Muslim No.1270)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Doa dalam
salat malam dan menghidupkan malam dengan ibadah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />
Suatu malam aku menginap di rumah bibiku, Maimunah.
Pada malam tersebut Nabi saw. bangun lalu memenuhi hajatnya. Setelah membasuh
wajah dan kedua tangannya, beliau tidur, kemudian bangun lagi. Setelah itu
beliau menuju ke gerabah (yaitu tempat untuk menyimpan air terbuat dari kulit)
lalu membuka penutupnya. Kemudian beliau berwudu sebaik dan sesempurna mungkin
lalu beliau salat. Melihat beliau berdiri untuk salat, aku pun ikut salat. Aku
bergegas wudu dengan diam-diam. Semula aku memilih tempat di sebelah kiri, namun
kemudian beliau menarik tanganku supaya aku pindah ke sebelah kanan saja.
Rasulullah saw. secara sempurna melakukan salat malam sebanyak tiga belas
rakaat. Setelah sejenak rebahan, beliau lantas tidur hingga mendengkur. Dan
kebiasaan beliau kalau tidur memang mendengkur. Lalu Bilal datang dan
mengumandangkan azan salat. Nabi bergegas bangun lalu salat tanpa wudu terlebih
dahulu. Doa yang beliau panjatkan ialah: Ya Allah, nyalakan dalam hatiku suatu
cahaya, pada pandanganku suatu cahaya, dari arah kananku suatu cahaya, dari arah
kiriku suatu cahaya, di atasku suatu cahaya, di belakangku suatu cahaya, dan di
depanku suatu cahaya, di belakangku suatu cahaya, dan limpahkanlah cahaya
kepadaku. (Shahih Muslim No.1274)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Aku bersama Rasulullah saw. dalam suatu
perjalanan. Kami tiba di sebuah jalan yang menghubungkan pada suatu tempat yang
ada air. Rasulullah saw. bertanya: Tidakkah engkau dan untamu ingin mendapatkan
air, wahai Jabir? Aku menjawab: Tentu. Rasulullah saw. lalu turun. Seperti
halnya aku, beliau pergi memenuhi hajatnya. Seterusnya aku menyediakan air wudu
untuk beliau. Setelah wudu, beliau bersiap-siap untuk salat dengan satu kain
yang kedua ujungnya diikat. Aku berdiri di belakang beliau. Lalu beliau memegang
telingaku agar aku pindah ke sebelah kanan beliau. (Shahih Muslim No.1285)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. apabila bangun tengah malam untuk
menunaikan salat, beliau berdoa: Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Engkau adalah
cahaya langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu. Engkau adalah pemelihara langit dan
bumi. Segala puji bagi-Mu. Engkau adalah Tuhan langit dan bumi serta semua yang
ada padanya. Engkau adalah yang hak, janji-Mu adalah hak, firman-Mu adalah hak,
perjumpaan dengan-Mu adalah hak, surga adalah hak, neraka adalah hak, hari
kiamat adalah hak. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri. Kepada-Mu aku beriman.
Kepada-Mu aku bertawakal. Ke pangkuan-Mu aku pulang. Kepada-Mu aku mengadu.
Dengan (nama) Mu aku memutuskan. Maka ampunilah aku, ampunilah dosa-dosaku, baik
yang telah lewat maupun yang akan datang, yang aku lakukan secara diam-diam
maupun yang terang-terangan. Engkau adalah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain
Engkau. (Shahih Muslim No.1288)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Sunat
memperpanjang bacaan dalam salat malam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />
Dari Abu Wail, ia berkata: Abdullah berkata: Aku
pernah salat bersama Rasulullah saw., beliau memperpanjang (bacaan), sampai aku
berniat yang bukan-bukan. Dikatakan: Apa yang engkau niatkan? Ia berkata: Aku
berniat untuk duduk dan membiarkan beliau. (Shahih Muslim No.1292)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Mengenai
orang yang tidur semalam suntuk sampai pagi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Dilaporkan kepada Rasulullah saw.
tentang seorang yang tidur pada malam hari sampai pagi. Beliau bersabda: Orang
itu telah dikencingi setan kedua telinganya. (Shahih Muslim No.1293)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
bin Abu Thalib ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. pernah datang pada malam hari ke rumah
Ali dan Fatimah. Beliau bertanya: Tidakkah kalian akan salat? Ali menjawab:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya jiwa kami berada pada kekuasaan Allah. Jika Allah
berkehendak membangunkan kami, maka Dia akan bangunkan kami (dan kami akan
salat). Kemudian Rasulullah saw. pergi setelah aku berkata demikian. Kemudian
sambil meninggalkan tempat dan menepuk pahanya, Ali mendengar beliau bersabda:
Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Shahih Muslim
No.1294)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Setan itu akan mengikat tengkuk
salah seorang engkau yang tengah tidur dengan tiga ikatan sehingga engkau tidur
semalaman. Apabila seorang di antara engkau bangun seraya menyebut nama Allah,
maka lepaslah ikatan pertama. Lalu apabila ia berwudu, maka lepaslah ikatan
kedua. Dan apabila diteruskan dengan salat, maka lepaslah ikatan ketiga,
sehingga ia akan bersemangat dan berhati jernih. Kalau tidak, maka hatinya akan
kusut dan malas. (Shahih Muslim No.1295)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>23. Sunat
melakukan salat sunat di rumah dan boleh di mesjid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Laksanakanlah salat sunat di
rumah kalian dan janganlah engkau jadikan rumah kalian itu seperti kuburan.
(Shahih Muslim No.1296)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Perumpamaan rumah yang tempat
mengingat Allah dan rumah yang bukan tempat mengingat Allah adalah seperti
perumpamaan orang hidup dan orang mati. (Shahih Muslim No.1299)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Zaid
bin Tsabit ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. membatasi suatu tempat dengan
alas atau tikar. Lalu beliau keluar untuk salat di situ. Beberapa orang sahabat
mengamati tempat tersebut dan lain waktu mereka datang untuk melakukan salat di
tempat beliau itu. Pada suatu malam mereka datang dan Rasulullah saw. tidak mau
keluar menemui mereka. Lantas mereka berteriak mamanggilnya bahkan ada yang
melempari pintu dengan batu-batu kecil. Dengan marah, Rasulullah saw. keluar
menemui mereka dan bersabda: Kalian masih saja melakukan apa yang kalian buat
sampai aku menyangka bahwa hal itu (salat sunat) akan diwajibkan kepada kalian.
Kalian harus salat sunat di rumah kalian, karena sebaik-baik salat seseorang
adalah di rumahnya, kecuali salat wajib. (Shahih Muslim No.1301)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>24. Mengenai
orang yang mengantuk dalam salat sehingga jadi kabur bacaan Alquran atau
zikirnya, sebaiknya ia tidur atau duduk saja sampai kantuk itu hilang</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. masuk mesjid dan didapati ada
seutas tali direntangkan di antara dua tiang. Beliau bertanya: Apa ini? Para
sahabat menjawab: Untuk Zainab, ia hendak salat, kalau ia merasa malas atau
lemas di tengah salat maka ia berpegangan pada tali tersebut. Rasulullah saw.
bersabda: Lepaskan tali itu. Hendaklah setiap orang dari kalian salat dengan
kekuatannya sendiri. Jika ia sedang malas atau merasa lemah, maka hendaklah ia
duduk. (Shahih Muslim No.1306)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Jika salah seorang dari kalian
mengantuk dalam salat, maka duduklah sampai hilang rasa kantuk itu. Sebab jika
salah seorang dari kalian salat dengan mengantuk, maka pikirannya hilang,
mungkin ia ingin meminta ampunan, tetapi malah mencaci dirinya sendiri. (Shahih
Muslim No.1309)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>25. Perintah
untuk membiasakan membaca Alquran dan makruh mengatakan: Aku lupa ayat ini, tapi
hendaklah berkata: aku itu dilupakan dariku</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. mendengar seorang laki-laki membaca Alquran
tengah malam. Beliau bersabda: Semoga Allah merahmatinya. Sungguh ia telah
mengingatkan aku ayat ini dan ayat ini yang aku terlupa ayat surat ini dan surat
ini. (Shahih Muslim No.1311)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
perumpamaan orang yang hafal Alquran adalah seperti unta yang ditambatkan.
Apabila ia menjaganya, maka unta itu akan tetap pada tempatnya dan apabila ia
lepaskan ikatannya, maka ia akan pergi. (Shahih Muslim No.1313)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Yang terburuk
seseorang di antara mereka adalah orang yang mengatakan: Aku lupa ayat ini ayat
ini. Tetapi sebenarnya ia telah dibuat lupa. Ingatlah terus Alquran, sebab
sesungguhnya ia lebih mudah lepas dari hati manusia dibandingkan (terlepasnya)
unta dari tambatannya. (Shahih Muslim No.1314)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Komitmenlah (tetaplah) kalian
membaca Alquran ini, demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,
sesungguhnya Alquran itu lebih cepat terlepas dibandingkan dengan (terlepasnya)
unta dari tambatannya. (Shahih Muslim No.1317)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>26. Sunat
membaguskan suara ketika membaca Alquran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Allah tidak mengizinkan
sesuatu seperti Dia izinkan kepada nabi untuk melagukan bacaan Alquran. (Shahih
Muslim No.1318)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Musa: Kalau engkau
melihat aku saat aku mendengarkan bacaanmu kemarin, sungguh engkau telah diberi
seruling (maksudnya suara yang merdu) dari seruling keluarga Nabi Daud. (Shahih
Muslim No.1322)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>27. Mengenang
bacaan Nabi saw. surat Al-Fath pada peristiwa penaklukan kota Mekah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani ra., ia berkata: <br />
Pada tahun penaklukan
Mekah, Nabi saw. membaca surat Al-Fath dalam perjalanannya di atas hewan
tumpangannya. Beliau mengulang-ulangi bacaannya. (Shahih Muslim
No.1323)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>28. Turunnya
ketenangan berkat karena bacaan Alquran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Barra' bin Azib ra., ia berkata: <br />
Salah seorang sahabat membaca surat
Al-Kahfi dan di sisinya ada seekor kuda yang tertambat dengan tali panjang.
Tiba-tiba awan menaunginya, lalu berputar dan mendekat sehingga kuda itu
menghindar darinya. Pada pagi harinya sahabat itu datang menemui Nabi saw. dan
menuturkan peristiwa yang dialaminya kepada beliau. Nabi saw. bersabda: Itu
adalah sakinah (ketenangan) yang turun karena bacaan Alquran. (Shahih Muslim
No.1325)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>29. Keutamaan
orang yang hafal Alquran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa Al-Asy`ari ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang
mukmin yang membaca Alquran adalah seperti perumpamaan buah utrujah, baunya
harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Alquran
adalah seperti buah kurma, tidak ada baunya sama sekali namun rasanya manis.
Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran adalah seperti buah raihanah,
baunya harum namun rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak
membaca Alquran adalah seperti buah peria, tidak ada baunya sama sekali dan
rasanya pahit. (Shahih Muslim No.1328)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>30. Keutamaan
orang yang pandai membaca Alquran dan orang yang yatata`ta (tersendat-sendat)
dalam membaca Alquran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang pandai membaca
Alquran akan bersama para rasul yang mulia dan taat-taat. Adapun orang yang
membaca Alquran dengan tersendat-sendat karena sulit baginya membaca Alquran,
maka ia mendapat dua pahala. (Shahih Muslim No.1329)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>31. Sunat
membaca Alquran di hadapan orang-orang yang pandai tentang Alquran, meskipun
yang membaca lebih utama dari yang mendengar bacaan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Ubay bin Kaab:
Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membaca (Alquran) di hadapanmu. Ubay dengan
nada agak tak percaya bertanya: Allah menyebut-nyebutku? Rasulullah saw.
menjawab: Ya, Allah menyebut-nyebutmu. Seketika itu Ubay menangis, terharu.
(Shahih Muslim No.1330)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>32. Keutamaan
mendengarkan Alquran dan meminta kepada orang yang hafal untuk membaca Alquran
serta keutamaan menangis ketika membaca Alquran dan merenunginya</b></div>
<ul>
<li>Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku
harus membacakan Alquran kepada baginda, sedangkan kepada bagidalah Alquran
diturunkan? Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan
dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa'. Ketika sampai pada
ayat yang berbunyi: Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami
mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu). Aku angkat kepalaku
atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat
kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata. (Shahih Muslim No.1332)
</li>
<li>Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />Aku berada di Homs.
Sebagian orang berkata kepadaku: Bacakan Alquran kepada kami. Lalu aku bacakan
kepada mereka surat Yusuf. Lalu salah seorang dari kaum itu berkata: Demi Allah,
bukan demikian surat ini diturunkan. Aku bilang padanya: Celaka engkau, demi
Allah, sesungguhnya aku pernah membacakannya pada Rasulullah saw. Lelaki itu
akhirnya berkata kepadaku: Engkau benar. (Shahih Muslim No.1334) </li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>33. Keutamaan
surat Al-Fatihah dan ayat-ayat akhir surat Al-Baqarah, anjuran untuk membaca dua
ayat terakhir surat Al-Baqarah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Masud Al-Badri ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang
membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada suatu satu malam, maka ayat itu
akan menjadi pelindung dirinya. (Shahih Muslim No.1340)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>34. Keutamaan
membaca surat Al-Ikhlas</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Bahwa Rasulullah saw. mengutus seorang lelaki
sebagai komandan pasukan ekspedisi. Dalam salat, ia bertindak sebagai imam bagi
sahabat lainnya, membaca surat mengakhiri bacaan dengan "qul huwallahu Ahad",
surat Al-Ikhlas. Ketika pasukan pulang, hal itu diceritakan kepada Rasulullah
saw. Beliau bersabda: Tanyakan saja langsung kepadanya, mengapa ia membaca surat
itu? Mereka lalu menanyakannya. Ia menjawab: Karena sesungguhnya surat itu
adalah sifat Allah Yang Maha Pemurah dan aku senang membacanya. Kemudian
Rasulullah saw. bersabda: Kabarkan kepadanya bahwa Allah mencintainya. (Shahih
Muslim No.1347)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>35. Keutamaan
orang yang membaca dan mengajarkan Alquran serta keutamaan orang yang
mempelajari hukum fikih dan hukum lainnya, kemudian mengamalkan dan
mengajarkannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang
dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan
Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang
yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam
dan di waktu siang. (Shahih Muslim No.1350)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada
hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang
yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang
yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada
orang lain. (Shahih Muslim No.1352)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>36. Menerangkan
bahwa Alquran diturunkan dalam tujuh dialek dan menerangkan maknanya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Khathab ra., ia berkata: <br />
Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam
membaca surat Al-Furqan tidak seperti yang aku baca dan yang Rasulullah saw.
ajarkan kepadaku. Hampir saja aku menyalahkannya ketika ia sedang membaca,
tetapi aku biarkan saja sampai ia selesai. Setelah selesai, aku pegang dengan
kuat sorban yang berada di lehernya dan aku bawa ia menghadap Rasulullah saw.
Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendengar orang ini membaca
surat Al-Furqan tidak seperti yang baginda ajarkan kepadaku. Rasulullah saw.
bersabda: Suruh ia untuk membacanya. Ia (Hisyam) pun membaca bacaan yang
sebelumnya aku dengar sebelumnya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Seperti itulah
surat itu diturunkan. Kemudian beliau menyuruhku: Bacalah. Aku pun membacanya.
Lalu beliau bersabda: Demikianlah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Alquran itu
diturunkan atas tujuh dialek. Maka bacalah dengan bacaan yang mudah di
antaranya. (Shahih Muslim No.1354)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Jibril as. pernah mengajarkan aku
satu dialek. Kemudian aku mengulang-ulanginya dan aku selalu minta supaya ia mau
menambahnya, maka ia menambahkannya sampai ia berhenti pada tujuh dialek.
(Shahih Muslim No.1355)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>37. Membaca
Alquran dengan perlahan dan tidak tergesa-gesa, serta boleh mambaca dua surat
atau lebih dalam satu rakaat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />
Dari Abu Wail, ia berkata: Telah datang seorang
lelaki bernama Nahik bin Sinan kepada Abdullah seraya berkata: Wahai Abu
Abdurrahman, bagaimana engkau membaca huruf ini, "alif" atau "ya" pada ayat "min
maain ghaira aasin" atau "min maain ghaira yaasin". Ia berkata: Lalu Abdullah
berkata: Seluruh Alquran sudah aku teliti kecuali yang ini. Ia berkata lagi:
Sungguh aku membaca dua surat pendek dalam satu rakaat. Kemudian Abdullah
berkata: Cepat sekali, seperti membaca syair dengan cepat, sesungguhnya banyak
orang yang membaca Alquran seakan tidak melewati tenggorokannya, tapi seandainya
sampai ke hati lalu melekat, maka akan bermanfaat. Sesungguhnya yang paling
utama dalam salat adalah rukuk dan sujud dan sesungguhnya aku tahu benar
surat-surat yang hampir sama pendeknya yang Rasulullah saw. selalu
menggandengnya dua surat pada tiap rakaat. Lalu Abdullah berdiri dan Alqamah
masuk di belakangnya. Kemudian ia keluar dan berkata: Ia telah mengabarkannya
kepadaku. (Shahih Muslim No.1358)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>38. Perkara yang
berkaitan dengan bacaan (qiraat)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />
Abu Ishak telah menceritakan kepada kami, ia
berkata: Aku melihat seseorang bertanya kepada Aswad bin Yazid, ketika ia sedang
mengajarkan Alquran di mesjid. Orang itu berkata: Bagaimana engkau membaca ayat
berikut ini: "Fahal min muddakir", apakah pakai huruf "dal" atau huruf "dzal"?
Ia menjawab: Pakai huruf "dal", aku mendengar Abdullah bin Masud berkata: Aku
mendengar Rasulullah saw. membaca "muddakir" pakai huruf "dal". (Shahih Muslim
No.1362)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Darda ra.: <br />
Dari Alqamah, ia berkata: Kami tiba di Syam kemudian Abu Darda
datang menemui kami dan bertanya: Apakah ada salah seorang dari kalian yang
membaca seperti bacaan Abdullah? Aku menjawab: Ya, ada, aku sendiri. Ia bertanya
lagi: Bagaimana engkau mendengar Abdullah membaca ayat berikut ini wal laili
idzza yaghsyaa. Aku jawab: Aku mendengar Abdullah membaca, "wallaili idzza
yaghsyaa", setelah itu, "wadz dzakari wal untsaa". Ia berkata: Demi Allah,
begitulah aku mendengar Rasulullah saw. membacanya, tetapi mereka menginginkan
aku membaca: "wa maa khalaqa", namun aku tidak memperhatikan mereka. (Shahih
Muslim No.1364)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>39. Waktu-waktu
yang dilarang untuk melakukan salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Khathab ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. melarang salat sesudah Subuh sampai
matahari terbit dan sesudah Asar sampai matahari terbenam. (Shahih Muslim
No.1367)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada salat
setelah salat Asar sampai matahari terbenam dan tidak ada salat sesudah salat
Subuh sampai matahari terbit. (Shahih Muslim No.1368)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah salah seorang dari
kalian menunggu untuk melakukan salat ketika matahari terbit dan ketika matahari
terbenam. (Shahih Muslim No.1369)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila pinggiran matahari
telah kelihatan, maka tangguhkanlah salat sampai bersinar terang. Dan apabila
pinggiran matahari mulai terbenam, maka tangguhkanlah salat sampai terbenam.
(Shahih Muslim No.1371)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>40. Mengetahui
dua rakaat salat yang pernah dilakukan oleh Nabi saw. sesudah Asar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra.: <br />
Dari Kuraib bahwa Abdullah bin Abbas dan Abdurrahman bin Azhar
dan Miswar bin Makhramah mengutusnya untuk menemui Aisyah, istri nabi. Mereka
berkata: Ucapkan salam kami kepadanya dan tanyakan kepadanya tentang salat dua
rakaat sesudah Asar. Katakan pula kepadanya bahwa kami mendengar kabar bahwa ia
juga melakukan salat dua rakaat sesudah Asar tersebut. Padahal yang kami dengar,
Rasulullah saw. melarang kami melakukannya. Kata Ibnu Abbas: Waktu itu aku
bersama Umar bin Khathab segera beranjak meninggalkan tempat untuk menjauh.
Kemudian cerita Kuraib: Aku lalu menemui Aisyah dan menyampaikan apa yang mereka
pesankan padaku. Aisyah menjawab: Tanyakan saja kepada Ummu Salamah Aku lalu
pulang menemui orang-orang yang menyuruhku tadi dan aku beritahu apa jawaban
Aisyah. Mereka kemudian menyuruhku menemui Ummu Salamah untuk menanyakan hal
yang sama. Ummu Salamah menjawab: Aku memang pernah mendengar Rasulullah saw.
melarangnya. Namun kemudian aku juga pernah melihat beliau melakukannya. Waktu
itu beliau baru saja selesai melakukan salat Asar. Lalu beliau masuk ke rumah
yang pada saat itu aku sedang bersama beberapa wanita dari bani Haram golongan
Ansar. Beliau lalu melakukan salat dua rakaat tersebut. Aku lalu menyuruh
seorang jariyah untuk berdiri di samping beliau untuk menanyakan dua rakaat yang
beliau lakukan itu, padahal beliau pernah melarangnya. Tetapi aku sudah pesan
kepada jariyah yang aku suruh tadi, kalau beliau memberikan isyarat dengan
tangannya maka tunggulah. Jariyah itu pun melaksanakan perintahku, dan ternyata
beliau memang memberikan isyarat dengan tangannya. Maka ia pun bersabar. Ketika
selesai, beliau bersabda: Wahai putri Abu Umayah. Engkau telah menanyakan
tentang salat dua rakaat sesudah Asar yang aku lakukan tadi. Ketahuilah,
sesungguhnya tadi beberapa orang dari suku Abdul Qais datang kepadaku mengurus
kaumnya yang masuk Islam, sehingga aku terlambat melakukan dua rakaat sesudah
salat Zuhur. Maka itu tadi adalah dua rakaat yang belum sempat aku lakukan itu.
(Shahih Muslim No.1377)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Dari Abu Salamah ra. bahwa ia bertanya kepada Aisyah ra. tentang
salat dua rakaat (salat sunat) yang dilakukan Rasulullah saw. sesudah salat
Asar. Aisyah menjawab: Biasanya beliau melakukannya sebelum Asar, kemudian
karena ia sibuk (tidak sempat) atau lupa, maka ia melakukannya setelah salat
Asar. Lalu beliau menetapkannya. Kebiasaan beliau adalah jika melakukan salat
tertentu (sunat), beliau menetapkannya. (Shahih Muslim No.1378)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>41. Sunat salat
dua rakaat sebelum salat Magrib</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Dahulu pada masa Rasulullah saw. kami pernah
melakukan salat dua rakaat setelah matahari terbenam, yaitu sebelum salat
Magrib. Aku lalu bertanya lagi kepada Anas: Apakah Rasulullah saw. pernah
melakukannya? Anas menjawab: Beliau melihat kami melakukannya, tapi beliau tidak
menyuruh dan tidak melarang kami. (Shahih Muslim No.1382)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Kami sedang berada di Madinah ketika muazin
mengumandangkan azan untuk salat Magrib, orang-orang berlomba ke tiang-tiang
mesjid untuk melakukan salat sunat dua rakaat sebelum Magrib, sampai-sampai
seseorang yang masuk mesjid mengira bahwa salat Magrib telah dilaksanakan karena
banyaknya orang yang melakukannya. (Shahih Muslim No.1383)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>42. Salat sunat
di antara dua azan (maksudnya azan dan iqamat)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda:
Antara setiap azan dan iqamat itu ada salat. Beliau mengucapkan tiga kali dan
pada perkataannya yang ketiga beliau menambahkan: Bagi orang yang mau. (Shahih
Muslim No.1384)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>43. Salat khauf
(takut)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. melakukan salat khauf dengan salah
satu kelompok sebanyak satu rakaat, dan kelompok yang lain (tidak ikut salat)
bersiaga menghadap musuh. Kemudian mereka (yang belum salat) beralih menempati
tempat teman-temannya (yang telah menyelesaikan salat satu rakaat bersama
Rasulullah saw. dan satu rakaat mereka selesaikan masing-masing), gantian mereka
yang menghadap musuh. Lalu mereka (yang belum salat) datang untuk salat bersama
Nabi saw. satu rakaat, kemudian Nabi saw. mengakhiri salatnya dengan salam.
Kemudian mereka (yang baru salat satu rakaat) menyelesaikan satu rakaat lagi.
(Shahih Muslim No.1385)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Suatu ketika aku turut melakukan salat khauf
bersama Rasulullah saw. Beliau membagi kami menjadi dua barisan, satu barisan
berada di belakang Rasulullah saw. sedang musuh berada di antara kami dan
kiblat. Ketika Nabi saw. takbir kami semua ikut takbir. Kemudian beliau rukuk,
kami semua ikut rukuk. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dari rukuk, kami
semua melakukan hal yang sama. Kemudian beliau turun untuk sujud bersama barisan
yang berada langsung di belakang beliau. Sementara itu barisan yang terakhir
tetap berdiri menjaga musuh. Ketika Nabi saw. selesai sujud, dan barisan yang di
belakangnya berdiri, maka barisan yang terakhir tadi turun untuk melakukan sujud
lalu mereka berdiri. Lalu barisan yang di belakang maju, dan barisan yang di
depan mundur. Kemudian Nabi saw. rukuk dan kami semua ikut rukuk. Kemudian Nabi
mengangkat kepalanya, kami pun mengikutinya. Sementara barisan yang tadi berada
di belakang ikut turun sujud bersama beliau, barisan yang satunya lagi tetap
berdiri menjaga musuh. Ketika Nabi saw. selesai sujud bersama barisan yang tepat
di belakangnya, maka barisan yang di terakhir turun untuk sujud. Setelah mereka
selesai sujud, Nabi saw. mengucapkan salam dan kami semua ikut salam. Jabir
berkata: Seperti yang biasa dilakukan oleh para pasukan pengawal terhadap para
pemimpin mereka. (Shahih Muslim No.1387)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Abu Hatsmah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. melakukan salat khauf bersama
sahabat-sahabatnya. Beliau membariskan mereka di belakang belian dalam dua
barisan. Bersama barisan pertama, beliau melakukan salat satu rakaat. Kemudian
beliau berdiri dan terus berdiri sampai barisan yang ada di belakangnya
menyelesaikan satu rakaat lagi. Kemudian mereka (yang belum salat) maju, dan
barisan yang salat lebih dahulu mundur ke belakang. Lalu bersama mereka (yang
belum salat), beliau salat satu rakaat. Kemudian duduk sambil menunggu mereka
yang terlambat (baru mendapat satu rakaat), menyelesaikan satu rakaat lagi.
Kemudian beliau salam. (Shahih Muslim No.1389)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
ra., ia berkata: <br />
Aku ikut bersama Rasulullah saw. dalam pertempuran Dzaatur
riqa. Suatu saat kami berada di dekat sebuah pohon yang cukup rindang sekali.
Aku persilakan beliau beristirahat di bawahnya. Lalu datanglah seorang laki-laki
dari kaum musyrik. Pada waktu itu pedang Rasulullah saw. digantungkan di atas
pohon. Laki-laki itu lalu mengambil pedang Nabi saw. dan menghunusnya. Kemudian
ia bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah engkau takut kepadaku? Beliau
menjawab: Tidak. Laki-laki itu bertanya: Siapa yang akan menjagamu dari aku?
Beliau menjawab: Allah yang akan menjagaku darimu. Pada saat itu para sahabat
Rasulullah berhasil menggertak laki-laki tersebut, sehingga akhirnya ia
memasukkan pedang itu ke sarungnya dan menggantungnya ke tempatnya semula.
Setelah itu terdengar suara azan salat. Beliau lalu melakukan salat dua rakaat
bersama satu kelompok kemudian mereka mundur. Lalu beliau melakukan salat dua
rakaat lagi bersama kelompok lainnya. Jadi Rasulullah saw. melakukan salat empat
rakaat, sementara para sahabat hanya dua rakaat. (Shahih Muslim No.1391)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-10672289723984006702012-05-27T04:43:00.001-07:002012-05-27T04:53:03.336-07:00Kitab Mesjid Dan Lokasi Salat |Hadist Shahih Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtV53QIxQaqjy3n3rMl1Qv8GJilf8LxIN_SYXV2PaMG1i1CPLp7dFYCxGpMC6NBWPie1VyR6cPHSTzDHNOcvrpDJvlGy_lT4-0XDIOfmvWb-ltzrEV6sREGLfZu4KIbK5fz0y8GIxp7qE/s1600/wwww.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtV53QIxQaqjy3n3rMl1Qv8GJilf8LxIN_SYXV2PaMG1i1CPLp7dFYCxGpMC6NBWPie1VyR6cPHSTzDHNOcvrpDJvlGy_lT4-0XDIOfmvWb-ltzrEV6sREGLfZu4KIbK5fz0y8GIxp7qE/s320/wwww.gif" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Pembangunan
Mesjid Nabawi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Zar, ia berkata:<br />
Aku bertanya: Wahai Rasulullah, mesjid manakah yang pertama
dibangun di muka bumi ini? Rasulullah menjawab: Masjidilharam. Aku bertanya:
Kemudian mesjid mana? Beliau menjawab: Masjidilaksa. Aku bertanya: Berapakah
jarak waktu antara keduanya? Beliau menjawab: Empat puluh tahun. Di mana saja
datang waktu salat, maka salatlah, karena di situ juga mesjid. (Shahih Muslim
No.808)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah Al-Anshari, ia berkata:<br />
Rasulullah bersabda: Aku diberi lima
perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorang nabi sebelumku. Semua nabi
sebelumku diutus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada semua manusia
yang berkulit merah dan hitam. Dihalalkan bagiku harta rampasan perang yang
tidak pernah dihalalkan kepada seorang pun sebelumku. Bumi diciptakan untukku
dalam keadaan suci menyucikan dan sebagai mesjid. Barang siapa yang menemui
waktu salat, maka salatlah di tempat ia berada. Aku diberi kemenangan dengan
membuat takut musuh selama jarak perjalanan satu bulan. Dan aku juga diberi
syafaat. (Shahih Muslim No.810)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah, ia berkata:<br />
Bahwa Rasulullah bersabda: Aku diberi enam kelebihan
atas para nabi, aku diberi kata singkat tapi kaya akan makna, aku diberi
kemenangan dengan cara menakuti musuh, dihalalkan bagiku harta hasil rampasan
perang, tanah dijadikan untukku dalam keadaan suci dan sebagai mesjid, aku
diutus kepada segenap makhluk dan aku dijadikan sebagai penutup para nabi.
(Shahih Muslim No.812)<br />
<br />
<a name='more'></a></div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. tiba di Madinah. Beliau singgah di
Madinah Atas, suatu daerah yang dikenal dengan Bani Amru bin Auf dan tinggal
bersama mereka selama empat belas malam. (Suatu saat) beliau menyuruh untuk
memanggil tokoh Bani Najar. Lalu mereka pun datang sambil menyandang pedangnya
masing-masing. Nampaknya aku melihat Rasulullah saw. berada di atas hewan
kendaraannya dan Abu Bakar membonceng di belakangnya dan tokoh-tokoh Bani Najar
mengelilingi beliau sampai tiba di halaman rumah milik Abu Ayyub. Rasulullah
selalu salat di mana saja waktu salat ditemuinya. Pernah beliau salat di kandang
kambing. Kemudian beliau memerintahkan untuk membangun sebuah mesjid.
Selanjutnya beliau memangil tokoh-tokoh Bani Najar, dan mereka pun datang.
Beliau bersabda: Wahai Bani Najar, tentukan padaku harga kebun kalian ini.
Mereka menjawab: Tidak, demi Allah. Kami tidak akan menuntut harganya kecuali
kepada Allah. Anas ra. berkata lagi: Di kebun itu ada pohon kurma, kuburan
orang-orang musyrik, dan puing-puing reruntuhan. Rasulullah saw. lantas
memerintahkan untuk memotong pohon kurma, menggali kuburan orang-orang musyrik
dan meratakan puing. Mereka mendirikan (bekas-bekas) pohon kurma sebagai
petunjuk kiblat, dan membuat pintu gerbang dari sebuah batu besar. Mereka
melakukan semua itu sambil menyanyikan lagu-lagu yang dapat membangkitkan
semangat dan Rasulullah saw. ikut bersama mereka. Mereka berkata: Ya Allah,
sesungguhnya tidak ada kebaikan selain di akhirat, tolonglah orang-orang Ansar
dan orang-orang muhajirin. (Shahih Muslim No.816)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Pemindahan
kiblat dari Baitulmakdis ke Kakbah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Barra' bin Azib ra., ia berkata: <br />
Aku pernah salat bersama Nabi saw.
menghadap Baitulmakdis selama enam belas bulan sampai turun ayat dalam surat
Al-Baqarah: Dan di mana saja engkau berada, palingkanlah wajahmu ke arahnya.
Ayat tersebut turun sesudah Nabi saw. melakukan salat. Seorang sahabat bertolak
dan menemui beberapa orang Ansar yang sedang salat. Lalu sahabat itu
menceritakan apa yang terjadi, maka orang-orang Ansar itu memalingkan wajah
mereka ke arah Kakbah. (Shahih Muslim No.818)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: </div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<br />Ketika orang-orang sedang melakukan salat di Qubba,
tiba-tiba datang orang yang membawa kabar bahwa semalam Rasulullah saw. mendapat
wahyu berupa perintah untuk menghadap Kakbah. Seketika itu mereka menghadap ke
Kakbah. Sebelumnya mereka menghadap ke arah Syam, kemudian mereka berputar
menghadap ke Kakbah. (Shahih Muslim No.820)</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Larangan
membangun mesjid di atas kuburan, larangan memasang gambar di dalam mesjid dan
larangan menjadikan kuburan sebagai tempat salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Ummu Habibah ra. dan Ummu Salamah ra. menyebut-nyebut
sebuah gereja yang pernah kami lihat di Habasyah yang penuh dengan gambar utusan
Tuhan. Rasulullah saw. lalu bersabda: Mereka itu mempunyai kebiasaan apabila ada
orang saleh dari mereka meninggal dunia, maka mereka akan membangun sebuah
mesjid di atas kuburnya dan menggambar beberapa gambar di dalamnya. Mereka
adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim
No.822)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Pada saat Rasulullah saw. sakit dan tidak sanggup
bangun, beliau bersabda: Allah mengutuk orang-orang Yahudi dan orang-orang
Kristen yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat mesjid (tempat
ibadah). (Shahih Muslim No.823)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Mudah-mudahan Allah
memerangi orang-orang Yahudi yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai
mesjid. (Shahih Muslim No.824)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Tatkala ditimpa suatu musibah, Rasulullah saw. akan
menampakkan rasa sedih pada roman wajahnya. Bila hatinya merasa sempit, akan
tampak pada raut wajahnya. Beliau bersabda bersabda: Kutukan Allah atas
orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang menjadikan kuburan nabi-nabi
mereka sebagai mesjid. Beliau memperingatkan apa yang mereka perbuat tersebut.
(Shahih Muslim No.826)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Keutamaan dan
janji untuk orang yang membangun mesjid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Usman
bin Affan ra.: <br />
Bahwa beliau meluruskan persoalan yang dibicarakan antara
para sahabat ketika mesjid Nabawi telah dibangun: Kalian berlebih-lebihan,
sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang membangun
sebuah mesjid karena Allah Taala. (Bukair berkata: Aku kira) beliau bersabda:
Karena mengharap keridaan Allah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah
di surga. (Shahih Muslim No.828)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Sunat
meletakkan telapak tangan pada lutut ketika rukuk</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Saad
bin Abu Waqash ra.: <br />
Mush'ab bin Saad berkata: Aku salat di samping ayahku.
Aku biarkan tanganku (terlepas) di depan lututku. Lalu ayah berkata: Tempelkan
kedua telapak tanganmu di kedua lututmu. Kemudian aku melakukan hal itu sekali
lagi. Ayah memukul tanganku seraya mengatakan: Kita dilarang melakukan itu
(melepas tangan saat rukuk). Kita diperintah untuk menempelkan tangan kita pada
lutut saat rukuk. (Shahih Muslim No.832)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Larangan
berbicara saat salat dan penghapusan hukum boleh berbicara saat salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Kami mengucapkan salam kepada Rasulullah
saw. saat beliau sedang salat dan beliau menjawab salam kami. Ketika kami
kembali dari negeri Najasyi, kami mengucapkan salam kepada beliau saat salat,
tetapi kali ini beliau tidak menjawabnya. Lalu kami bertanya: Wahai Rasulullah,
dahulu kami mengucapkan salam kepada baginda yang sedang salat. Rasulullah
menjawab pertanyaan kami: Sesungguhnya dalam salat itu ada suatu kesibukan.
(Shahih Muslim No.837)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Zaid
bin Arqam ra., ia berkata: <br />
Kami pernah berbicara dalam salat. Seseorang
berbicara dengan teman yang ada di sampingnya dalam salat. Hingga ketika turun
ayat: Berdirilah untuk Allah "dalam salatmu" dengan khusyuk. Kami diperintahkan
diam dan dilarang berbicara. (Shahih Muslim No.838)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Bahwa Rasulullah saw. pernah mengutusnya dalam
suatu keperluan. Kemudian aku menemui beliau sedang berjalan. (Qutaibah berkata:
Beliau sedang salat). Aku ucapkan salam kepada beliau, namun beliau hanya
memberikan isyarat. Selesai salat, beliau memanggilku dan bersabda: Ketika
engkau mengucapkan salam tadi aku sedang salat. (Saat itu Rasulullah sedang
salat menghadap ke arah timur). (Shahih Muslim No.839)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Boleh
mengutuk setan, mohon perlindungan darinya di tengah salat dan boleh melakukan
gerakan yang ringan dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Kemarin jin Ifrit
menggoda dalam salatku supaya aku lalai. Akan tetapi Allah berkenan membantuku
berlindung darinya sehingga aku dapat mencekiknya. Aku ingin mengikatnya di
sebuah dinding mesjid hingga kalian dapat melihatnya, kemudian aku ingat doa
saudaraku, nabi Sulaiman as.: Tuhanku, ampunilah aku. Berikanlah aku suatu
kekuasaan yang tidak layak bagi seorang pun sesudahku. Sehingga Allah
mengusirnya dalam keadaan rugi. (Shahih Muslim No.842)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Boleh
menggendong anak kecil dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. pernah salat sambil menggendong Umamah
binti Zaenab binti Rasulullah saw. Menurut keterangan Abul Ash bin Rabi`,
apabila Rasulullah berdiri maka Umamah digendongnya dan jika sujud Umamah
diletakkannya. (Shahih Muslim No.844)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Boleh
berjalan satu atau dua langkah dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Saad ra.: <br />
Bahwa beberapa orang menemui Sahal bin Saad. Mereka berselisih
mengenai jenis kayu mimbar Rasul. Lalu kataku (Sahal): Demi Allah saya
benar-benar tahu jenis kayu mimbar itu dan siapa pembuatnya. Aku sempat melihat
pertama kali Rasulullah saw. duduk di atas mimbar itu. Abu hazim berkata: Aku
katakan kepada Abu Abbas: Ceritakanlah! Ia berkata: Rasulullah saw. pernah
mengutus seseorang kepada istri Abu Hazim. Abu Hazim berkata bahwa beliau pada
hari itu akan memberi nama anaknya, beliau bersabda: Lihatlah anakmu yang
berprofesi tukang kayu. Dia telah membuatkan aku sebuah tempat di mana aku
berbicara di hadapan orang. Dia telah membuatnya tiga anak tangga. Kemudian
Rasulullah saw. menyuruh meletakkannya di tempat ini. Mimbar tersebut berasal
dari kayu hutan. Aku sempat melihat Rasulullah berdiri di mimbar sambil membaca
takbir yang diikuti oleh para sahabat. Setelah beberapa lama berada di atas
mimbar, beliau turun mengundurkan diri lalu melakukan sujud di dasar mimbar.
Kemudian beliau kembali hingga beliau selesai salat. Setelah itu beliau
menghadap ke arah para sahabat dan bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya tadi
aku lakukan hal itu agar kalian mengikuti aku dan kalian dapat belajar tentang
salatku. (Shahih Muslim No.847)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Makruh
memegang lambung saat salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw. bahwa beliau melarang seseorang salat sambil
memegang lambungnya erat-erat. (Shahih Muslim No.848)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Makruh
mengusap kerikil dan meratakan pasir saat salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Mu'aiqib ra.: <br />
Nabi saw. pernah menjelaskan masalah mengusap kerikil kecil
dalam mesjid dan bersabda: Jika engkau memang harus melakukannya, maka sekali
saja. (Shahih Muslim No.849)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Larangan
meludah dalam mesjid saat salat atau lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. pernah melihat ludah di dinding
kiblat, lalu beliau menggosoknya. Setelah itu beliau berpaling kepada para
sahabat dan bersabda: Bila salah seorang dari kalian tengah melakukan salat,
janganlah ia meludah ke arah depannya, karena sesungguhnya Allah berada di
depannya saat ia sedang salat. (Shahih Muslim No.852)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. melihat ingus di kiblat mesjid, lalu
beliau menggosok (bersihkan) dengan batu kerikil. Setelah itu beliau melarang
meludah ke kanan atau ke depannya. Tetapi memperbolehkan meludah ke kiri atau di
bawah telapak kakinya yang sebelah kiri. (Shahih Muslim No.853)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. pernah melihat ingus (ludah atau dahak) pada
dinding kiblat, lalu beliau menggosoknya (membersihkannya). (Shahih Muslim
No.854)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang
dari kalian sedang melakukan salat, maka sebenarnya ia sedang bermunajat kepada
Tuhannya, oleh karena itu janganlah meludah ke depan atau ke kanannya, melainkan
ke bawah telapak kaki kirinya. (Shahih Muslim No.856)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Membuang ingus di dalam
mesjid adalah perbuatan dosa dan kafarat penebusnya adalah menimbunnya. (Shahih
Muslim No.857)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Boleh
mengenakan alas kaki atau sandal dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Dari Said bin Yazid Al-Azdiyi, ia berkata: Aku bertanya
kepada Anas bin Malik: Apakah Rasulullah saw. pernah salat dengan mengenakan
alas kaki? Anas menjawab: Pernah. (Shahih Muslim No.862)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Makruh
mengenakan pakaian bergambar makhluk dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. pernah melakukan salat dengan mengenakan pakaian
wol yang bergambar. Kemudian beliau bersabda: Aku merasa terganggu dengan
gambar-gambar baju ini. Bawalah baju ini kepada Abu Jahem dan ambilkan untukku
Pakaian biasa yang tidak bergambar. (Shahih Muslim No.863)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Salat saat
makanan telah dihidangkan adalah makruh</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Apabila santapan malam telah
dihidangkan dan salat telah siap dilaksanakan, maka makanlah terlebih dahulu.
(Shahih Muslim No.866)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila santapan malam salah
seorang dari kalian telah dihidangkan dan salat siap dilaksanakan, maka mulailah
dengan makan terlebih dahulu. Dan janganlah ia tergesa-gesa hingga ia selesai
menyantapnya. (Shahih Muslim No.868)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Larangan
mendatangi mesjid dengan bau yang tidak enak seperti bau bawang atau makanan
lainnya yang mempunyai bau tidak sedap</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />
Sesungguhnya Rasulullah saw. dalam perang Khaibar
pernah bersabda: Barang siapa makan buah ini (bawang putih), maka janganlah ia
memasuki mesjid. (Shahih Muslim No.870)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />
Bahwa Dia pernah ditanya tentang bawang putih. Anas menjawab:
Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda: Barang siapa yang makan pohon ini
(bawang putih), maka janganlah ia dekat-dekat kami dan jangan ia ikut salat
bersama kami. (Shahih Muslim No.872)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. melarang makan bawang merah dan bawang
bakung. Suatu saat kami butuh sekali sehingga kami memakannya. Beliau bersabda:
Barang siapa yang makan pohon tidak sedap ini, janganlah ia mendekati mesjid
kami. Sesungguhnya para malaikat akan merasa sakit (karena aromanya) seperti
halnya manusia. (Shahih Muslim No.874)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Khathab ra., ia berkata: <br />
Aku tidak pernah bertanya kepada Rasulullah
saw. tentang suatu masalah sebagaimana aku bertanya tentang Kalalah (yaitu
seorang yang mati tanpa meninggalkan ayah atau anak), ia adalah suatu masalah
yang selalu aku minta pertimbangan Rasulullah saw. Sungguh aku memang sangat
menaruh perhatian besar terhadap masalah satu ini, sekalipun ada orang yang
merasa tidak suka dan akan menancapkan jari-jarinya ke dadaku seraya berkata:
Wahai Umar, tidakkah cukup bagimu ayat kemarau yang terdapat pada akhir surat
An-Nisa? Sesungguhnya, bila aku masih diberi usia panjang, aku akan tetap
mengadili berdasarkan Alquran. Aku akan berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku
minta Engkau menjadi saksi atas para pemimpin Mesir. Sesungguhnya aku mengutus
mereka agar mereka dapat berlaku adil terhadap manusia, mengajarkan agama mereka
dan sunah nabi mereka, Muhammad saw., membagi harta rampasan tanpa perang mereka
dan mengadukan kepadaku masalah mereka yang pelik bagi mereka. Kemudian wahai
manusia, sungguh kalian suka makan dua pohon yang menurutku adalah pohon yang
jelek, yakni bawang merah dan bawang putih. Aku menyaksikan sendiri Rasulullah
saw. ketika mencium bau dua pohon itu dari seseorang di mesjid, beliau menyuruh
orang itu keluar ke Baqi. Barang siapa yang ingin makan, maka hendaklah dimasak
lebih dahulu. (Shahih Muslim No.879)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. </b><span dir="ltr"><a href="http://hadith.al-islam.com/bayan/tree.asp?Lang=ind&ID=188">Lupa dalam
salat dan sujud sahwi</a></span></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Buhainah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. salat dua rakaat
bersama kami, kemudian beliau bangkit dan tidak duduk. para sahabat lain pun
ikut bangkit bersama beliau. Ketika beliau hendak menyelesaikan salatnya dan
kami menunggu salamnya, beliau malah membaca takbir lalu melakukan sujud dua
kali sedang beliau masih dalam keadaan duduk sebelum salam. Kemudian beliau
salam. (Shahih Muslim No.885)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. salat (dan menurut
Ibrahim, beliau terlebih atau kurang jumlah rakaat). Ketika selesai salam, ada
yang berkata: Wahai Rasulullah, apakah telah terjadi sesuatu ketika baginda
salat. Rasulullah saw. bertanya: Apa itu? Mereka menjawab: Baginda melakukan
salat begini, begini. Seketika itu Rasulullah saw. melipatkan kedua kakinya dan
menghadap kiblat, melakukan sujud dua kali dan salam. Kemudian beliau berpaling
kepada kami seraya bersabda: Seandainya terjadi sesuatu dalam salat, maka aku
akan menerangkannya kepadamu. Tetapi aku adalah manusia biasa yang dapat lupa
seperti halnya engkau. Apabila aku lupa, maka ingatkanlah aku. Apabila salah
seorang engkau merasa ragu-ragu dalam salatnya, maka berusahalah mencari dan
meyakini yang benar, lalu sempurnakan. Selanjutnya hendaknya ia melakukan sujud
dua kali. (Shahih Muslim No.889)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. mengimami kami pada salat sore,
Asar atau Zuhur. Pada rakaat kedua beliau telah salam. Kemudian beliau mendekati
sebuah batang pohon di kiblat mesjid dan bersandar di sana. Di antara makmum
terdapat Abu Bakar dan Umar. Namun keduanya tidak berani bicara. Sementara
sahabat-sahabat lain cepat keluar karena salat amat pendek. Lalu berdirilah Dzul
Yadain dan berkata: Wahai Rasulullah, apakah salat tadi diqasar atau baginda
lupa? Sejenak Rasulullah saw. memandang Dzul Yadain lalu menengok kanan kiri dan
bertanya: Apa yang ditanyakan Dzul Yadain? Sahabat-sahabat yang lain menjawab:
Benar apa katanya. Anda hanya salat dua rakaat. Seketika Rasulullah bangun dan
salat dua rakaat lalu salam. Beliau membaca takbir kemudian sujud. Membaca
takbir lalu bangkit. Membaca takbir lagi dan sujud. Membaca takbir lalu bangkit.
(Shahih Muslim No.896)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Sujud
tilawah (sujud bacaan ayat sajadah)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Nabi saw. membaca Alquran, ketika bacaan beliau sampai pada ayat
sajadah, beliau sujud dan kami pun ikut sujud, sampai-sampai sebagian di antara
kami tidak dapat tempat untuk dahi mereka. (Shahih Muslim No.900)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra.: <br />
Dari Nabi saw. bahwa beliau membaca surat An-Najm
lalu sujud tilawah. Para sahabat yang salat bersamanya ikut sujud kecuali
seorang yang sudah tua hanya mengambil segenggam batu kerikil atau tanah pasir
lalu diusapkan pada dahi seraya berkata: Ini saja sudah cukup bagiku. (Shahih
Muslim No.902)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Zaid
bin Tsabit ra.: <br />
Dari Atha bin Yasar, bahwa ia bertanya kepada Zaid bin
Tsabit tentang bacaan makmum bersama imam. Zaid menjawab: Tidak ada bacaan
makmum bersama imam. Zaid meyakini bahwa dirinya pernah membaca surat An-Najm,
"Wan najmi idza hawa" (demi bintang ketika terbenam) di depan Rasulullah saw.
dan beliau tidak sujud tilawah. (Shahih Muslim No.903)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah pernah
membaca surat Al-Insyiqaaq, "idzas samaaun syaqqat" (apabila langit terbelah) di
depan sahabat lain, lalu ia sujud tilawah. Ketika selesai salat ia memberitahu
para sahabat bahwa Rasulullah saw. sujud pada ayat tersebut. (Shahih Muslim
No.904)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Zikir
sesudah salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />
Kami mengetahui salat Rasulullah saw. diakhiri dengan
takbir. (Shahih Muslim No.917)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Sunat
memohon perlindungan dari siksa kubur</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Dua orang nenek Yahudi Madinah datang kepadaku.
Keduanya berkata: Penghuni kubur akan disiksa di dalam kuburnya. Aku pun
menganggap keduanya tidak benar. Aku terlintas untuk membenarkan perkataan
keduanya, kemudian keduanya keluar. Kemudian Rasulullah saw. datang menemuiku
dan aku berkata: Wahai Rasulullah, dua orang nenek Yahudi Madinah datang
kepadaku, mereka meyakini bahwa penghuni kubur akan disiksa di dalam kuburnya.
Beliau menjawab: Mereka benar. Sesungguhnya penghuni kubur akan disiksa dengan
siksaan yang dapat didengar oleh hewan ternak. Setelah itu aku lihat beliau
selalu mohon perlindungan dari siksa kubur setiap salat. (Shahih Muslim
No.922)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Hal-hal yang
kita memohon perlindungan darinya di dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Aku mendengar Rasulullah saw. selalu memohon
perlindungan dari fitnah Dajjal dalam salatnya. (Shahih Muslim No.923)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Bila salah seorang
kalian sedang duduk tahiyat, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari
empat perkara. Lalu beliau berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon
perlindungan kepada-Mu dari siksa neraka Jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah
kehidupan dan kematian serta dari fitnah jahat Masih Dajjal". (Shahih Muslim
No.924)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. dalam salatnya berdoa:
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur. Aku
mohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah Masih Dajjal. Aku mohon perlindungan
kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah, aku mohon perlindungan
kepada-Mu dari dosa dan utang". Seseorang berkata kepada beliau: Betapa
seringnya baginda memohon perlindungan dari beban utang ya Rasulullah.
Rasulullah saw. menjawab: Sesungguhnya, seseorang bila utang, maka ia akan
berbicara lalu bohong. Berjanji lalu ingkar. (Shahih Muslim
No.925)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Sunat
berzikir sesudah salat dan cara berzikir</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Mughirah bin Syu`bah ra.: <br />
Dari Warrad, hamba Mughirah bin Syu`bah, ia
berkata: Mughirah bin Syu`bah menulis surat kepada Muawiyah menjelaskan bahwa
Rasulullah saw. ketika selesai salat dan mengucapkan salam, beliau berdoa:
"Tidak ada Tuhan selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kekuasaan
dan segala puji. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak akan ada
yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, tidak ada yang dapat memberi apa
yang Engkau cegah dan tidak akan bermanfaat kekayaan seorang kaya kecuali atas
kehendak-Mu". (Shahih Muslim No.933)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa fakir miskin Muhajirin datang menemui Rasulullah saw.
dan berkata: Orang-orang kaya telah pergi dengan derajat yang tinggi dan nikmat
yang kekal. Rasulullah bertanya: Apa itu gerangan? Mereka menjawab: Mereka salat
seperti kami salat, mereka puasa seperti kami puasa. Tetapi mereka bersedekah
sedang kami tidak sanggup, mereka mampu memerdekakan budak sementara kami tidak
mampu. Rasulullah saw. bersabda: Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dapat
membuat kalian mengejar orang-orang yang mendahului kalian dan yang dapat
membuat kalian mendahului orang-orang yang sesudah kalian? Tidak ada seorang pun
di antara kalian yang lebih utama kecuali ia melakukan seperti yang engkau
lakukan. Mereka menjawab: Tentu, ya Rasulullah. Rasulullah bersabda: Kalian baca
tasbih (subhhaabnallah), takbir (Allahu akbar) dan tahmid (alhamdu lillah)
setiap selesai salat sebanyak tiga puluh tiga kali. (Shahih Muslim
No.936)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>23. Lafal yang
dibaca antara takbiratul ihram dan Al-Fatihah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Ketika selesai takbir Rasulullah saw. diam sejenak
sebelum membaca Al-Fatihah. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, demi Allah. Apa yang
engkau katakan saat diam antara takbiratul ihram dan Al-Fatihah? Beliau
menjawab: Yang aku baca: Ya Allah, pisahkanlah aku dan dosa-dosa seperti Engkau
memisahkan timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari dosa seperti baju
putih yang telah dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa
dengan salju, air dan es. (Shahih Muslim No.940)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>24. Sunat
melakukan salat dengan tenang dan larangan salat dengan tergesa-gesa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Jika salat
telah dimulai, janganlah engkau mendatanginya dengan berlari. Datangilah dengan
berjalan. Dan tenanglah. Salatlah rakaat yang engkau dapatkan (jamaah) dan
sempurnakanlah rakaat yang terlambat. (Shahih Muslim No.944)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra., ia berkata: <br />
Tatkala kami sedang salat bersama Rasulullah saw.
tiba-tiba beliau mendengar sebuah suara gaduh. Rasulullah saw. bertanya: Apa
yang terjadi dengan kalian? Para sahabat menjawab: Kami tadi tergesa-gesa
mengejar salat. Rasulullah saw. bersabda: Jangan engkau berbuat demikian,
apabila engkau mendatangi salat, maka engkau harus bersikap tenang. Salatlah
pada rakaat yang engkau dapati dan sempurnakan rakaat yang terlambat. (Shahih
Muslim No.948)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>25. Bila saatnya
orang berdiri untuk salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila salat telah
diiqamati, janganlah engkau berdiri sebelum kalian melihatku. (Shahih Muslim
No.949)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Ketika salat telah diiqamati. Kami berdiri dan
meratakan barisan sebelum Rasulullah saw. hadir di antara kami. Kemudian
Rasulullah saw. datang. Pada saat berdiri di tempat salatnya, sebelum bertakbir,
beliau mengingatkan sesuatu, lalu pergi sambil bersabda: Tetaplah di tempat
kalian. Kami tetap berdiri menanti beliau. Kemudian beliau datang, beliau mandi
dan menyiram kepalanya dengan air. Setelah itu beliau takbir dan mengimami salat
kami. (Shahih Muslim No.950)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
Samurah ra., ia berkata: <br />
Bilal selalu mengumandangkan azan ketika
tergelincir matahari (Zuhur). Dia tidak mengumandangkan iqamat sebelum
Rasulullah saw. datang. Ketika Rasulullah saw. datang, Bilal mengumandangkan
iqamat. (Shahih Muslim No.953)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>26. Siapa yang
mendapat satu rakaat dalam salat berjamaah, maka ia telah mendapatkan salat
jamaah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang mendapat
satu rakaat dalam salat bersama imam, maka ia telah mendapatkan salat jamaah.
(Shahih Muslim No.954)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>27. Waktu-waktu
salat fardu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Masud ra., ia berkata: <br />
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Jibril pernah
turun waktu salat dan mengimami salatku. Aku pun salat bersamanya. Kemudian aku
salat bersamanya. Kemudian aku salat bersamanya. Kemudian salat bersamanya.
Kemudian salat bersamanya. Beliau menghitung lima kali salat dengan
jari-jarinya. (Shahih Muslim No.959)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. salat Asar pada saat sinar matahari masuk
menerangi kamarku dan bayangannya belum hilang. (Shahih Muslim
No.961)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>28. Sunat
menangguhkan salat Zuhur ketika hari sangat panas</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila hari sangat panas,
maka tangguhkanlah salat hingga dingin, karena sesungguhnya terik panas adalah
sebagian dari didihan api neraka Jahanam. (Shahih Muslim No.972)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Zar ra., ia berkata: <br />
Seorang muazin Rasulullah saw. mengumandangkan azan
salat Zuhur. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Tangguhkan, tangguhkan. (Atau)
tunggu sebentar, tunggu sebentar. Lalu sabda beliau: Sesungguhnya panas yang
menyengat adalah bagian dari didihan uap neraka Jahanam. Apabila hari sangat
panas, tangguhkanlah salat sampai dingin. (Shahih Muslim No.976)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Neraka mengadu kepada
Tuhannya. Kata neraka: Ya Tuhanku, sebagianku memakan sebagian yang lain. Allah
lalu mengizinkan neraka untuk menghembuskan dua nafas, nafas pada musim dingin
dan nafas pada musim panas. Nafas yang kedua adalah hawa paling panas yang biasa
yang engkau rasakan. Nafas yang pertama adalah hawa paling dingin yang engkau
rasakan. (Shahih Muslim No.977)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>29. Sunat
melakukan salat Zuhur tepat waktu ketika hari tidak terlalu panas</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Kami pernah salat bersama Rasulullah saw. di hari
yang sangat panas. Jika salah seorang kami tidak tahan meletakkan dahinya pada
tanah, maka ia menggelar pakaiannya dan sujud di atasnya. (Shahih Muslim
No.983)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>30. Sunat salat
Asar tepat pada waktu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. pernah melakukan salat Asar ketika
matahari masih tinggi dan masih berwarna putih menyilaukan. Kemudian seseorang
pergi ke desa sekitar Madinah dan ketika sampai di desa tersebut, matahari masih
tinggi (belum sampai waktu Magrib). (Shahih Muslim No.984)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Dari Abu Umamah, bahwa ketika ia (Abu Umamah) baru selesai
salat Zuhur, ia datang ke rumah Anas bin Malik di Basrah. Rumahnya di samping
mesjid. Ketika kami masuk ke rumahnya, ia (Anas) bertanya: Apakah kalian sudah
salat Asar? Kami menjawab: Kami baru saja salat Zuhur. Lalu Anas berkata:
Kerjakanlah salat Asar. Maka kami pun melakukan salat. Ketika kami selesai
salat, Anas berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Itulah salat
orang munafik, ia duduk sambil menunggu matahari, sampai ketika matahari berada
di dua tanduk setan (kiasan untuk dekatnya waktu terbenam matahari), ia bergegas
bangkit dan salat (Asar) empat rakaat dengan cepat tanpa banyak mengingat Allah.
(Shahih Muslim No.987)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Rafi`
bin Khadij ra., ia berkata: <br />
Kami pernah salat Asar bersama Rasulullah saw.
Kemudian unta sembelihan dipotong dan dibagi-bagi menjadi sepuluh bagian.
Kemudian dimasak, lalu kami makan daging yang matang sebelum terbenam matahari.
(Shahih Muslim No.990)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>31. Ancaman
keras dalam terlewatnya salat Asar</b></div>
<ul>
<li>Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang yang
terlewat salat Asar seolah-olah keluarga dan hartanya telah hilang darinya.
(Shahih Muslim No.991)
</li>
<li>Hadis riwayat Ali ra., ia berkata: <br />Pada hari perang Ahzab, Rasulullah
saw. bersabda: Mudah-mudahan Allah memenuhi kubur dan rumah mereka dengan api,
sebagaimana mereka telah menahan dan membuat kami sibuk dari melaksanakan salat
Asar hingga terbenam matahari. (Shahih Muslim No.993) </li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>32. Dalil orang
yang mengatakan bahwa salat wustha adalah salat Asar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />
Bahwa pada hari perang Khandaq, Umar bin Khathab mencaci
kaum kafir Quraisy. Kata Umar: Wahai Rasulullah, demi Allah, hampir saja aku
tidak dapat melakukan salat Asar ketika matahari hampir terbenam. Lalu
Rasulullah saw. bersabda: Demi Allah, jika engkau sudah salat Asar, kita akan
singgah di Buth-han. Kemudian Rasulullah saw. berwudu dan kami pun ikut berwudu.
Rasulullah saw. kemudian salat Asar saat matahari sudah terbenam. Setelah itu
beliau salat Magrib. (Shahih Muslim No.1000)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>33. Keutamaan
salat Subuh dan Asar serta upaya menjaganya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Para malaikat datang
berganti-gantian kepada kalian pada waktu malam dan siang hari. Mereka berkumpul
saat salat Subuh dan Asar. Kemudian yang menjaga kalian di waktu malam naik.
Kemudian Allah, Yang Maha Mengetahui urusan mereka, bertanya para malaikat
tersebut: Bagaimanakah keadaan hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan? Mereka
menjawab: Kami tinggalkan mereka ketika mereka sedang salat dan kami datang juga
ketika mereka sedang salat. (Shahih Muslim No.1001)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jarir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah
saw., tiba-tiba beliau memandang bulan pada malam purnama dan bersabda:
Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhanmu seperti kalian melihat bulan itu,
kalian tidak terhalang melihat-Nya. Apabila kalian mampu, jangan lalaikan salat
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, yaitu salat Asar dan Subuh.
Kemudian Jarir membaca firman Allah: Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu,
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam. (Shahih Muslim No.1002)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang mengerjakan
salat Subuh dan Asar, maka ia akan masuk surga. (Shahih Muslim
No.1005)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>34. Penjelasan
bahwa awal waktu Magrib adalah ketika terbenam matahari</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. melakukan salat Magrib ketika
matahari terbenam dan (atau) bersembunyi di balik tirai (kiasan yang berarti
terbenam). (Shahih Muslim No.1006)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Rafi`
bin Khadij ra., ia berkata: <br />
Kami salat Magrib bersama Rasulullah saw.
Seseorang di antara kami meninggalkan tempat. Dan ia masih dapat melihat bekas
telapak kakinya. (Shahih Muslim No.1007)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>35. Waktu Isyak
dan mengakhirkan salat Isyak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Rasulullah saw. ia berkata <br />
Pada suatu malam Rasulullah
saw. mengakhirkan salat Isyak hingga suasana gelap sekali. Rasulullah saw. belum
keluar (dari rumah untuk salat Isyak) sampai Umar bin Khathab berkata: Para
wanita dan anak-anak sudah tidur. Kemudian Rasulullah saw. keluar kemudian
beliau beliau bersabda kepada para sahabat yang ada di mesjid: Tidak ada seorang
pun di antara penghuni bumi ini yang menunggunya selain kalian sebelum Islam
tersiar di masyarakat. (Shahih Muslim No.1008)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />
Suatu malam saya menanti Rasulullah saw.
untuk melakukan salat Isyak yang diakhirkan. Kemudian beliau datang kepada kami
ketika sepertiga malam atau lebih telah lewat. Kami tidak tahu apa yang
membuatnya sibuk pada keluarganya atau lainnya. Ketika keluar beliau bersabda:
Sesungguhnya engkau sedang menunggu suatu salat yang tidak pernah ditunggu oleh
orang-orang pemeluk agama selain kalian. Sekiranya hal itu tidak memberatkan
umatku, niscaya aku akan ajak mereka salat pada saat seperti ini. Lalu beliau
menyuruh Muazin mengiqamati lalu salat. (Shahih Muslim No.1010)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />
Dari Tsabit bahwa mereka (para sahabat) bertanya kepada Anas tentang
cincin yang dikenakan Rasulullah saw. Ia berkata: Pada suatu malam Rasulullah
saw. mengakhirkan salat Isyak hingga setengah malam atau bahkan lebih. Kemudian
beliau datang dan bersabda: Sesungguhnya orang-orang setelah salat lantas tidur.
Sementara kalian masih menunggu salat. Setelah itu kata Anas: Saya seolah-olah
melihat cincin beliau yang terbuat dari perak begitu berkilat saat beliau
mengangkat jari kelingking kirinya. (Shahih Muslim No.1012)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />
Aku dan beberapa orang sahabat yang datang di perahu
bersamaku singgah di wilayah Buth-han. Saat itu, Rasulullah saw. berada di
Madinah. Rasulullah saw. menggilir beberapa orang dari mereka untuk salat Isyak.
Kata Abu Musa: Saat itu aku dan beberapa orang sahabatku mendapati Rasulullah
saw. sedang disibukkan oleh urusannya. Jadi, beliau mengakhirkan salat sampai
tengah malam. Kemudian Rasulullah saw. keluar dan salat bersama mereka. Selesai
salat beliau bersabda kepada para sahabat: Tenanglah. Aku akan memberitahu dan
memberikan kabar gembira kepada kalian bahwa di antara nikmat Allah yang
diberikan kepada kalian ialah bahwa sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun
yang salat di saat seperti ini selain kalian atau (kata beliau) tidak ada
seorang pun yang salat selain kalian. Kami tidak tahu kata yang mana yang beliau
ucapkan. Abu Musa berkata: Lalu kami pulang dengan perasaan gembira karena
berita yang kami dengar dari Rasulullah. (Shahih Muslim No.1014)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />
Pada suatu malam Nabi saw. mengakhirkan salat Isyak,
hingga para sahabat tertidur lalu bangun, kemudian tertidur dan terbangun lagi.
Umar datang dan berkata: Mari salat, lalu Atha berkata: Ibnu Abbas berkata: Nabi
saw. lalu keluar, waktu itu aku melihat kepalanya masih meneteskan air dan
beliau meletakkan tangannya pada sisi kepala. Beliau bersabda: Kalau saja hal
itu tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk melakukan
salat Isyak pada waktu sekarang ini. Aku lalu meminta kejelasan Atha bagaimana
Rasulullah saw. meletakkan tangannya di kepalanya sebagaimana yang diterangkan
oleh Ibnu Abbas. Dan Atha pun mempraktekkannya. Mula-mula Atha merenggangkan
sedikit jari-jarinya. Kemudian beliau meletakkan ujung-ujung jemarinya pada
bagian tengah atau pusat kepala kemudian ia memutar-mutarkannya sampai ibu
jarinya menyentuh ujung telinga dan bagian yang dekat wajahnya, kemudian terus
ke bagian pelipis dan jenggotnya, tidak kurang dan tidak lebih sedikit pun.
(Shahih Muslim No.1015)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>36. Sunat
melakukan salat subuh sedini mungkin dan menjelaskan kadar bacaannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />
Bahwa para wanita mukmin dahulu selalu salat Subuh bersama Nabi
saw. Mereka kembali dengan menutupi tubuh mereka dengan pakaian wol sehingga
tidak ada seorang pun yang mengenal mereka. (Shahih Muslim No.1020)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />
Dari Muhammad bin Amru bin Hasan bin Ali, ia berkata:
Ketika Hajjaj tiba di Madinah, kami bertanya kepada Jabir bin Abdullah. Dia
menjawab: Rasulullah saw. menunaikan salat Zuhur di tengah siang hari yang
sangat panas, salat Asar saat matahari masih nampak bersinar terang, salat
Magrib saat matahari telah terbenam, salat Isyak kadang di akhirkan dan kadang
di awal waktu. Apabila beliau melihat para sahabat telah berkumpul, beliau
segera melaksanakan salat Isyak dan bila melihat mereka terlambat (kumpul)
beliau mengakhirkannya. Nabi menunaikan salat Subuh pada dini hari. (Shahih
Muslim No.1023)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Barzah ra.: <br />
Dari Sayyar bin Salamah, ia berkata: Aku mendengar bapakku
bertanya kepada Abu Barzah tentang salat Rasulullah saw. Dia jawab: Rasulullah
saw. tidak peduli kadang-kadang melakukan salat Isyak di tengah malam. Beliau
tidak tidur sebelumnya dan tidak bercakap-cakap setelahnya. Syu`bah berkata:
Kemudian aku menjumpainya dan aku menanyakannya. Dia menjawab: Beliau melakukan
salat Zuhur saat matahari tergelincir (condong ke barat), salat Asar saat
seseorang melakukan perjalanan ke batas kota Madinah sedang matahari masih
bersinar terang. Mengenai salat Magrib, saya tidak mengerti waktu yang telah
dijelaskannya. Pada kesempatan lain Abu Barzah mengatakan: Beliau melakukan
salat Subuh saat hari masih reman-remang. Dan biasanya beliau membaca enam puluh
sampai seratus ayat. (Shahih Muslim No.1024)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>37. Keutamaan
salat jamaah dan peringatan bagi yang meninggalkannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Salat berjamaah itu lebih utama
bagian dari salat sendiri. (Shahih Muslim No.1034)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Salat berjamaah lebih utama dua
puluh tujuh derajat dari salat sendiri. (Shahih Muslim No.1038)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. kehilangan beberapa orang sahabatnya
dalam salat. Beliau bersabda: Sesungguhnya aku bermaksud menyuruh seseorang
salat mengimami sahabat lainnya dan aku akan pergi menyusul beberapa orang yang
enggan salat berjamaah. Aku menyuruh mereka untuk membakar rumahnya dengan kayu
bakar. Bila salah seorang di antara mereka mengetahui bahwa ia akan mendapatkan
seonggok daging yang gempal maka ia akan menghadiri salat Isyak berjamaah.
(Shahih Muslim No.1040)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>38. Boleh salat
sunat berjamaah dan salat di atas tikar, sajadah kecil, kain dan alas-alas suci
lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Bahwa neneknya, Mulaikah pernah mengundang Nabi saw.
menikmati makanan yang dibuatnya. Lalu beliau memakannya, kemudian bersabda:
Berdirilah kalian! Aku ingin salat bersama kalian. Anas bin Malik berkata: Aku
mengambil tikar yang hitam karena sudah tua dan menyiramnya dengan air.
Rasulullah berdiri di tikar itu sementara aku dan si yatim berbaris di belakang
beliau dan nenek berada di belakang kami. Lalu Nabi saw. salat sunat dua rakaat
bersama kami kemudian pergi. (Shahih Muslim No.1053)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. adalah manusia terbaik terbaik
akhlaknya. Kadang-kadang waktu salat tiba saat beliau berada di rumah kami.
Beliau menyuruh menggelar alas lalu menyapu dan menyiramnya. Kemudian Rasulullah
saw. menjadi imam dan kami berada di belakangnya dan beliau mengimami kami. Alas
tersebut terbuat dari pelepah kurma. (Shahih Muslim No.1054)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />
Suatu hari Nabi saw. menemuiku. Saat itu aku sedang bersama
ibuku dan Ummu Haram, bibiku. Beliau bersabda: Berdirilah kalian! Aku akan salat
bersama kalian pada bukan waktu salat fardu. Maka beliau salat bersama kami.
Seorang laki-laki bertanya: Di mana Anas ra. berdiri saat itu? Tsabit, yang
ditanya menjawab: Anas berada di kanan Rasulullah saw. Kemudian beliau mendoakan
kami, anggota keluarga agar memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Ibuku
berkata: Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah untuk pelayan kecil baginda
itu (maksudnya Anas). Lalu beliau memohon semua kebaikan untukku dan pada akhir
doa, beliau berdoa untukku: "Ya Allah, banyakkanlah harta dan anaknya serta
berikanlah keberkahan padanya". (Shahih Muslim No.1055)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>39. Keutamaan
memperbanyak langkah menuju mesjid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang paling besar
pahalanya dalam salat adalah orang yang paling jauh perjalanan kakinya dan yang
lebih jauh lagi dan orang yang menanti salat sebelum ia salat berjamaah bersama
imam akan mendapat pahala yang lebih besar dari orang yang salat kemudian tidur.
(Shahih Muslim No.1064)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>40. Langkah
menuju salat akan menghapus kesalahan dan meninggikan derajat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Apa pendapat
kalian bila ada sungai di depan pintu rumah seorang di antara kalian dan ia
mandi setiap hari di sana sebanyak lima kali. Apakah masih ada kotoran tersisa?
Para sahabat menjawab: Tidak akan tersisa sedikit pun. Beliau bersabda:
Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengan salat Allah akan menghapus segala
kesalahan. (Shahih Muslim No.1071)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Barang siapa yang pergi siang
atau malam hari ke mesjid, niscaya Allah akan menyediakan baginya di surga suatu
tempat singgah setiap ia pergi pagi atau malam. (Shahih Muslim
No.1073)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>41. Orang yang
lebih berhak menjadi imam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Malik
bin Huwairits ra., ia berkata: <br />
Aku menemui Rasulullah saw. Saat itu kami
masih muda yang sepantaran. Aku tinggal di tempat beliau selama dua puluh malam.
Rasulullah saw. adalah seorang pemurah dan lembut. Beliau mengira kami rindu
dengan keluarga, sehingga beliau bertanya kepada kami tentang keluarga yang kami
tinggalkan. Kemudian kami menceritakannya kepada beliau. Lalu beliau bersabda:
Kembalilah kalian kepada keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka lalu
ajarilah mereka serta suruhlah mereka. Bila tiba waktu salat, maka hendaklah
salah seorang kalian mengumandangkan azan kemudian tunjuklah orang yang tertua
di antara kalian untuk menjadi imam. (Shahih Muslim No.1080)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>42. Sunat
membaca qunut tiap salat saat kaum muslimin tertimpa musibah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />
Setelah Rasulullah membaca Al-Fatihah, takbir dan
mengangkat kepala, beliau mengucapkan: Semoga Allah menerima orang yang
memuji-Nya. Ya Allah, Tuhan kami, milik-Mu-lah segala puji. Dan ketika berdiri
(bangun dari rukuk berdiri), beliau berdoa: "Ya Allah, selamatkanlah Walid bin
Walid, Salamah bin Hisyam dan Ayyas bin Abu Rabiah serta orang-orang mukmin yang
lemah. Ya Allah, perberatlah siksa-Mu atas Bani Mudhar. Timpakan siksaan itu
atas mereka seperti Yusuf pernah menderita kesengsaraan. Ya Allah, kutuklah
orang-orang suku Lihyan, suku Ri'lan, suku Dzakwan dan suku Ushaiyyah yang
membangkang terhadap Allah dan Rasul-Nya". Kemudian aku dengar beliau
meninggalkan hal itu sewaktu turun firman Allah: Tidak ada sedikit pun campur
tanganmu dalam urusan mereka itu, baik Allah menerima tobat mereka atau menyiksa
mereka. Karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (Shahih Muslim
No.1082)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa ia mendengar Abu
Hurairah ra. berkata: Demi Allah, aku berusaha betul mendekati cara salat
Rasulullah saw. Abu Hurairah biasa membaca qunut pada salat Zuhur, Isyak yang
diakhirkan dan salat Subuh serta mendoakan (dalam qunut) orang-orang mukmin dan
mengutuk orang-orang kafir. (Shahih Muslim No.1084)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. berdoa untuk kehancuran
orang-orang yang telah membunuh para sahabat di Telaga Ma'unah sebanyak tiga
puluh kali setiap Subuh. Beliau juga mendoakan untuk kehancuran Bani Ri`l, Bani
Dzakwan, Bani Lihyan dan Bani Ushayyah serta orang yang mendustai Allah dan
Rasul-Nya. (Shahih Muslim No.1085)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>43. Mengganti
salat yang ditinggalkan dan sunat mempercepat (pengganti) qada</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan kami, beliau
bersabda: Sesungguhnya kalian akan menempuh perjalanan pada sore dan malam hari.
Besok, jika Allah menghendaki kalian akan mendatangi air. Satu persatu para
sahabat berangkat. Abu Qatadah berkata: Ketika Rasulullah saw. berjalan terus
hingga tengah malam dan aku berada di samping beliau, beliau mengantuk sehingga
badannya agak miring dari tunggangan. Lalu aku dorong beliau tanpa membuatnya
terbangun sehingga lurus kembali di atas hewan tunggangannya. Kemudian beliau
meneruskan perjalanan hingga ketika tengah malam berlalu, tubuh beliau miring
lagi dari hewan tunggangannya. Aku mendorongnya hingga lurus kembali tanpa
membuatnya terbangun. Beliau terus berjalan hingga menjelang Subuh. Tubuhnya
miring lagi, lebih miring dari sebelumnya dan hampir jatuh. Lalu aku dorong
kembali, tetapi beliau mengangkat kepalanya, terbangun dan bersabda: Siapa ini?
Aku menjawab: Abu Qatadah. Beliau bertanya: Sejak kapan engkau berjalan (dekat)
denganku seperti ini? Aku menjawab: Sejak tadi malam. Beliau bersabda: Semoga
Allah menjagamu karena engkau telah menjaga nabi-Nya. Kemudian beliau bertanya:
Apakah engkau lihat aku tidak mengenal manusia? Apakah engkau melihat hal itu
padaku? Aku menjawab: Ini seorang penunggang. Dan ini juga seorang penunggang
lagi. Hingga kita tujuh orang berkumpul di dekat beliau. Kemudian beliau
membelok dari jalan seraya meletakkan kepalanya (ingin tidur) dan berpesan:
Bangunkanlah aku untuk salat. Ternyata orang yang bangun lebih awal adalah
Rasulullah saw. ketika matahari sudah menerpa punggung beliau. Kami bangun
dengan kaget (karena kesiangan). Kendarailah hewan tunggangan, kata Beliau, maka
kami naik dan meneruskan perjalanan hingga ketika matahari sudah naik beliau
turun. Kemudian beliau meminta tempat air yang ada padaku, di dalamnya ada
sedikit air. Lalu Beliau berwudu secukupnya. Ada sisa air sedikit, kata
Rasulullah kepada Abu Qatadah: Demi Allah, simpan tempat air itu. Nanti sisa air
ini akan menjadi sebuah cerita menarik (karena cukup untuk wudu mereka).
Kemudian Bilal mengumandangkan azan. Beliau melaksanakan salat sunat dua rakaat,
setelah itu salat Subuh sebagaimana yang biasa beliau lakukan (ketika tepat
waktu). Kami dan Rasulullah kembali menunggang. Kemudian kami saling berbisik:
Apa kifarat yang harus kita lakukan atas kelalaian kita dalam salat? Bisik-bisik
kami terdengar Rasulullah saw. lalu bersabda: Bukankah aku adalah panutan
kalian, sesungguhnya tidur itu bukanlah suatu kelalaian. Kelalaian adalah orang
yang (sengaja) tidak mengerjakan salat sampai waktunya telah habis. Barang siapa
yang berbuat demikian, bersegeralah melaksanakan salat saat ia ingat. Apabila
keesokan harinya ia baru ingat, maka ia harus salat pada waktunya. Kemudian
beliau bertanya: Apa yang dilakukan para sahabat lainnya? Beliau bersabda: Para
sahabat lain kehilangan nabi mereka. Abu Bakar dan Umar berkata: Rasulullah saw.
berada di belakang kalian bukan untuk kalian tinggalkan. Sebagian yang lain
berkata: Rasulullah saw. berada di depan kalian, jika mereka mematuhi Abu Bakar
dan Umar, mereka akan mendapat petunjuk. Akhirnya kami dapat menyusul sahabat
lainnya ketika hari sudah sangat siang dan segala sesuatu terasa panas. Mereka
berkata: Wahai Rasulullah, kita akan mati kehausan. Beliau bersabda: Kalian
tidak akan mati. Lalu bersabda: Lepaskan ikatan tempat airku. Beliau meminta
tempat air dan menuangnya, sedangkan Abu Qatadah memberi mereka minum. Mereka
saling berdesak-desakan untuk mendapatkannya. Rasulullah saw. bersabda:
Teraturlah kalian, semua akan segar. Mereka mematuhi perintah Rasulullah saw.
Kemudian beliau yang menuang air dan aku (Abu Qatadah) yang memberi minum mereka
sampai tidak tersisa selain aku dan Rasulullah saw. Beliau bersabda kepadaku:
Minumlah. Aku jawab: Aku tidak akan minum sebelum baginda, wahai Rasulullah saw.
meminumnya. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya pemimpin kaum adalah orang
yang minum terakhir. Maka aku minum dan Rasulullah pun minum. Para sahabat
beristirahat dengan segar. Abdullah bin Rabah berkata: Sungguh aku akan
menceritakan hadis ini di mesjid raya. Tiba-tiba Imran bin Hushein berkata:
Perhatikan, hai anak muda bagaimana engkau akan bercerita. Aku adalah salah
seorang penunggang pada malam itu. Berarti engkau lebih tahu tentang ceritanya,
kata Abdullah. Engkau termasuk kelompok mana, tanya Imran. Aku dari golongan
Ansar, jawab Abdullah. Kalau begitu berceritalah, kalian lebih mengetahui kisah
kalian, pinta Imran. Aku sudah ceritakan tadi, jawab Abdullah. Lalu Imran
berkata: Aku ikut hadir pada kejadian malam itu dan menurut aku bahwa tidak ada
seseorang pun yang mengingatnya seperti yang aku ingat. (Shahih Muslim
No.1099)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Imran
bin Hushain ra. ia bercerita: <br />
Aku pernah bersama Nabi saw. dalam suatu
perjalanan, kami berjalan semalaman sampai menjelang Subuh kami tertidur sampai
matahari terbit. Orang pertama di antara kami yang bangun ialah Abu Bakar. Kami
tidak menyadarkan Nabi saw. dari tidurnya sampai beliau Sendiri yang bangun.
Kemudian Umar bangun. Kemudian ia berdiri di dekat Nabi saw. mengumandangkan
takbir dengan suara tinggi sehingga Rasulullah saw. terbangun. Ketika mengangkat
kepala, beliau melihat matahari sudah hampir terbit. Beliau bersabda: Ayo
berangkat. Kami pun meneruskan perjalanan bersama dengan beliau. Ketika matahari
nampak memutih beliau turun (dari tunggangan) dan salat qada Subuh. Seseorang
dari suatu kaum memencilkan diri, tidak salat bersama kami. Selesai salat,
Rasulullah saw. bertanya kepada lelaki itu: Hai fulan! Apa yang membuatmu tidak
salat bersama kami? Lelaki itu menjawab: Wahai Nabi Allah, aku sedang junub.
Maka Rasulullah saw. menyuruhnya tayamum dan salat. Kemudian ia bergegas
mendekati hewan kendaraannya yang ada di dekatku. Kami mencari air karena merasa
haus sekali. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kami bertemu dengan seorang wanita
dengan rambut kedua kakinya berada di antara dua tempat air besar. Kami bertanya
kepada wanita itu: Di mana ada air? Air susah dicari, air susah dicari, tidak
ada air untuk kalian, jawab wanita itu. Kami bertanya: Berapa lama perjalanan
antara rumah keluargamu dan tempat air? Wanita itu menjawab: Perjalanan sehari
semalam. Kami berkata: Temuilah Rasulullah. Perempuan itu berkata: Apa itu
Rasulullah? Kami tidak mampu berbuat apa-apa hingga kami pergi menemui
Rasulullah saw. dengan wanita tersebut. Ketika ditanya oleh Rasulullah saw. ia
menjawab dengan jawaban pertanyaan kami sebelumnya. Wanita itu memberitahu
Rasulullah bahwa ia adalah seorang ibu, mempunyai dua anak yatim. Kemudian
Rasulullah saw. menyuruh untuk mengambilkan unta pembawa air. unta itu berlutut.
Beliau meludah pada dua mulut tempat air tersebut (dengan izin Allah, dua tempat
itu penuh dengan air). Kami semua meminumnya hingga segar. Jumlah kami saat itu
empat puluh orang dan semuanya sangat kehausan. Kami penuhi semua tempat air
kulit dengan air. Ada pula teman kami yang sempat mandi junub. Hanya saja kami
tidak memberi minum pada unta yang nampak keberatan dengan dua tempat air yang
penuh. Rasulullah saw. bersabda: Berikan apa yang ada pada kalian. Lalu kami
kumpulkan semua yang ada pada kami untuk wanita tadi. Beliau bersabda: Pergilah
dan berikan makanan ini kepada keluargamu. Juga beritahukan bahwa aku tidak
mengurangi airmu sedikit pun. Ketika wanita itu tiba di keluarganya, ia berkata:
Sungguh aku telah bertemu seorang ahli sihir atau ia seorang nabi seperti yang
ia kira. Dia sanggup melakukan ini itu. Akhirnya Allah memberi hidayah kepada
beberapa keluarga berkat jasa perempuan tersebut. Maka mereka dan wanita itu
masuk Islam. (Shahih Muslim No.1100)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang lupa salat,
maka hendaklah melakukannya ketika ia ingat. Tidak ada kifarat baginya kecuali
hanya segera melaksanakannya. (Shahih Muslim No.1102)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-13805888770720876712012-05-26T21:21:00.002-07:002012-05-26T21:21:31.999-07:00Kitab Salat Hadist Shohih Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Permulaan
azan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />Dahulu, orang-orang Islam ketika tiba di
Madinah, mereka berkumpul lalu memperkirakan waktu salat. Tidak ada seorang pun
yang menyeru untuk salat. Pada suatu hari mereka membicarakan hal itu. Sebagian
mereka berkata: Gunakanlah lonceng seperti lonceng orang Kristen. Sebagian yang
lain berkata: Gunakanlah terompet seperti terompet orang Yahudi. Kemudian Umar
berkata: Mengapa kalian tidak menyuruh seseorang agar berseru untuk salat?
Rasulullah saw. bersabda: Hai Bilal, bangunlah dan serulah untuk salat. (Shahih
Muslim No.568)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Perintah
menggenapkan azan dan mengganjilkan iqamat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Bilal diperintahkan agar menggenapkan azan dan
mengganjilkan iqamat. (Shahih Muslim No.569)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Sunat
menunjuk dua orang muazin untuk satu mesjid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. mempunyai dua muazin, Bilal dan Ibnu
Ummu Maktum yang buta. (Shahih Muslim No.573)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Sunat membaca
seperti yang dikumandangkan muazin bagi yang mendengar azan kemudian membaca
selawat untuk Nabi saw. dan memohon wasilah untuknya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila engkau mendengar
azan, maka bacalah seperti yang dikumandangkan muazin. (Shahih Muslim
No.576)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Keutamaan
azan dan larinya setan ketika mendengar azan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., Beliau bersabda: Sesungguhnya setan, apabila
mendengar azan untuk salat, ia berlari sambil terkentut-kentut sampai tidak
mendengarnya lagi. Ketika azan telah berhenti, ia kembali menghasut. Apabila
mendengar iqamat, ia pergi sampai tidak mendengarnya. Ketika iqamat telah
berhenti, ia kembali menghasut lagi. (Shahih Muslim No.582)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Sunat
mengangkat dua tangan sejajar pundak ketika takbiratul ihram, akan rukuk dan
bangun dari rukuk serta tidak mengangkat tangan ketika bangun dari sujud</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />Aku melihat Rasulullah saw. mengangkat
kedua tangan hingga sejajar pundak ketika memulai salat, sebelum rukuk dan
ketika bangun dari rukuk. Beliau tidak mengangkatnya di antara dua sujud.
(Shahih Muslim No.586)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Malik
bin Huwairits ra.: <br />Dari Abu Qilaabah, bahwa ia melihat Malik bin Huwairits
ketika ia salat, ia bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya. Ketika ingin
rukuk, ia mengangkat kedua tangannya. Ketika mengangkat kepala dari rukuk, ia
mengangkat kedua tangannya. Ia bercerita bahwa Rasulullah saw. dahulu berbuat
seperti itu. (Shahih Muslim No.588)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Menetapkan
takbir tiap kali turun dan bangun dalam salat, kecuali bangun dari rukuk
membaca: "Allah mendengar orang yang memuji-Nya"</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra. <br />Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah salat
mengimami para sahabat. Ia bertakbir tiap kali turun dan bangun. Ketika selesai
ia berkata: Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling mirip dengan
salat Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.590)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Imran
bin Hushein ra.: <br />Dari Mutharrif bin Abdullah, ia berkata: Aku dan Imran bin
Hushein salat di belakang Ali bin Abu Thalib. Saat sujud beliau bertakbir. Saat
mengangkat kepalanya beliau bertakbir. Saat bangun dari dua rakaat beliau
bertakbir. Selesai salat Imran memegang tanganku dan berkata: Sesungguhnya Ali
telah mengimami salat kita dengan salat seperti salat Muhammad saw. atau
katanya: Sesungguhnya Ali telah mengingatkan aku dengan salat Muhammad saw..
(Shahih Muslim No.594)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Wajib membaca
surat Al-Fatihah setiap rakaat dan bagi orang yang tidak bisa dan belum
mempelajarinya disarankan membaca surat lain, selain surat Fatihah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Ubadah bin Shamit ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Orang yang tidak membaca
surat Al-Fatihah, tidak sah salatnya. (Shahih Muslim No.595)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada salat kecuali dengan
bacaan surat Al-Fatihah. (Shahih Muslim No.599)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. masuk mesjid. Lalu seorang lelaki masuk
dan melakukan salat. Setelah selesai ia datang dan memberi salam kepada
Rasulullah saw. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda: Ulangilah salatmu,
karena sesungguhnya engkau belum salat. Lelaki itu kembali salat seperti salat
sebelumnya. Setelah salatnya yang kedua ia mendatangi Nabi saw. dan memberi
salam. Rasulullah saw. menjawab: Wa'alaikas salam. Kemudian beliau bersabda
lagi: Ulangilah salatmu, karena sesungguhnya engkau belum salat. Sehingga orang
itu mengulangi salatnya sebanyak tiga kali. Lelaki itu berkata: Demi Zat yang
mengutus Anda dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih
baik daripada ini semua. Ajarilah saya. Beliau bersabda: Bila engkau melakukan
salat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Alquran yang engkau hafal. Setelah itu
rukuk hingga engkau tenang dalam rukukmu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu
bersujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga engkau tenang
dalam dudukmu. Kerjakanlah semua itu dalam seluruh salatmu. (Shahih Muslim
No.602)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Dalil tidak
boleh mengeraskan bacaan basmalah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Aku pernah salat bersama Rasulullah saw., bersama Abu
Bakar, bersama Umar dan bersama Usman dan aku tidak mendengar seorang pun dari
mereka membaca Bismillahirrahmanirrahim. (Shahih Muslim No.605)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Dalil bahwa
basmalah adalah awal ayat tiap surat kecuali surat At-Taubah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Ketika Rasulullah saw. bersama kami, tiba-tiba
beliau terlena sesaat, kemudian mengangkat kepala beliau sambil tersenyum. Kami
bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang membuat Anda tertawa? Beliau menjawab: Baru
saja satu surat diturunkan kepadaku. Lalu beliau membaca: Sesungguhnya kami
telah memberikan kepadamu Al-Kautsar "nikmat yang banyak". Maka dirikanlah salat
karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu
dialah yang terputus. Kemudian beliau bertanya: Tahukah kalian, apakah Kautsar
itu? Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Itu adalah
sungai yang dijanjikan Tuhanku. Sungai yang menyimpan banyak kebaikan dan
merupakan telaga yang didatangi umatku pada hari kiamat. Wadahnya sebanyak
bilangan bintang. Ada seorang hamba yang ditarik dari kumpulan mereka. Aku
berkata: Ya Tuhanku, dia termasuk umatku. Allah berfirman: Engkau tidak tahu,
dia telah membuat suatu bid`ah sepeninggalmu. (Shahih Muslim
No.607)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Tasyahhud
dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra. dia berkata: <br />Ketika kami bermakmum di belakang
Rasulullah saw., kami membaca: "Keselamatan tetap pada Allah, keselamatan tetap
pada si fulan". Suatu hari Rasulullah saw. bersabda kepada kami: Sesungguhnya
Allah adalah keselamatan itu sendiri. Jadi, apabila salah seorang di antara
engkau duduk (membaca tasyahud) hendaknya membaca: "Segala kehormatan, semua
rahmat dan semua yang baik itu milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah dan
berkat-Nya dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan dilimpahkan
kepada kami dan kepada para hamba-Nya yang saleh. Apabila dia telah membacanya,
maka keselamatan itu akan menyebar kepada semua hamba Allah yang saleh", baik
yang di langit maupun yang di bumi. "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah", kemudian berdoalah sesukanya. (Shahih Muslim
No.609)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Selawat
kepada Nabi saw. sesudah tasyahhud</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Kaab
bin Ujrah ra.: <br />Dari Abdullah bin Abu Laila, dia berkata: Kaab bin Ujrah
menemuiku dan berkata: Maukah engkau aku berikan hadiah? Rasulullah saw. pernah
menemui kami, lalu kami berkata: Kami telah mengetahui cara membaca salam untuk
Baginda, lalu bagaimana kami membaca selawat untuk Anda? Beliau bersabda:
Bacalah: "Allahumma shalli `alaa Muhammad wa `alaa aali Muhammad kamaa baarakta
`alaa aali Ibrahim. Innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik `alaa Muhammad wa
`alaa aali Muhammad kamaa baarakta `alaa aali Ibrahim Innaka hamiidum majiid".
(Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan keluarga nabi Muhammad,
sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga nabi Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan
keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha
mulia). (Shahih Muslim No.614)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Humaid As-Saidi ra.: <br />Bahwa para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana
cara kami membaca selawat untuk Anda? Beliau bersabda: Bacalah: "Allahumma
shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa zurriyyatihi kamaa shallaita ‘alaa
aali Ibrahim wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa zurriyyatihi kamaa
baarakta ‘alaa aali Ibrahim. Innaka hamiidum majiid." (Ya Allah, limpahkanlah
sejahtera kepada Muhammad dan istri-istrinya, sebagaimana Engkau telah
melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha
terpuji dan mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan
istri-istrinya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga
Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia). (Shahih Muslim
No.615)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Membaca
"sami`allahu liman hamidah" dan "aamiin"</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila imam membaca
"sami`allahu liman hamidah", hendaklah kalian membaca "Allahumma rabbanaa lakal
hamdu", (Ya Allah, Tuhan kami, hanya milik-Mu-lah segala pujian), karena barang
siapa yang ucapannya bertepatan dengan bacaan malaikat, maka dosanya yang lalu
akan diampuni. (Shahih Muslim No.617)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bila Imam membaca: Amin,
hendaklah kalian membaca: "Aamiin". Karena sesungguhnya barang siapa yang bacaan
aminnya bertepatan dengan bacaan amin malaikat maka dosanya yang lalu akan
diampuni. (Shahih Muslim No.618)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Makmum harus
mengikuti imam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra. dia berkata: <br />Nabi saw. pernah jatuh dari kuda sehingga lambung
kanan beliau robek. Kami datang menjenguk. Saat tiba waktu salat, beliau salat
bersama kami dengan duduk dan kami pun salat di belakang beliau dengan duduk.
Usai salat beliau bersabda: Sesungguhnya seseorang dijadikan imam untuk diikuti.
Jadi, apabila dia bertakbir, bertakbirlah. Bila dia sujud, sujudlah. Bila ia
bangun, bangunlah. Bila ia membaca "sami`allahu liman hamidah", bacalah
"rabbanaa lakal hamdu" dan bila ia salat dengan duduk, salatlah dengan duduk
pula. (Shahih Muslim No.622)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah sakit. Para sahabat datang
menjenguk beliau. Kemudian beliau salat dengan duduk. Para sahabat bermakmum
pada beliau dengan berdiri. Beliau memberi isyarat kepada mereka agar duduk,
maka mereka pun duduk. Selesai salat beliau bersabda: Sesungguhnya seseorang
dijadikan imam hanyalah untuk diikuti. Jadi apabila ia rukuk, maka rukuklah
kalian, bila ia bangun, maka bangunlah kalian dan bila ia salat sambil duduk,
maka salatlah kalian sambil duduk. (Shahih Muslim No.623)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya imam itu untuk
diikuti. Karena itu, maka janganlah kalian menyalahinya. Apabila ia bertakbir,
maka bertakbirlah kalian, bila ia rukuk, maka rukuklah kalian, bila ia membaca
"sami`allahu liman hamidah", maka bacalah "Allahumma rabbanaa lakal hamdu", bila
ia sujud, maka sujudlah dan bila ia salat sambil duduk, maka salatlah kalian
sambil duduk. (Shahih Muslim No.625)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Imam
mengangkat seseorang untuk menggantikannya apabila ia uzur, seperti sakit,
bepergian atau lainnya, makmum harus berdiri di belakang imam yang duduk selama
ia mampu, penghapusan hukum duduk di belakang imam yang duduk bagi makmum yang
mampu berdiri</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Dari Ubaidillah bin Abdullah, ia berkata: Aku menemui Aisyah dan
berkata: Maukah Anda menceritakan kepadaku tentang sakit Rasulullah saw? Ia
berkata: Nabi saw. menderita lemah sekali, beliau bersabda: Apakah para sahabat
sudah salat? Kami jawab: Belum, mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah.
Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami pun melakukannya lalu beliau
mandi. Setelah itu, saat ingin bangkit beliau pingsan. Ketika siuman beliau
bertanya: Apakah para sahabat sudah salat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu
baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami
mengerjakannya dan beliau mandi. Saat akan berdiri beliau pingsan lagi. Setelah
siuman beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah salat? Kami jawab: Belum,
mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku
di bak. Kami mengerjakannya dan beliau mandi. Ketika akan bangun beliau pingsan
lagi untuk yang ketiga kalinya. Pada waktu siuman beliau bertanya: Apakah para
sahabat sudah salat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu baginda, wahai
Rasulullah. Para sahabat telah berkumpul di mesjid menunggu Rasulullah saw.
untuk salat Isyak. Beliau memerintahkan seseorang menemui Abu Bakar agar ia
mengimami salat. Tiba di hadapan Abu Bakar, ia berkata: Rasulullah saw.
memerintahkan Anda untuk mengimamai salat sahabat lainnya. Abu Bakar adalah
seorang yang lembut hati, ia berkata: Wahai Umar, imamilah mereka itu! Umar
berkata: Anda lebih menjadi imam mereka. Akhirnya Abu Bakar mengimami salat
mereka selama beberapa hari. Ketika sakit Rasulullah saw. agak ringan, beliau
keluar untuk salat Zuhur, dibantu oleh dua orang, salah satunya adalah Abbas.
Saat itu Abu Bakar akan mengimami sahabat. Ketika ia melihat Rasulullah saw.
datang, ia mundur untuk menunda (salat). Nabi saw. memberi isyarat kepadanya
agar jangan ditunda. Kemudian beliau memerintahkan kedua orang yang memapah
beliau: Dudukkan aku di sampingnya. Mereka mendudukkan beliau di samping Abu
Bakar. Maka Abu Bakar salat berdiri bermakmum kepada Rasulullah saw., para
sahabat yang lain bermakmum kepada Abu Bakar dan Rasulullah saw. saat itu salat
sambil duduk. (Shahih Muslim No.629)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Bahwa Abu Bakar mengimami sahabat ketika Rasulullah saw.
sakit yang membuatnya wafat, pada hari Senin, ketika berbaris dalam salat,
Rasulullah saw. menyingkap tirai kamar dan memandang kami dengan berdiri. Wajah
beliau putih seperti kertas, beliau tersenyum. Kami yang sedang salat terpukau
karena gembira dengan keluarnya Rasulullah saw. Kemudian Abu Bakar mundur untuk
ke barisan pertama. Ia mengira bahwa Rasulullah saw. keluar untuk salat.
Rasulullah saw. memberi isyarat tangan kepada mereka agar terus menyempurnakan
salat. Lalu beliau masuk lagi dan menurunkan tirai kamar. Pada hari itu
Rasulullah saw. wafat. (Shahih Muslim No.636)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. sakit dan semakin bertambah parah.
Beliau bersabda: Perintahkan Abu Bakar agar mengimami salat kaum muslimin.
Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, Abu Bakar adalah seorang yang berhati halus.
Kalau ia menempati tempat baginda, ia tidak akan mampu mengimami salat Kaum
muslimin. Beliau bersabda: Perintahkan Abu Bakar agar mengimami salat kaum
muslimin. Kalian ini seperti teman-teman Yusuf (dalam berdebat). Abu Musa
berkata: Kemudian Abu Bakar mengimami salat mereka ketika Rasulullah saw. masih
hidup. (Shahih Muslim No.638)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Jamaah
menunjuk seseorang untuk mengimami mereka bila imam yang tetap terlambat datang
dan mereka tidak khawatir akan timbul masalah akibat penunjukan tersebut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Saad As-Saidi ra.: <br />Bahwa ketika Rasulullah saw. pergi ke Bani Amru bin
Auf untuk mendamaikan pertikaian di antara mereka, maka ketika tiba waktu salat,
seorang muazin datang kepada Abu Bakar lalu berkata: Maukah engkau mengimami
salat orang-orang. Lalu saya mengiqamati? Abu Bakar menjawab: Ya. Kemudian Abu
Bakar salat. Ketika orang-orang sedang salat, Rasulullah saw. datang. Beliau
maju perlahan hingga sampai barisan awal. Melihat itu orang-orang bertepuk
tangan, tetapi Abu Bakar tidak menoleh. Ketika tepuk tangan semakin riuh ia
menoleh dan melihat Rasulullah saw. Beliau mengisyaratkan Abu Bakar agar tetap
di tempatnya. Abu Bakar mengangkat kedua tangannya seraya memuji Allah 'azza wa
jalla sesuai dengan yang diperintahkan Rasulullah saw, lalu mundur sehingga
sejajar dengan barisan awal. Setelah itu Nabi saw. maju dan salat. Usai salat,
beliau bersabda: Hai Abu Bakar, apa yang menghalangimu untuk tetap di tempatmu
ketika aku suruh? Abu Bakar menjawab: Tidak layak bagi anak Abu Quhafah salat di
hadapan Rasulullah saw. Beliau bersabda lagi: Mengapa kalian bertepuk tangan?
Barang siapa yang ingin mengingatkan sesuatu di dalam salat, hendaknya ia
bertasbih, karena bila ia bertasbih, ia akan ditoleh. Tepuk tangan hanya untuk
wanita. (Shahih Muslim No.639)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Bertasbih
bagi lelaki dan tepuk tangan bagi wanita jika ingin mengingatkan sesuatu di
dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah bersabda: Bertasbih untuk
lelaki dan tepuk tangan untuk wanita. (Shahih Muslim No.641)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Perintah
membaguskan, menyempurnakan dan khusyuk dalam salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Suatu hari Rasulullah saw. mengimami salat kami.
Usai salat beliau bersabda: Hai fulan, mengapa engkau tidak membaguskan salatmu?
Tidakkah orang yang salat merenungkan bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat
untuk dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku,
sebagaimana aku melihat depanku. (Shahih Muslim No.642)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sempurnakanlah rukuk dan
sujud, demi Allah, sesungguhnya aku dapat melihat engkau di belakangku
(kemungkinan bersabda: yang di belakang punggungku) saat engkau rukuk atau
sujud. (Shahih Muslim No.644)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Larangan
mendahului imam dalam rukuk, sujud atau lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Muhammad saw. pernah bersabda: Apakah orang yang
mengangkat kepalanya sebelum imam, tidak takut kepalanya diganti oleh Allah
dengan kepala keledai. (Shahih Muslim No.647)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Meluruskan
barisan dan merapikannya, berdesakan dalam barisan pertama dan berlomba
mendapatkannya, mendahulukan orang-orang yang punya keutamaan dan mendekatkan
mereka kepada imam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Luruskanlah barisan
kalian. Sesungguhnya kelurusan barisan salat termasuk bagian dari kesempurnaan
salat. (Shahih Muslim No.656)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Sempurnakanlah barisan, karena
sesungguhnya aku dapat melihat engkau yang ada di belakangku. (Shahih Muslim
No.657)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Luruskanlah barisan
dalam salat, karena lurusnya barisan itu termasuk kebaikan salat. (Shahih Muslim
No.658)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Nukman bin Basyir ra., ia berkata: <br />Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Sebaiknya engkau mau meluruskan barisanmu atau Allah akan menancapkan rasa
permusuhan di antara engkau. (Shahih Muslim No.659)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seandainya manusia tahu apa
(keutamaan) yang terdapat dalam azan dan barisan pertama, kemudian mereka tidak
mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, pasti mereka akan mengundinya.
Seandainya mereka tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam bersegera (datang
sedini mungkin) melakukan salat, pasti mereka berlomba-lomba melakukannya.
Seandainya mereka tahu apa yang terdapat dalam salat Isyak dan salat Subuh,
pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak. (Shahih Muslim
No.661)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seandainya kalian (atau
mereka) tahu apa yang ada dalam barisan depan, tentu akan diadakan undian.
(Shahih Muslim No.663)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Perintah
agar para wanita yang salat di belakang laki-laki untuk tidak mengangkat kepala
mereka dari sujud sebelum laki-laki mengangkat kepalanya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Saad ra., ia berkata: <br />Aku melihat orang-orang lelaki yang salat di
belakang Nabi saw. mengikatkan kain mereka pada leher seperti anak kecil karena
sempitnya kain mereka. Seseorang berkata: Hai para wanita, janganlah kalian
mengangkat kepala kalian sebelum orang-orang lelaki mengangkat kepala mereka.
(Shahih Muslim No.665)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Wanita boleh
ke mesjid apabila tidak menimbulkan hal-hal yang negatif dan tanpa memakai
wangi-wangian</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Jika istri salah seorang dari
kalian minta izin pergi ke mesjid, maka janganlah mencegahnya. (Shahih Muslim
No.666)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata: <br />Seandainya Rasulullah saw. melihat
apa yang diperbuat wanita saat ini, tentu beliau melarang mereka pergi ke
mesjid, seperti dilarangnya wanita Bani Israel. Yahya berkata: Aku bertanya
kepada Amrah: Apakah wanita Bani Israel dilarang pergi ke mesjid (tempat ibadah
mereka)? Ia menjawab: Ya. (Shahih Muslim No.676)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>23. Membaca
bacaan dalam salat jahriyah (salat yang bacaannya dikeraskan) dengan suara
antara keras dan pelan, apabila khawatir akan timbul hal yang tidak baik jika
dikeraskan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Tentang firman Allah Taala: Dan janganlah engkau mengeraskan
suaramu dalam salatmu dan jangan pula memelankannya. Ia berkata ayat ini turun
ketika Rasulullah saw. sedang bersembunyi di Mekah. Ketika beliau salat bersama
para sahabat, beliau mengeraskan suaranya dalam membaca Alquran. Orang-orang
musyrik yang mendengarnya menjelek-jelekan Alquran, Allah yang menurunkannya dan
Nabi yang membawanya. Maka Allah Taala berfirman: Janganlah engkau mengeraskan
suaramu di dalam salatmu, sehingga orang-orang musyrik mendengar bacaanmu: Dan
janganlah engkau memelankannya sehingga sahabatmu tidak mendengarnya. Carilah
cara di antara kedua hal itu. Akhirnya beliau membaca antara keras dan pelan.
(Shahih Muslim No.677)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Tentang firman Allah: Dan janganlah mengeraskan suaramu di dalam
salatmu dan jangan pula memelankannya. Ia berkata: Ayat ini diturunkan berkaitan
dengan doa. (Shahih Muslim No.678)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>24. Mendengarkan
bacaan Alquran</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Tentang firman Allah: Janganlah engkau gerakkan lidahmu
tergesa-gesa untuk membaca Alquran. Ia berkata: Dulu ketika malaikat Jibril
turun menyampaikan wahyu, Nabi saw. sering menggerakkan lidah dan bibir beliau
(untuk mengulang-ulang agar tidak lupa). Hal itu membuat beliau merasa berat.
Keadaan beliau seperti itu dapat dilihat. Lalu Allah berfirman: Janganlah engkau
gerakkan lidahmu terburu-buru untuk membacanya dan ingin cepat "menguasainya".
Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkan di dadamu dan membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacanya, ikutilah bacaan itu. Kami menurunkannya, maka
dengarkanlah baik-baik. Firman-Nya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
penjelasannya "Kami menjelaskannya melalui lidahmu". Ketika malaikat Jibril
mendatangi beliau (untuk memberi wahyu), maka beliau diam mendengarkan. Setelah
Jibril pergi, beliau membacanya, sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah pada
beliau. (Shahih Muslim No.679)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>25. Mengeraskan
bacaan dalam salat subuh dan membacakan Alquran untuk Jin</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. tidak membacakan kepada jin dan tidak
pula melihat mereka. Beliau pergi bersama para sahabat menuju pasar Ukaz. Saat
itu antara setan dan berita langit telah terhalang. Mereka dilempari panah api.
Setan-setan itu kembali kepada kaum mereka dan berkata: Antara kami dan berita
langit telah terhalang dan kami pun dilempari panah api. Ini tidak lain pasti
karena sesuatu telah terjadi. Pergilah ke belahan bumi bagian timur dan barat,
telitilah apa yang menghalangi kita dengan berita langit. Mereka pun pergi ke
belahan bumi bagian timur dan barat. Sebagian mengambil arah Tihamah dengan
tujuan pasar Ukaz (Nabi berada di Nakhl). Saat itu beliau sedang salat Subuh
dengan para sahabat. Mereka mendengar Alquran yang dibaca beliau dan
memperhatikannya. Lalu kata mereka: Inilah yang membuat kita terhalang dengan
berita langit. Mereka kembali kepada kaum mereka dan berkata: Hai kaumku,
Sesungguhnya kami telah mendengar bacaan yang mengagumkan, yang dapat
mengantarkan kita kepada kebenaran. Maka aku beriman kepadanya, dan tidak akan
menyekutukan Tuhanku dengan siapapun. Maka Allah Taala menurunkan kepada
Nabi-Nya, Muhammad saw. Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku bahwa sekelompok
jin telah mendengarkan bacaan Alquran. (Shahih Muslim No.681)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>26. Bacaan dalam
salat Zuhur dan Asar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra., ia berkata: <br />Kami pernah salat berjamaah dengan Rasulullah saw.
Dalam dua rakaat pertama salat Zuhur dan Asar, beliau membaca Fatihah dan dua
buah surat, kadang-kadang memperdengarkan ayat kepada kami. Beliau memanjangkan
rakaat pertama salat Zuhur dan memperpendek rakaat kedua. Demikian pula dalam
salat Subuh. (Shahih Muslim No.685)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>27. Bacaan dalam
salat Subuh</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Barzah ra.: ia berkata: <br />Rasulullah saw. dalam salat Subuh membaca enam puluh
sampai seratus ayat. (Shahih Muslim No.702)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>28. Bacaan dalam
salat Isyak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Barra' ra.: <br />Dari Nabi saw. bahwa dalam suatu perjalanan beliau mengerjakan
salat Isyak. Dalam salah satu dari dua rakaatnya beliau membaca Wat tiini waz
zaitun. (Shahih Muslim No.706)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />Muaz pernah salat bersama Nabi saw. lalu
pulang mengimami kaumnya. Pada suatu malam ia salat Isyak bersama Nabi saw. lalu
pulang mengimami kaumnya. Ketika ia mulai dengan membaca surat Al-Baqarah, ada
seorang lelaki yang memisahkan diri dari salat berjamaah sampai salam,
selanjutnya mengerjakan salat sendiri dan pergi. Orang-orang menegurnya: Hai
fulan, apakah engkau telah munafik? Ia menjawab: Tidak, demi Allah. Sungguh, aku
akan menemui Rasulullah saw. dan memberitahukan hal ini. Setelah bertemu dengan
Rasulullah saw., ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah pemilik
unta penyiram tanaman, bekerja di siang hari. Sesungguhnya Muaz setelah
mengerjakan salat Isyak bersama Anda lalu pulang dan (salat bersama kami) mulai
dengan bacaan surat Al-Baqarah. Rasulullah saw. menghadap ke arah Muaz dan
bersabda: Wahai Muaz, apakah engkau ingin menimbulkan fitnah (kesulitan)?
Bacalah (surat) ini dan itu. Sufyan berkata: Aku berkata kepada Amru bahwa Abu
Zubair menceritakan kepada kami dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Bacalah Was Syamsi wa Dhuhaaha (surat As-Syams), Wadh Dhuhaa (surat Ad-Dhuhaa),
Wal laili idza Yaghsyaa (surat Al-Lail) dan Sabbihisma rabbikal a`laa (sutat
Al-A`laa), maka Amru menanggapi: Ya, seperti itu. (Shahih Muslim
No.709)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>29. Perintah
kepada imam agar mempercepat salat sambil menjaga kesempurnaan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Masud Al-Anshari ra., ia berkata: <br />Seorang lelaki datang menemui Rasulullah
saw. dan berkata: Saya terlambat salat Subuh karena si fulan memperlambat
salatnya saat mengimami kami. Kemudian aku belum pernah melihat Nabi saw. marah
dalam memberikan nasehat seperti marahnya beliau (memberikan nasehat) pada hari
itu. Beliau bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya di antara engkau ada yang
membuat orang lari (jera). Barang siapa di antara kalian menjadi imam, maka
hendaklah ia meringkas, sebab di belakangnya ada orang tua, orang lemah dan
orang yang punya keperluan. (Shahih Muslim No.713)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kalian
menjadi imam, maka hendaknya ia memperingan salatnya, karena di antara mereka
ada anak kecil, orang tua, orang lemah dan orang sakit. Bila salat sendirian,
maka salatlah sekehendak hatinya. (Shahih Muslim No.714)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />Bahwa Nabi saw. meringkas (bacaan) salat dan menyempurnakannya. (Shahih
Muslim No.719)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah mendengar tangis anak kecil bersama
ibunya ketika sedang salat. Maka beliau membaca surat yang ringan atau surat
yang pendek. (Shahih Muslim No.722)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>30. Keselarasan
antara rukun-rukun salat dan memperingan dengan tetap sempurna</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Barra' bin Azib ra., ia berkata: <br />Aku mengamati salat Muhammad saw. Aku
perhatikan berdirinya, rukuknya, iktidal setelah rukuk, sujudnya, duduk antara
dua sujud, sujud kedua, duduk antara salam dan selesai salat, (aku perhatikan)
satu dengan lainnya saling sama. (Shahih Muslim No.724)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Sungguh, aku tidak akan menambah-nambah, aku akan mengimami
salat kalian seperti aku melihat Rasulullah saw. mengimami salat kami. Tsabit
(salah seorang perawi) berkata: Anas telah melakukan sesuatu yang tidak seperti
yang kalian lakukan. Ketika ia bangun dari rukuk, ia berdiri tegak hingga orang
berkata: Anas telah lupa, dan ketika bangun dari sujud, ia diam (tidak bergerak)
sehingga orang bilang: Anas telah lupa. (Shahih Muslim No.726)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>31. Mengikuti
imam dan bergerak setelah gerakan imam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Barra' ra.: <br />Bahwa mereka (para sahabat) salat di belakang Rasulullah saw.
Ketika beliau bangun dari rukuk (dan ingin sujud). aku tidak melihat seorang pun
membungkukkan badannya hingga Rasulullah saw. meletakkan dahinya di tanah.
Setelah itu para sahabat yang di belakang beliau ikut bersungkur sujud. (Shahih
Muslim No.728)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>32. Bacaan
ketika rukuk dan sujud</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Adalah Rasulullah saw. dalam rukuk dan sujudnya
banyak membaca: "Subhaanaka allahumma rabbanaa wa bihamdika, allahummaghfir li"
(Maha suci Allah, ya Allah, ya Tuhan kami, dengan segala puji-Mu, ampunilah
aku). Beliau menafsirkan perintah Alquran. (Shahih Muslim No.746)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>33. Menjelaskan
anggota tubuh untuk bersujud, larangan menahan rambut dan pakaian (saat sujud),
menjalin rambut ketika salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Nabi saw. diperintahkan untuk sujud dengan tujuh
anggota badan dan dilarang menutup dahinya dengan rambut dan pakaian. (Shahih
Muslim No.755)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>34. Meluruskan
badan, meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah, mengangkat kedua siku dari
lambung dan menjauhkan perut dari kedua paha ketika sujud</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Luruslah kalian dalam sujud dan
janganlah seorang kalian melunjurkan kedua lengannya seperti anjing melunjurkan
kaki depannya. (Shahih Muslim No.762)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>35. Menjelaskan
suatu hal yang berhubungan dengan cara salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Malik bin Buhainah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. merenggangkan
kedua tangannya ketika salat hingga tampak putihnya ketiak beliau. (Shahih
Muslim No.764)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>36. Pembatas
orang yang salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw., jika keluar untuk salat hari raya, beliau
minta dibawakan tombak pendek yang kemudian beliau letakkan di depannya. Lalu
beliau salat menghadap tombak itu dan para sahabat berada di belakang beliau.
Beliau melakukannya saat sedang dalam perjalanan. (Karena itulah kemudian banyak
para pemimpin menggunakan tongkat). (Shahih Muslim No.773)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Nabi saw. biasa menambatkan tunggangan beliau dan beliau
salat menghadap ke arahnya. (Shahih Muslim No.775)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Juhaifah ra., ia berkata: <br />Aku menemui Nabi saw. di Mekah. Saat itu beliau
berada di Abthah (nama tempat) di dalam kemah yang terbuat dari kulit samakan
milik beliau. Kemudian Bilal keluar membawa air wudu beliau. Ada orang yang
mendapat air itu sedikit dan ada pula yang hanya diperciki oleh lainnya. Nabi
saw. keluar dengan memakai pakaian merah, nampaknya aku dapat melihat betis
beliau yang putih. Beliau berwudu dan Bilal mengumandangkan azan. Aku
memperhatikan mulutnya bergerak kesana kemari ke kanan dan ke kiri, ia membaca:
"Hayya `alas shalah, hayya `alal falah", (Marilah mengerjakan salat, marilah
menuju kemenangan). Sebatang tombak pendek ditancapkan untuk Nabi. Beliau
melangkah maju dan mengerjakan salat Zuhur (diqasar) dua rakaat. Keledai dan
anjing lewat di depan beliau tanpa dicegah. Selanjutnya beliau mengerjakan salat
Asar (diqasar) dua rakaat. Demikian kemudian beliau tak henti-hentinya
mengerjakan salat dua rakaat hingga kembali ke Madinah. (Shahih Muslim
No.777)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Aku datang dengan naik keledai betina. Saat itu aku
hampir usia balig. Rasulullah saw. mengimami salat para sahabat di Mina, lalu
aku lewat di depan barisan, lalu aku pulang dan kubiarkan keledaiku merumput,
dan aku masuk ke barisan salat. Tidak ada seorang pun yang mencela perbuatanku
itu. (Shahih Muslim No.780)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>37. Melarang
orang lewat di depan orang yang sedang salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bila salah seorang di
antara kalian sedang salat, janganlah ia membiarkan seorang pun lewat di
depannya, dan hendaklah ia mencegahnya semampunya. Bila ia tidak peduli,
perangilah karena sesungguhnya ia adalah setan. (Shahih Muslim No.782)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Juhaim ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Seandainya orang yang
lewat di depan tempat salat itu mengetahui betapa besar dosanya, pasti ia
berdiri selama lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sedang
salat Abu Nadher berkata: Aku tidak tahu, apakah ia mengatakan hari atau bulan
atau tahun. (Shahih Muslim No.785)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>38. Orang yang
salat sebaiknya mendekatkan pembatas</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Sahal
bin Saad As-Saidi ra., ia berkata: <br />Jarak tempat salat Nabi saw. dan dinding
seukuran jalan lewat kambing. (Shahih Muslim No.786)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra.: <br />Bahwa ia memilih tempat mushaf lalu mengerjakan salat
di sana. Ia bercerita bahwa Rasulullah saw. selalu memilih tempat tersebut.
Jarak antara mimbar dan kiblat kira-kira cukup untuk lewat kambing. (Shahih
Muslim No.787)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>39. Melintang di
depan orang salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah salat di tengah malam, sedangkan aku
tidur melintang di antara beliau dan kiblat seperti melintangnya jenazah.
(Shahih Muslim No.791)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Maimunah ra., istri Nabi saw. ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah salat dan
aku (berada) dekat beliau dalam keadaan haid. Kadang-kadang pakaian beliau
mengenai tubuhku saat sujud. (Shahih Muslim No.797)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>40. Salat dengan
selembar pakaian dan cara pemakaiannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang salat
dengan selembar pakaian. Beliau menjawab: Bukankah tiap engkau punya dua lembar
pakaian. (Shahih Muslim No.799)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang dari kalian
mengerjakan salat dengan memakai selembar pakaian yang tidak sedikit pun
menutupi kedua pundaknya. (Shahih Muslim No.801)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Umar
bin Abu Salamah ra., ia berkata: <br />Aku melihat Rasulullah salat di rumah Ummu
Salamah dengan satu lembar pakaian untuk menutupi seluruh tubuhnya (seperti
selimut), kedua ujungnya diletakkan di atas pundak beliau. (Shahih Muslim
No.802)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
ra., ia berkata: <br />Aku melihat Rasulullah saw. salat dengan berselimutkan
selembar pakaian di tubuh beliau. (Shahih Muslim No.805)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-53861210186923036932012-05-26T21:19:00.006-07:002012-05-26T21:19:59.086-07:00Kitab Haid Hadist Shohih Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 align="center" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
</h1>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Persentuhan
dengan wanita haid di luar bagian antara pusar dan lutut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Apabila salah seorang di antara kami sedang haid,
Rasulullah saw. memerintahkan untuk memakai izaar (kain bawahan menutupi bagian
tubuh dari pusar ke bawah), kemudian beliau menggaulinya (tanpa senggama).
(Shahih Muslim No.440)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Maimunah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. biasa menggauli (tanpa senggama)
istri-istri beliau yang sedang haid dari luar izaar (kain bawahan menutupi
bagian tubuh dari pusar ke bawah). (Shahih Muslim No.442)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Tidur bersama
wanita haid di dalam satu selimut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra., ia berkata: <br />Ketika aku sedang berbaring bersama Rasulullah saw.
dalam satu selimut, tiba-tiba aku haid, maka aku keluar dengan pelan-pelan lalu
mengambil pakaian khusus waktu haid. Rasulullah saw. bertanya kepadaku: Apakah
engkau haid? Aku jawab: Ya. Beliau memanggilku dan aku berbaring lagi bersama
beliau dalam satu selimut. Zainab binti Ummu Salamah berkata: Dia (Ummu Salamah)
dan Rasulullah saw. mandi jinabat bersama dalam satu bejana. (Shahih Muslim
No.444)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Wanita yang
haid boleh membasuh kepala dan menyisir rambut suami. Sucinya sisa air minumnya
dan berbaring sambil membaca Alquran di pangkuannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Adalah Nabi saw. apabila beriktikaf, beliau
mendekatkan kepalanya padaku, lalu aku menyisir rambut beliau. Beliau tidak
masuk rumah, kecuali jika ada hajat kemanusiaan. (Shahih Muslim No.445)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah berbaring di pangkuanku
sambil membaca Alquran, sementara aku sedang haid. (Shahih Muslim
No.454)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Mazi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
ra., ia berkata: <br />Aku adalah lelaki yang sering keluar mazi dan aku malu
bertanya kepada Nabi saw., karena posisi putri beliau. Lalu aku menyuruh Miqdad
bin Aswad. Miqdad lalu menanyakan hal itu kepada beliau. Beliau bersabda:
Hendaknya ia membasuh kemaluannya lalu berwudu. (Shahih Muslim
No.456)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Membasuh
wajah dan kedua tangan apabila bangun tidur</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bangun tengah malam dan melaksanakan hajatnya.
Setelah itu beliau membasuh wajah dan kedua tangannya, lalu tidur lagi. (Shahih
Muslim No.459)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Orang yang
junub boleh tidur dan disunatkan berwudu serta mencuci kemaluannya jika akan
makan, minum, tidur atau bersetubuh lagi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. Apabila akan tidur dalam keadaan junub,
maka beliau berwudu seperti wudu untuk salat sebelum tidur. (Shahih Muslim
No.460)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Bahwa Umar berkata: Wahai Rasulullah, apakah boleh salah seorang
kami tidur dalam keadaan junub. Rasulullah menjawab: Ya, boleh, jika ia berwudu.
(Shahih Muslim No.462)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Wanita yang
keluar mani (sperma) wajib mandi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Sulaim ra.: <br />Bahwa Ia bertanya kepada Nabi saw. tentang wanita yang bermimpi
seperti yang dimimpikan laki-laki. Rasulullah saw. bersabda: Apabila wanita itu
bermimpi seperti itu, maka ia wajib mandi. Ummu Sulaim berkata: Saya malu dalam
hal itu. Katanya: Apakah itu mungkin terjadi? Nabi saw. bersabda: Ya, mungkin
saja. Lalu dari mana terjadi kemiripan? Sesungguhnya mani laki-laki itu kental
dan berwarna putih, sedang mani wanita itu encer dan berwarna kuning. Mana yang
lebih tinggi (banyak) atau dahulu keluar, maka dari dialah terjadi kemiripan.
(Shahih Muslim No.469)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra., ia berkata: <br />Ummu Sulaim datang kepada Nabi saw. lalu berkata:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah
seorang wanita wajib mandi jika bermimpi? Rasulullah saw. bersabda: Ya, apabila
ia melihat air (mani). Ummu Sulaim berkata lagi: Wahai Rasulullah, apakah wanita
juga bermimpi? Beliau bersabda: Beruntunglah engkau. (Kalau tidak demikian),
dari mana anaknya mirip dengannya. (Shahih Muslim No.471)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Cara mandi
jinabat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Adalah Rasulullah saw. jika mandi jinabat, beliau
memulai dengan membasuh kedua tangan, lalu menuangkan air dengan tangan kanan ke
tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan. Setelah itu berwudu seperti wudu untuk
salat lalu mengguyurkan air dan dengan jari-jemari, beliau menyelai pangkal
rambut sampai nampak merata ke seluruh tubuh. Kemudian beliau menciduk dengan
kedua tangan dan dibasuhkan ke kepala, tiga cidukan, kemudian mengguyur seluruh
tubuh dan (terakhir) membasuh kedua kaki beliau. (Shahih Muslim No.474)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Maimunah ra., ia berkata: <br />Aku pernah menyodorkan air kepada Rasulullah saw.
untuk mandi jinabat. Beliau membasuh kedua telapak tangan, dua atau tiga kali,
kemudian memasukkan tangan ke dalam wadah dan menuangkan air pada kemaluan
beliau dan membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah itu menekan tangan kiri ke
tanah dan menggosoknya keras-keras, lalu berwudu seperti wudu salat, kemudian
menuangkan air ke kepala tiga kali cidukan telapak tangan. Selanjutnya beliau
membasuh seluruh tubuh lalu bergeser dari tempat semula dan membasuh kedua kaki
kemudian aku mengambil sapu tangan untuk beliau, tetapi beliau mengembalikan.
(Shahih Muslim No.476)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Kadar air
yang disunatkan dalam mandi jinabat, tentang laki-laki dan wanita mandi bersama
dari satu wadah dan mandinya salah seorangnya dengan air sisa yang
lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, ia berkata: Aku dan saudara
laki-laki sepersusuannya mendatangi Aisyah, kemudian saudaranya itu bertanya
tentang cara mandi jinabat Nabi saw. Aisyah minta wadah ukuran satu sha`, lalu
ia mandi. Ada tabir antara kami dan dia. Ia menuangkan air di kepala tiga kali.
Kata Abu Salamah: Istri-istri Nabi saw. selalu memendekkan rambut mereka sampai
telinga. (Shahih Muslim No.481)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Maimunah ra., istri Nabi saw. <br />Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Maimunah
mengabarkan kepadaku bahwa ia mandi bersama Nabi saw. dalam satu bak. (Shahih
Muslim No.486)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. mandi dengan air sisa mandi Maimunah.
(Shahih Muslim No.487)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra.: <br />Dari Zainab binti Ummu Salamah bahwa Ummu Salamah dan
Rasulullah saw. pernah mandi jinabat dalam satu bak. (Shahih Muslim No.488)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. mandi dengan lima makkuk (1 makkuk=4,717
liter) air dan berwudu dengan satu makkuk. (Shahih Muslim No.489)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Sunat tiga
kali mengguyur air di kepala dan lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Jubair bin Muth`im ra.: <br />Di hadapan Rasulullah para sahabat saling berselisih
dalam masalah mandi. Sebagian mereka berkata: Kalau aku, aku mencuci kepalaku
seperti ini, seperti ini. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Adapun aku, aku
menuangkan air ke kepalaku dengan tiga cidukan tangan. (Shahih Muslim
No.493)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.: <br />Bahwa delegasi Tsaqif bertanya kepada Rasulullah saw.:
Sesungguhnya daerah kami adalah daerah dingin, bagaimana cara kami mandi? Beliau
bersabda: Adapun aku, aku menuangkan air di kepalaku tiga kali. (Shahih Muslim
No.495)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Hukum rambut
wanita yang dikepang</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Dari Ubaid bin Umair, ia berkata: Aisyah menyampaikan bahwa
Abdullah bin Amru memerintahkan para wanita untuk mengurai rambutnya saat mandi.
Aisyah berkata: Betapa anehnya Ibnu Amru ini, ia menyuruh para wanita untuk
mengurai rambutnya saat mandi, mengapa tidak menyuruh agar mencukur rambutnya
saja? Sesungguhnya aku pernah mandi bersama Rasulullah saw. dari satu wadah dan
aku tidak menyiram kepalaku lebih dari tiga siraman. (Shahih Muslim
No.498)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Sunat
menggunakan kapas yang diberi misik (minyak wangi) pada kemaluan wanita yang
haid ketika mandi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Seorang wanita bertanya kepada Nabi saw. tentang
cara wanita mandi wajib dari haid? Perawi hadis berkata: Kemudian Aisyah
menjelaskan bahwa beliau mengajarkannya cara mandi. (Di antara sabda beliau):
Engkau ambil kapas yang diberi misik, lalu bersihkan dengan kapas itu. Wanita
itu berkata: Bagaimana cara membersihkannya? Beliau bersabda: Maha suci Allah!
Bersihkan saja dengan kapas itu. Dan beliau bersembunyi. (Sufyan bin Uyainah
memberi isyarat tangan kepada kami pada wajahnya). Perawi hadis melanjutkan:
Aisyah berkata: Aku tarik wanita itu mendekati aku. Aku tahu apa yang diinginkan
Nabi saw, lalu aku berkata kepadanya: Bersihkan bekas darah haidmu dengan kapas
itu. (Shahih Muslim No.499)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Darah
penyakit pada wanita dan mandi dari darah tersebut serta salat wanita yang
keluar darah penyakit</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Fatimah binti Abu Hubaisy datang kepada Nabi saw.
dan berkata: Wahai Rasulullah saw, saya adalah wanita yang beristihadhah
sehingga saya tidak bersih. Apakah saya boleh meninggalkan salat? Beliau
bersabda: Tidak. Itu hanya darah sakit, bukan darah haid. Apabila haidmu datang,
tinggalkanlah salat dan jika sudah berhenti, bersihkan darah itu dari dirimu
kemudian salat. (Shahih Muslim No.501)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Ummu Habibah binti Jahsy meminta fatwa kepada
Rasulullah saw.: Saya sedang beristihadhah. Rasulullah menjawab: Itu hanya darah
sakit. Mandilah kemudian salat. Maka wanita itu selalu mandi setiap akan salat.
(Shahih Muslim No.502)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Wanita yang
haid wajib mengganti puasanya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Bahwa seorang wanita bertanya kepadanya: Apakah salah seorang di
antara kami harus mengganti salat pada masa haid? Aisyah berkata: Apakah engkau
termasuk golongan Haruriyyah (salah satu golongan Khawarij)? Dahulu, pada masa
Rasulullah saw. di antara kami ada yang haid, tetapi tidak diperintahkan
mengganti (salat). (Shahih Muslim No.506)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Menutupi
aurat saat mandi dengan pakaian atau lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Hani binti Abu Thalib ra., ia berkata: <br />Pada tahun penaklukan Mekah aku
mengunjungi Rasulullah saw. Aku dapati beliau sedang mandi dan Fatimah, putri
beliau, sedang menutupi beliau dengan pakaian. (Shahih Muslim No.509)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Maimunah ra., ia berkata: <br />Aku mengambilkan air untuk Nabi saw. dan menutupi
beliau, lalu beliau mandi. (Shahih Muslim No.511)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Boleh mandi
telanjang di tempat sepi</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Pada zaman dahulu, Bani
Israel mandi dengan telanjang. Mereka saling memandang aurat masing-masing,
sedangkan Musa as. mandi seorang diri. Mereka berkata: Demi Allah, yang membuat
Musa tidak mau mandi bersama kita hanya karena buah pelirnya besar. Pada suatu
hari Musa pergi mandi. Pakaiannya diletakkan di atas sebuah batu. Tiba-tiba batu
itu lari dengan membawa pakaiannya. Musa berlari mengejarnya sambil berteriak:
Tinggalkan pakaianku! Tinggalkan pakaianku! Akibatnya orang-orang Bani Israel
melihat aurat Musa. Mereka berkata: Demi Allah, ternyata tidak ada (cacat)
apa-apa. Setelah batu itu berhenti ia (Musa) mengambil pakaiannya dan memukul
batu itu. Abu Hurairah ra. berkata: Demi Allah, pada batu itu terdapat bekas
pukulan Musa, tujuh atau enam kepalan. (Shahih Muslim No.513)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Menjaga
aurat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra., ia berkata: <br />Ketika Kakbah dibangun kembali, Nabi saw.
dengan Abbas mengangkut batu. Abbas berkata kepada Nabi saw: Letakkan kainmu di
pundak untuk alas batu. Kemudian beliau melakukannya, maka beliau tersungkur
serta mata beliau memandang ke langit. Sambil berdiri dan bersabda: Kainku,
kainku. Lalu beliau mengencangkan kainnya. (Shahih Muslim No.514)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Wajib mandi
hanya karena keluar mani</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. melewati rumah seorang sahabat
Ansar. Lalu beliau menyuruh seseorang untuk memanggilnya. Sahabat itu keluar
dengan keringat menetes dari kepalanya. Beliau bertanya: Nampaknya kami telah
membuatmu tergesa-gesa? Sahabat itu menjawab: Benar, wahai Rasulullah. Beliau
bersabda: Bila engkau tergesa-gesa sehingga tidak keluar mani, maka engkau tidak
wajib mandi, tetapi wajib berwudu. (Shahih Muslim No.521)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ubay
bin Kaab ra., ia berkata: <br />Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
lelaki yang menggauli istrinya kemudian berhenti sebelum keluar mani. Beliau
bersabda: Cucilah apa yang mengenai (kemaluan) istrinya, lalu berwudu dan salat.
(Shahih Muslim No.522)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Usman
bin Affan ra.: <br />Dari Khalid bin Zaid Al-Juhani, ia berkata: Aku bertanya
kepadanya (Usman): Apa pendapat engkau Jika seorang lelaki menyetubuhi istrinya
dan tidak keluar mani? Usman menjawab: Ia harus berwudu seperti wudu untuk salat
dan membasuh kemaluannya. Usman berkata: Aku pernah mendengar hal itu dari
Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.524)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Penghapusan
hukum hadis "wajib mandi hanya karena keluar mani" dan wajib mandi karena
bertemunya dua kemaluan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Bila seorang lelaki duduk di antara
dua paha dan dua betis istrinya kemudian menyetubuhinya, maka ia wajib mandi.
(Shahih Muslim No.525)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Penghapusan
hukum wudu karena makan daging</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah makan bahu kambing kemudian salat
tanpa berwudu lagi. (Shahih Muslim No.531)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Amru
bin Umayah ra.: <br />Bahwa ia melihat Rasulullah saw. memotong daging bahu
kambing kemudian memakannya. Lalu beliau salat tanpa berwudu lagi. (Shahih
Muslim No.533)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Maimunah ra., istri Nabi ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah makan bahu kambing di
rumahnya, lalu salat dan tidak berwudu lagi. (Shahih Muslim No.535)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah minum susu. Setelah itu beliau minta air
untuk berkumur dan bersabda: Sesungguhnya susu itu mengandung lemak. (Shahih
Muslim No.537)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Dalil bahwa
orang yang yakin akan kesucian kemudian ragu akan adanya hadas, maka ia boleh
salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari ra., ia berkata: <br />Seorang laki-laki
dilaporkan kepada Nabi saw. bahwa ia seolah-olah mengeluarkan angin dalam
salatnya. Beliau bersabda: Jangan batalkan salatnya sebelum ia mendengar suara
atau mencium baunya. (Shahih Muslim No.540)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Kulit
bangkai disucikan dengan disamak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Budak milik Maimunah pernah diberi sedekah seekor
kambing yang kemudian mati. Ketika Rasulullah saw. lewat dan melihatnya, beliau
bersabda: Kenapa kulitnya tidak engkau ambil, lalu engkau samak sehingga dapat
dimanfaatkan? Mereka berkata: Itu bangkai, wahai Rasulullah. Beliau menjawab:
Sesungguhnya yang dilarang adalah memakannya. (Shahih Muslim
No.542)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>23.
Tayamum</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Kami pernah keluar bersama Rasulullah saw. dalam
suatu perjalanan beliau. Ketika tiba di Baida atau Zatuljaisy kalungku terputus.
Beliau berhenti untuk mencarinya. Para sahabat pun ikut berhenti. Saat itu
mereka tidak mempunyai air sama sekali. Lalu mereka mendatangi Abu Bakar dan
berkata: Tidakkah engkau melihat apa yang diperbuat Aisyah? Ia telah membuat
Rasulullah saw. dan para sahabat berhenti, padahal mereka tidak mempunyai air
sedikit pun. Kemudian Abu Bakar datang saat Rasulullah saw. sedang tidur di
pangkuanku. Ia berkata: Engkau telah menahan Rasulullah saw. dan sahabat,
padahal mereka tidak mempunyai air sama sekali. Abu Bakar mencelaku dan
berbicara banyak, lalu memukul lambungku dengan tangannya. Aku tidak dapat
bergerak karena Rasulullah saw. di atas pahaku. Beliau tidur sampai pagi tanpa
ada air sedikit pun. Kemudian Allah menurunkan ayat tayamum dan mereka
bertayamum. Sehubungan dengan itu, Usaid bin Hudhair, salah seorang pemimpin
berkata: Itu bukan berkah yang pertama bagimu, hai keluarga Abu Bakar. Aisyah
berkata: Kemudian kami mencari unta yang aku kendarai sebelumnya dan kami
menemukan kalung itu di bawahnya. (Shahih Muslim No.550)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ammar
ra.: <br />Dari Syaqiq, ia berkata: Aku pernah duduk bersama Abdullah dan Abu Musa
Al-Asy'ari. Abu Musa berkata: Hai Abu Abdurrahman, apa pendapatmu bila seseorang
junub dan tidak mendapatkan air selama sebulan, bagaimana dengan salatnya?
Abdullah berkata: Ia tidak boleh bertayamum, walaupun tidak ada air selama
sebulan. Abu Musa berkata: Lalu bagaimana dengan ayat dalam surat Al-Maidah,
Lalu engkau tidak menemukan air, maka bertayamumlah dengan debu yang bersih.
Abdullah berkata: Bila mereka diberi kemurahan dengan ayat tersebut, maka hampir
dapat dipastikan mereka akan bertayamum dengan debu bila air itu terasa dingin
bagi mereka. Abu Musa berkata kepada Abdullah: Apakah engkau belum pernah
mendengar cerita Ammar: Aku pernah diutus oleh Rasulullah saw. untuk suatu
keperluan. Lalu junub dan tidak mendapatkan air. Maka aku berguling-guling di
tanah seperti binatang. Setelah itu aku menghadap Nabi saw. dan menceritakan
kejadian itu. Beliau bersabda: Sesungguhnya engkau cukup menepukkan tanganmu
seperti ini sambil menepukkan tangannya di tanah dengan keras, lalu mengusapkan
tangan kirinya pada tangan kanan, dan punggung kedua telapak tangan, serta wajah
beliau. (Shahih Muslim No.552)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abul
Juhaim bin Harits bin Shimmah Al-Anshari ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
pernah datang dari sumur Jamal dan bertemu dengan seorang lelaki yang
mengucapkan salam kepada beliau. Namun beliau tidak menjawabnya. Ketika beliau
tiba di suatu dinding, beliau mengusap wajah dan kedua tangan beliau, kemudian
menjawab salam. (Shahih Muslim No.554)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>24. Dalil bahwa
orang Islam tidak najis</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Abu Rafi` dari Abu Hurairah bahwa ia ditemui Nabi saw.
dalam keadaan junub di salah satu jalan di Madinah. Ia menyelinap pelan-pelan
dan pergi mandi. Rasulullah saw. kehilangannya. Ketika ia datang beliau
bertanya: Ke mana engkau, hai Abu Hurairah? Ia menjawab: Wahai Rasulullah,
baginda bertemu saya, sedangkan saya dalam keadaan junub. Saya tidak senang
menemani Anda sebelum saya mandi. Rasulullah saw. bersabda: Maha Suci Allah!
Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis. (Shahih Muslim No.556)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>25. Doa masuk
kamar mandi atau toilet</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata: <br />Adalah Rasulullah saw. ketika masuk toilet (dan dalam hadis
Husyaim bahwa Rasulullah saw. apabila memasuki jamban) beliau berdoa: "Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan
perempuan". (Shahih Muslim No.563)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>26. Dalil bahwa
tidur sambil duduk tidak membatalkan wudu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata: <br />Ketika salat akan dilaksanakan, Rasulullah saw.
sedang berbisik-bisik dengan seorang sahabat. Beliau belum melaksanakan salat
sampai para sahabat tertidur. (Shahih Muslim No.564)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-20752420748848095672012-05-26T21:18:00.002-07:002012-05-26T21:18:29.594-07:00Kitab Bersuci Shohih Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 align="center" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></h1>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>1. Kewajiban
bersuci ketika salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Salat salah seorang di
antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu. (Shahih
Muslim No.330)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>2. Cara wudu dan
kesempurnaannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Usman
bin Affan ra.: <br />Bahwa Ia (Usman ra.) minta air lalu berwudu. Beliau membasuh
kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan mengeluarkan air dari
hidung. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali, lantas membasuh tangan kanannya
sampai siku tiga kali, tangan kirinya juga begitu. Setelah itu mengusap
kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, begitu
juga kaki kirinya. Kemudian berkata: Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudu
seperti wuduku ini, lalu beliau bersabda: Barang siapa yang berwudu seperti cara
wuduku ini, lalu salat dua rakaat, di mana dalam dua rakaat itu ia tidak
berbicara dengan hatinya sendiri, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.
(Shahih Muslim No.331)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>3. Keutamaan
wudu dan salat sunat wudu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Usman
ra.: <br />Dari Abu Anas bahwa Usman ra. berwudu di kedai dan berkata: Maukah aku
tunjukkan cara wudu Rasulullah saw.? Kemudian ia berwudu tiga kali tiga kali.
(Shahih Muslim No.337)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>4. Wudu Nabi
saw.</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari ra.: <br />Dia pernah diminta berwudu
seperti wudu Rasulullah saw., Lalu ia minta air sebejana, kemudian menuangkannya
pada kedua tangannya dan membasuhnya tiga kali. Setelah itu ia masukkan
tangannya lalu mengeluarkannya, berkumur dan menghirup air ke hidung dari satu
telapak tangan. Ia mengerjakannya tiga kali. Sesudah itu ia memasukkan tangannya
lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Setelah itu
memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh kedua tangannya
sampai siku masing-masing dua kali. Lalu memasukkan tangan lalu mengeluarkannya,
kemudian mengusap kepala. Ia mengusapkan kedua tangannya ke depan lalu ke
belakang. Setelah itu membasuh kedua kakinya sampai mata kaki, dan berkata:
Demikianlah wudu Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.346)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>5. Hitungan
ganjil dalam hal menghirup air ke hidung dan beristinja dengan batu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara
engkau beristinja dengan batu, hendaklah beristinja dengan hitungan ganjil dan
apabila berwudu lalu memasukkan air ke hidung, hendaklah mengeluarkannya.
(Shahih Muslim No.348)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara
engkau bangun tidur, hendaklah mengeluarkan air dari hidungnya (istintsar) tiga
kali, karena setan itu menginap di batang hidungnya. (Shahih Muslim
No.351)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>6. Wajib
membasuh kedua kaki dengan sempurna</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umru ra., ia berkata: <br />Bersama Rasulullah saw. kami kembali dari
Mekah menuju Madinah. Ketika kami berada pada sebuah oase di tengah jalan,
beberapa orang tergesa-gesa menunaikan salat Asar. Mereka berwudu dengan
tergesa-gesa. Lalu kami dekati mereka, tampak tumit mereka tidak terkena air,
maka Rasulullah saw. bersabda: Siksa neraka bagi (pemilik) tumit itu.
Sempurnakanlah wudu kalian. (Shahih Muslim No.354)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. melihat seorang lelaki tidak membasuh kedua
tumitnya, beliau bersabda: Siksa neraka, bagi para pemilik tumit. (Shahih Muslim
No.356)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>7. Sunat
memperluas basuhan dari yang wajib, seperti membasuh muka lebih luas, tangan,
kaki</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Kalian adalah
orang-orang yang memiliki cahaya muka, cahaya tangan dan cahaya kaki pada hari
kiamat, karena penyempurnaan wudu. Maka barang siapa di antara kalian yang
mampu, hendaklah ia memanjangkan cahaya putih tersebut. (Shahih Muslim
No.362)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. menziarahi kuburan. Beliau berdoa:
"Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, hai kaum yang mukmin dan kami,
insya Allah akan menyusulmu". Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan
saudara-saudaraku. Para sahabat bertanya: Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai
Rasulullah? Beliau menjawab: Engkau adalah sahabat-sahabatku, sedang saudaraku
adalah orang-orang yang belum datang setelahku. Mereka bertanya lagi: Bagaimana
engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang di masa ini? Beliau bersabda:
Tahukah engkau, seandainya ada seorang lelaki memiliki kuda yang bersinar muka,
kaki dan tangannya kemudian kuda itu berada di antara kuda-kuda hitam legam,
dapatkah ia mengenali kudanya? Mereka menjawab: Tentu saja dapat, wahai
Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya umatku akan datang dengan wajah, kaki
dan tangan yang bersinar, bekas wudu. Aku mendahului mereka datang ke telaga.
Ingat! Beberapa orang akan dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana
unta hilang yang dihalang-halangi. Aku berseru kepada mereka: Kemarilah! Lalu
dikatakan: Sesungguhnya mereka telah mengganti (ajaranmu) sesudahmu. Aku
berkata: Semoga Allah menjauhkan mereka. (Shahih Muslim No.367)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>8. Siwak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seandainya aku tidak khawatir
akan memberatkan orang-orang beriman (dalam hadis riwayat Zuhair, umatku),
niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali akan salat. (Shahih Muslim
No.370)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata: <br />Aku mendatangi Nabi saw. sementara ujung siwak berada
di mulut beliau. (Shahih Muslim No.373)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Hudzaifah ra., ia berkata: <br />Apabila Rasulullah saw. bangun untuk melakukan
salat tahajjud, beliau menggosok giginya dengan siwak. (Shahih Muslim
No.374)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>9. Karakter
fitrah alami</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Fitrah itu ada lima, atau ada
lima perkara yang termasuk fitrah; berkhitan; mencukur rambut kemaluan; memotong
kuku; mencabut bulu ketiak dan menggunting kumis. (Shahih Muslim No.377)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Potonglah kumis dan panjangkanlah
jenggot. (Shahih Muslim No.380)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>10. Cebok dan
adab buang air</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Dari Abu Ayyub
Al-Anshari ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila engkau ke WC, janganlah
menghadap kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar,
tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat. (Shahih Muslim No.388)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra. bahwa ia berkata: <br />Banyak orang berkata: Apabila engkau
duduk buang hajatmu, janganlah menghadap kiblat atau Baitulmakdis. Abdullah
berkata: Aku pernah naik ke loteng rumah, aku melihat Rasulullah saw. duduk
berjongkok buang hajat di atas dua buah batu dengan menghadap ke Baitulmakdis.
(Shahih Muslim No.390)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>11. Larangan
beristinja dengan tangan kanan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Abdullah bin Abu Qatadah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda:
Janganlah seorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanan saat
kencing. Jangan beristinja dengan tangan kanan. Dan janganlah bernafas dalam
wadah (minuman). (Shahih Muslim No.392)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>12. Menggunakan
tangan kanan dalam bersuci atau lainnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. suka memulai dengan yang kanan saat
bersuci, menyisir rambut dan memakai sandal. (Shahih Muslim
No.395)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>13. Beristinja
dengan air dari buang hajat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki kebun, diikuti seorang
anak muda yang membawa kendi, ia paling muda di antara kami, lalu anak muda itu
meletakkan kendinya dekat pohon bidara. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan
hajat beliau menemui kami lagi. Tadi beliau beristinja dengan air. (Shahih
Muslim No.398)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>14. Mengusap
sepasang khuf (sepatu kulit)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Jarir
bin Abdullah ra.: <br />Dari Hammam, ia berkata: Jarir pernah buang air kecil,
kemudian berwudu dan mengusap sepasang khufnya. Lalu ia ditanya: Engkau
melakukan hal itu? Dia menjawab: Ya, aku pernah melihat Rasulullah saw. buang
air kecil, kemudian berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih Muslim
No.401)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Hudzaifah ra., ia berkata: <br />Aku pernah bersama Nabi saw. tiba di suatu tempat
pembuangan sampah milik suatu kaum. Beliau kencing dengan berdiri, lalu aku
menjauh. Beliau bersabda: Mendekatlah, maka aku mendekat sampai berdiri di dekat
tumit beliau. Kemudian beliau berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih
Muslim No.402)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Mughirah bin Syu`bah ra.: <br />Dari Rasulullah saw. bahwa beliau keluar untuk
buang hajat dan Mughirah mengikutinya dengan membawa sekantung air. Setelah Nabi
selesai ia menuangkan airnya. Beliau berwudu dan mengusap kedua khuf beliau.
(Shahih Muslim No.404)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>15. Orang yang
akan wudu makruh mencelupkan tangannya yang diragukan kenajisannya ke dalam
wadah (air) sebelum dibasuh tiga kali</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah bersabda: Apabila salah seorang di
antara engkau bangun tidur, janganlah mencelupkan tangannya ke dalam bejana air
sebelum membasuhnya tiga kali, karena ia tidak tahu dimanakah tangannya
menginap. (Shahih Muslim No.416)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>16. Hukum
jilatan anjing</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. bersabda: Apabila anjing minum
(dengan ujung lidahnya) dalam wadah milik salah seorang di antara kalian,
hendaklah ia membuang airnya kemudian membasuh wadah itu tujuh kali. (Shahih
Muslim No.418)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>17. Larangan
kencing pada air tergenang</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau bersabda: Janganlah salah seorang di
antara kalian kencing dalam air yang diam tergenang lalu mandi dengan air
tersebut. (Shahih Muslim No.424)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>18. Wajib
membasuh air kencing dan najis-najis lain yang ada di mesjid dan bahwa tanah
dapat disucikan dengan air tanpa harus menggalinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Anas
ra.: <br />Bahwa seorang badui kencing di mesjid, lalu sebagian sahabat
menghampirinya. Rasulullah saw. bersabda: Biarkan, jangan engkau hentikan. Anas
berkata: Ketika orang itu telah selesai, Nabi saw. meminta seember air, lalu
menyiramkannya pada tempat kencing itu. (Shahih Muslim No.427)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>19. Hukum air
kencing bayi yang masih menyusu dan cara membasuhnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah istri Nabi ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah didatangi orang-orang yang
membawa beberapa bayi, kemudian beliau mendoakan dan menyuapi mereka. Lalu
seorang anak kencing dan mengenai beliau. Lantas beliau meminta air dan
menuangkannya pada air kencing tadi dan tidak mencucinya. (Shahih Muslim
No.430)</div>
</li>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ummu
Qais binti Mihshan ra.: <br />Bahwa ia datang kepada Rasulullah saw. dengan
membawa putranya yang belum pernah makan makanan, kemudian meletakkannya di
pangkuan beliau, lalu bayi tersebut kencing. Beliau hanya menyiramnya dengan
air. (Shahih Muslim No.432)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>20. Hukum mani
(sperma)</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat
Aisyah ra.: <br />Dari Alqamah bahwa seseorang datang kepada Aisyah, kemudian
Aisyah berkata: Seandainya engkau melihat mani, maka engkau cukup mencuci
tempatnya saja, kalau engkau tidak melihatnya, engkau siram air di sekitarnya.
Aku pernah mengerik mani pada pakaian Rasulullah saw. dengan sekali kerik,
kemudian beliau memakainya untuk salat. (Shahih Muslim No.434)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>21. Najisnya
darah dan cara membasuhnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Asma
ra., ia berkata: <br />Seorang wanita datang kepada Nabi saw., ia berkata: Salah
seorang di antara kami, pakaiannya terkena darah haid. Apa yang harus
dilakukannya? Beliau bersabda: Mengerik darah itu, lalu menggosoknya dengan air,
kemudian dibasuh. Setelah itu ia boleh salat dengan pakaian tersebut. (Shahih
Muslim No.438)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b>22. Dalil
najisnya air kencing dan kewajiban membersihkannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw. pernah melewati dua buah kuburan,
lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayit ini sedang disiksa, namun
bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dahulu suka mengadu domba,
sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air
kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi
dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan dan yang
satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat
meringankan siksanya, selama belum kering. (Shahih Muslim No.439)</div>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
sumber:<a href="http://hadith.al-islam.com/bayan/Tree.asp?Lang=IND">http://hadith.al-islam.com/bayan/Tree.asp?Lang=IND</a> </div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-27610762649946469562012-05-26T21:16:00.001-07:002012-05-26T21:16:26.036-07:00Iman, Islam, ihsan dan kewajiban beriman kepada takdir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
<b><br /></b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Pada suatu
hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang
laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw.
menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu
bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw. menjawab:
Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa
pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan
Ramadan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?
Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu
melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu?
Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih
tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya; Apabila
budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya.
Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di
antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan
gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh
Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala: Sesungguhnya Allah,
hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian orang itu berlalu, maka
Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak
memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda:
Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka.
(Shahih Muslim No.10) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>2. Salat lima waktu adalah salah satu rukun Islam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Thalhah bin Ubaidillah ra., ia berkata:
<br />Seseorang dari penduduk Najed yang kusut rambutnya datang menemui Rasulullah
saw. Kami mendengar gaung suaranya, tetapi kami tidak paham apa yang
dikatakannya sampai ia mendekati Rasulullah saw. dan bertanya tentang Islam.
Lalu Rasulullah saw. bersabda: (Islam itu adalah) salat lima kali dalam sehari
semalam. Orang itu bertanya: Adakah salat lain yang wajib atasku? Rasulullah
saw. menjawab: Tidak ada, kecuali jika engkau ingin melakukan salat sunat.
Kemudian Rasulullah bersabda: (Islam itu juga) puasa pada bulan Ramadan. Orang
itu bertanya: Adakah puasa lain yang wajib atasku? Rasulullah saw. menjawab:
Tidak, kecuali jika engkau ingin melakukan puasa sunat. Lalu Rasulullah saw.
melanjutkan: (Islam itu juga) zakat fitrah. Orang itu pun bertanya: Adakah zakat
lain yang wajib atasku? Rasulullah saw. menjawab: Tidak, kecuali jika engkau
ingin bersedekah. Kemudian lelaki itu berlalu seraya berkata: Demi Allah, aku
tidak akan menambahkan kewajiban ini dan tidak akan menguranginya. Mendengar
itu, Rasulullah saw. bersabda: Ia orang yang beruntung jika benar apa yang
diucapkannya. (Shahih Muslim No.12) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>3. Pertanyaan tentang rukun Islam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />Kami dilarang
bertanya kepada Rasulullah saw. tentang sesuatu. Yang mengherankan kami bahwa
seorang badui yang beradab mengajukan pertanyaan kepada beliau dan kami
mendengarkan. Suatu hari datang seorang badui, lalu berkata: Wahai Muhammad,
utusanmu telah datang kepada kami, ia mengatakan bahwa engkau menyatakan bahwa
Allah telah mengutusmu. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu bertanya:
Kalau begitu, siapakah yang menciptakan langit? Rasulullah saw. menjawab: Allah.
Orang itu bertanya: Siapakah yang menciptakan bumi? Rasulullah saw. menjawab:
Allah. Orang itu bertanya: Siapakah yang menegakkan gunung-gunung ini dan
menjadikan sebagaimana adanya? Rasulullah saw. menjawab: Allah. Orang itu
berkata: Demi Zat yang telah menciptakan langit, menciptakan bumi dan menegakkan
gunung bahwa Allah-lah yang mengutusmu? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Orang itu
berkata: Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib mengerjakan salat lima waktu dalam
sehari semalam. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu berkata: Demi Zat
yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah saw. menjawab:
Benar. Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan, bahwa kami wajib mengeluarkan
zakat harta kami. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Demi Zat
yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah saw. menjawab:
Ya. Orang itu berkata: Utusanmu juga mengatakan bahwa kami diwajibkan puasa pada
bulan Ramadan. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Demi Zat
yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah saw. menjawab:
Ya. Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan pula bahwa kami wajib menunaikan
ibadah haji ke Baitullah, jika mampu. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Kemudian
orang itu pergi, seraya berkata: Demi Zat yang mengutusmu dengan membawa
kebenaran, aku tidak akan menambahkan atau mengurangi semua apa yang telah
engkau terangkan. Mendengar itu, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya jika
benar apa yang diucapkan, ia akan masuk surga. (Shahih Muslim No.13)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>4. Iman menyebabkan masuk surga dan barang siapa menjalankan
apa yang diperintahkan, niscaya ia akan masuk surga</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Ayyub Al-Anshari ra.: <br />Bahwa Seorang badui
menawarkan diri kepada Rasulullah saw. dalam perjalanan untuk memegang tali
kekang unta beliau. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah atau Ya
Muhammad, beritahukan kepadaku apa yang dapat mendekatkanku kepada surga dan
menjauhkanku dari neraka. Nabi saw. tidak segera menjawab. Beliau memandang para
sahabat, seraya bersabda: Ia benar-benar mendapat petunjuk. Kemudian beliau
bertanya kepada orang tersebut: Apa yang engkau tanyakan? Orang itu pun
mengulangi perkataannya. Lalu Nabi saw. bersabda: Engkau beribadah kepada Allah,
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, menunaikan zakat dan
menyambung tali persaudaraan. Sekarang, tinggalkanlah unta itu. (Shahih Muslim
No.14) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa seorang badui datang
menemui Rasulullah saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku
suatu perbuatan yang apabila aku lakukan, aku akan masuk surga. Rasulullah saw.
bersabda: Engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu,
mendirikan salat fardu, membayar zakat dan puasa Ramadan. Orang itu berkata:
Demi Zat yang menguasai diriku, aku tidak akan menambah sedikit pun dan tidak
akan menguranginya. Ketika orang itu pergi, Nabi saw. bersabda: Barang siapa
yang senang melihat seorang ahli surga, maka lihatlah orang ini. (Shahih Muslim
No.16) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>5. Rukun Islam dan pilar-pilarnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
bersabda: Islam dibangun di atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan
salat, membayar zakat, puasa Ramadan dan menunaikan haji. (Shahih Muslim No.19)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>6. Perintah beriman kepada Allah dan rasul-Nya, hukum-hukum
agama, seruan, bertanya, memeliharanya dan menyampaikannya kepada orang
lain</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />Rombongan utusan
Abdul Qais datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, kami
berasal dari dusun Rabiah. Antara kami dan engkau, terhalang oleh orang kafir
Bani Mudhar. Karena itu, kami tidak dapat datang kepadamu kecuali pada
bulan-bulan Haram (yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab). Karena itu,
perintahkanlah kami dengan sesuatu yang dapat kami kerjakan dan kami serukan
kepada orang-orang di belakang kami. Rasulullah saw. bersabda: Aku memerintahkan
kepada kalian empat hal dan melarang kalian dari empat hal. (Perintah itu ialah)
beriman kepada Allah kemudian beliau menerangkannya. Beliau bersabda: Bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan salat, membayar zakat dan memberikan seperlima harta rampasan perang
kalian. Dan aku melarang kalian dari arak dubba' (arak yang disimpan dalam
batok), arak hantam (arak yang disimpan dalam kendi yang terbuat dari tanah,
rambut dan darah), arak naqier (arak yang disimpan dalam kendi terbuat dari
batang pohon) dan arak muqayyar (arak yang disimpan dalam potongan tanduk).
(Shahih Muslim No.23) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>7. Ajakan kepada dua kalimat syahadat dan syariat-syariat
Islam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Muaz ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
mengutusku, beliau bersabda: Engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab.
Karena itu, ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Jika mereka taat, maka beritahukanlah
kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka salat lima waktu dalam sehari
semalam. Kalau mereka taat, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan mereka membayar zakat, yang diambil dari orang kaya di antara mereka
dan diberikan kepada orang miskin di antara mereka. Jika mereka taat, maka
waspadalah terhadap harta pilihan mereka. Dan takutlah engkau dari doa orang
yang dizalimi, karena doa itu tidak ada sekat dengan Allah Taala. (Shahih Muslim
No.27) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>8. Perintah memerangi manusia hingga mereka mengucap "laa
ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah", mendirikan salat, mengeluarkan zakat
dan beriman kepada semua yang dibawa oleh Rasulullah saw. siapa melakukan semua
itu, maka akan terpelihara diri dan hartanya kecuali dengan alasan yang benar,
memerangi orang yang enggan mengeluarkan zakat atau enggan menunaikan hak-hak
Islam yang lain dan kepedulian imam terhadap syiar-syiar Islam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Ketika
Rasulullah saw. wafat dan kekhalifahan digantikan oleh Abu Bakar, sebagian
masyarakat Arab kembali kepada kekufuran. (Ketika Abu Bakar ingin memerangi
mereka), Umar bin Khathab berkata kepada Abu Bakar: Kenapa engkau memerangi
manusia (orang-orang murtad), bukankah Rasulullah saw. telah bersabda: Aku
diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha
illallah. Barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah berarti harta dan
dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya
terserah pada Allah. Abu Bakar menanggapi: Demi Allah, aku akan perangi orang
yang membedakan antara salat dan zakat. Karena zakat adalah hak harta. Demi
Allah, seandainya mereka enggan memberikan zakat binatang ternak kepadaku yang
sebelumnya mereka bayar kepada Rasulullah saw., niscaya aku akan perangi mereka
karena tidak membayar zakat binatang ternak. (Shahih Muslim No.29) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa
ilaaha illallah, barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah, maka harta
dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan
perhitungannya (terserah) pada Allah. (Shahih Muslim No.30) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />Rasulullah
saw. bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw. adalah utusan Allah, mendirikan
salat dan mengeluarkan zakat. Barang siapa melaksanakannya berarti ia telah
melindungi diri dan hartanya dariku kecuali dengan sebab syara, sedang
perhitungannya (terserah) pada Allah Taala. (Shahih Muslim No.33) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>9. Dalil keabsahan Islam seseorang menjelang kematian, asal
belum sekarat, membatalkan dibolehkannya istigfar untuk orang-orang musyrik dan
dalil bahwa orang yang mati dalam keadaan musyrik termasuk penghuni neraka
jahim, tak dapat dibebaskan dengan perantaraan apa pun</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Musayyab bin Hazn ra., ia berkata: <br />Ketika Abu
Thalib menjelang kematian, Rasulullah saw. datang menemuinya. Ternyata di sana
sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah
saw. berkata: Wahai pamanku, ucapkanlah: Laa ilaaha illallah, ucapan yang dapat
kujadikan saksi terhadapmu di sisi Allah. Tetapi Abu Jahal dan Abdullah bin Abu
Umayyah berkata: Hai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?
Rasulullah saw. terus-menerus menawarkan kalimat tersebut dan mengulang-ulang
ucapan itu kepada Abu Thalib, sampai ia mengatakan ucapan terakhir kepada
mereka, bahwa ia tetap pada agama Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan: Laa
ilaaha illallah. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sungguh, demi Allah, aku pasti
akan memintakan ampunan buatmu, selama aku tidak dilarang melakukan hal itu
untukmu. Kemudian Allah Taala menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi
Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat
mereka, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni
neraka jahim. Dan mengenai Abu Thalib, Allah Taala menurunkan firman-Nya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Shahih Muslim
No.35) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>10. Dalil yang menunjukkan bahwa orang yang mati dalam
keadaan menetapi tauhid, niscaya akan masuk surga</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ubadah bin Shamit ra., ia berkata: <br />Rasulullah
saw. bersabda: Barang siapa mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya dan bersaksi bahwa Nabi Isa as. adalah hamba Allah dan anak
hamba-Nya, serta kalimat-Nya yang dibacakan kepada Maryam dan dengan tiupan
roh-Nya, bahwa surga itu benar dan bahwa neraka itu benar, maka Allah akan
memasukkannya melalui pintu dari delapan pintu surga mana saja yang ia inginkan.
(Shahih Muslim No.41) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Muaz bin Jabal ra., ia berkata: <br />Aku pernah
membonceng Nabi saw, yang memisahkan antara aku dan beliau hanyalah bagian
belakang pelana. Beliau bersabda: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, Wahai
utusan Allah, aku siap menerima perintah. Kemudian berjalan sejenak, kemudian
beliau bersabda lagi: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, wahai utusan Allah,
aku siap menerima perintah. Kemudian berjalan sejenak, kemudian beliau kembali
memanggil: Hai Muaz bin Jabal. Aku pun menyahut: Wahai utusan Allah, aku siap
menerima perintah. Beliau bersabda: Tahukah engkau, apa hak Allah atas para
hamba? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Hak Allah
atas para hamba, yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu. Setelah berjalan sesaat, beliau memanggil lagi: Hai Muaz bin
Jabal Aku menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah.
Rasulullah saw. bertanya: Tahukah engkau apa hak hamba atas Allah, bila mereka
telah memenuhi hak Allah? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.
Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan menyiksa mereka. (Shahih Muslim
No.43) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah
saw. dan Muaz bin Jabal berboncengan di atas tunggangan. Rasulullah saw.
bersabda: Hai Muaz. Muaz menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima
perintah. Rasulullah saw. memanggil lagi: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai
utusan Allah, aku siap menerima perintah. Sekali lagi Rasulullah saw. memanggil:
Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah.
Rasulullah saw. bersabda: Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka Allah mengharamkan
api neraka atasnya. Muaz berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan
hal ini kepada orang banyak agar mereka merasa senang? Rasulullah saw. bersabda:
Kalau engkau kabarkan, mereka akan menjadikannya sebagai andalan. (Shahih Muslim
No.47) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Itban bin Malik ra.: <br />Dari Mahmud bin Rabi` ia
berkata: Aku datang ke Madinah dan bertemu Itban. Dan aku berkata: Aku mendengar
cerita tentang engkau. Itban berkata: Mataku terkena suatu penyakit. Lalu aku
menyuruh orang menghadap Rasulullah saw. untuk mengatakan kepada beliau bahwa
aku ingin engkau (Rasulullah saw.) datang dan mengerjakan salat di rumahku,
sehingga aku dapat menjadikannya sebagai mushalla. Nabi pun datang bersama
beberapa orang sahabat beliau. Beliau masuk dan mengerjakan salat di rumahku.
Sementara itu para sahabat saling berbincang di antara mereka. Mereka umumnya
sedang membicarakan Malik bin Dukhsyum (artinya, mereka membicarakan sikap
orang-orang munafik yang buruk, di antaranya Malik). Mereka ingin Rasulullah
saw. berdoa agar Malik mendapat celaka. Mereka ingin ia tertimpa malapetaka.
Ketika Rasulullah saw. selesai salat, beliau bertanya: Bukankah ia bersaksi:
Bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah? Para sahabat
menjawab: Memang benar ia mengucapkan itu, tetapi itu tidak ada dalam hatinya.
Rasulullah saw. bersabda: Seseorang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan bahwa aku adalah utusan Allah, tidak akan masuk neraka atau dimakan api
neraka. (Shahih Muslim No.48) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>11. Menerangkan jumlah cabang iman, yang paling tinggi dan
yang paling rendah, keutamaan malu dan bahwa malu termasuk iman</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih. Dan malu adalah salah satu
cabang iman. (Shahih Muslim No.50) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
mendengar seseorang menasehati saudaranya dalam hal malu, lalu Nabi saw.
bersabda: Malu adalah bagian dari iman. (Shahih Muslim No.52) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Imran bin Husaini ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
pernah bersabda: Malu itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan. (Shahih
Muslim No.53) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>12. Menerangkan keutamaan Islam dan ajarannya yang paling
utama</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata: <br />Seseorang
bertanya kepada Rasulullah saw. Islam manakah yang paling baik? Rasulullah saw.
bersabda: Memberikan makanan, mengucap salam kepada orang yang engkau kenal dan
yang tidak engkau kenal. (Shahih Muslim No.56) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:
<br />Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw: Orang Islam manakah yang paling
baik? Rasulullah menjawab: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan
tangannya. (Shahih Muslim No.57) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: <br />Aku pernah
bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah saw.
bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (Shahih
Muslim No.59) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>13. Menerangkan sikap-sikap yang mendatangkan manisnya
iman</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas ra., ia berkata: <br />Nabi saw. bersabda: Ada
tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya
iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain,
mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran
(setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam
neraka. (Shahih Muslim No.60) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>14. Wajib lebih mencintai rasulullah saw. dari keluarga,
anak, orang-tua dan semua manusia, serta memastikan bahwa seseorang yang tidak
memiliki cinta semacam ini berarti tidak ada iman dalam dirinya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
bersabda: Seorang hamba (dalam hadis Abdul Warits, seorang laki-laki) tidak
beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua
orang. (Shahih Muslim No.62) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>15. Dalil sebagian dari iman adalah cinta seseorang kepada
sesama muslim seperti ia mencintai dirinya sendiri</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
bersabda: Salah satu di antara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai
saudaranya (atau beliau bersabda: tetangganya) seperti mencintai diri sendiri.
(Shahih Muslim No.64) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>16. Sunat memuliakan tetangga dan tamu, berdiam diri kecuali
untuk kebaikan, menerangkan bahwa semua itu termasuk iman</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah
ia berbicara yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.
(Shahih Muslim No.67) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Syuraikh Al-Khuza'i ra., ia berkata: <br />Nabi
saw. bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau
diam. (Shahih Muslim No.69) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>17. Mencegah kemungkaran itu termasuk iman, bahwa iman dapat
bertambah atau berkurang, bahwa memerintahkan yang makruf (kebaikan) dan
melarang kemungkaran itu wajib</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: <br />Dari Thariq bin
Syihab ra. ia berkata: Orang yang pertama berkhutbah pada hari raya sebelum
salat Ied adalah Marwan. Ada seseorang yang berdiri mengatakan: Salat Ied itu
sebelum khutbah. Marwan menjawab: Telah ditinggalkan apa yang ada di sana. Abu
Said berkata: Orang ini benar-benar telah melaksanakan kewajibannya. Aku pernah
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian melihat
kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu
dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup,
maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman. (Shahih Muslim No.70)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>18. Kelebihan orang beriman dan keunggulan penduduk
Yaman</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Masud ra., ia berkata: <br />Nabi saw. pernah
memberi isyarat dengan tangan ke arah Yaman, seraya bersabda: Ingatlah,
sesungguhnya iman ada di sana, sedangkan kekerasan dan kekasaran hati ada pada
orang-orang yang bersuara keras di dekat pangkal ekor unta ketika muncul
sepasang tanduk setan, yaitu pada golongan Rabiah dan Bani Mudhar. (Shahih
Muslim No.72) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Penduduk Yaman datang. Mereka lebih halus hatinya. Iman ada pada orang
Yaman, fikih ada pada orang Yaman dan Hikmah ada pada orang Yaman. (Shahih
Muslim No.73) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>19. Menjelaskan bahwa agama adalah nasehat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Jarir bin Abdullah ra., ia berkata: <br />Aku
berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk selalu mendirikan salat, memberikan zakat
dan memberi nasehat baik kepada setiap muslim. (Shahih Muslim No.83)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>20. Menerangkan kurangnya iman sebab maksiat dan kekosongan
iman pelakunya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada
pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak
di saat meminum dalam keadaan beriman. (Shahih Muslim No.86) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>21. Menjelaskan tanda-tanda munafik</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata: <br />Rasulullah
saw. pernah bersabda: Ada empat sifat yang bila dimiliki maka pemiliknya adalah
munafik murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satu di antara empat
tersebut, itu berarti ia telah menyimpan satu tabiat munafik sampai ia
tinggalkan. Apabila berbicara ia berbohong, apabila bersepakat ia berkhianat,
apabila berjanji ia mengingkari dan apabila bertikai ia berbuat curang. (Shahih
Muslim No.88) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Ada tiga tanda orang munafik; apabila berbicara ia berbohong, apabila
berjanji ia mengingkari dan apabila dipercaya ia berkhianat.<br />(Shahih Muslim
No.89) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>22. Menerangkan keadaan iman seseorang yang mengatakan
kepada sesama muslim: Hai, kafir!</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
bersabda: Apabila seseorang mengafirkan temannya, maka ucapan (yang mengafirkan)
itu benar-benar kembali kepada salah seorang di antara keduanya (yang mengatakan
atau yang dikatakan). (Shahih Muslim No.91) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>23. Menjelaskan iman orang yang membenci ayahnya, padahal
ia tahu bahwa orang tersebut adalah ayah kandungnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Zar ra.: <br />Bahwa Ia mendengar Rasulullah
saw. bersabda: Setiap orang yang mengaku keturunan dari selain ayahnya sendiri,
padahal ia mengetahuinya, pastilah ia kafir (artinya mengingkari nikmat dan
kebaikan, tidak memenuhi hak Allah dan hak ayahnya). Barang siapa yang mengakui
sesuatu bukan miliknya, maka ia tidak termasuk golongan kami dan hendaknya ia
mempersiapkan tempatnya di neraka. Barang siapa yang memanggil seseorang dengan
kata kafir atau mengatakan musuh Allah, padahal sebenarnya tidak demikian, maka
tuduhan itu akan kembali pada dirinya. (Shahih Muslim No.93) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian. Barang siapa yang membenci
ayahnya berarti ia kafir. (Shahih Muslim No.94) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Saad bin Abu Waqqash ra., ia berkata: <br />Kedua
telingaku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang mengakui
seseorang dalam Islam sebagai ayah, sedangkan ia tahu bahwa itu bukan ayahnya,
maka diharamkan baginya surga. (Shahih Muslim No.95) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>24. Menjelaskan sabda Nabi saw. bahwa mencaci-maki orang
Islam adalah fasik dan memeranginya adalah kafir</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. bersabda: Mencaci-maki orang Islam adalah kefasikan dan
memeranginya adalah kekafiran. (Shahih Muslim No.97) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>25. Menjelaskan makna sabda Nabi saw.: Janganlah kalian
kembali menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian membunuh sebagian yang
lain</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Jarir ra., ia berkata: <br />Ketika haji wada, Nabi
saw. bersabda kepadaku: Suruhlah orang-orang diam. Setelah orang-orang diam,
beliau bersabda: Janganlah sesudah kutinggalkan, kalian kembali menjadi
orang-orang kafir, di mana sebagian membunuh sebagian yang lain. (Shahih Muslim
No.98) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>26. Menerangkan kekafiran orang yang mengatakan: Kita diberi
hujan oleh bintang tertentu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Zaid bin Khalid Al-Juhaini ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. melakukan salat bersama kami di Hudaibiyah, sesudah hujan
turun semalam. Seusai salat, beliau mendatangi para sahabatnya, lalu bersabda:
Tahukah kalian apa yang telah difirmankan Tuhan kalian? Para sahabat menjawab:
Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau bersabda: Allah berfirman: Di antara
hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir di pagi ini. Orang
yang berkata: Kita diturunkan hujan karena anugerah dan rahmat Allah, maka orang
itu beriman kepada-Ku dan mengingkari bintang-bintang. Sebaliknya orang yang
berkata: Kita diturunkan hujan oleh bintang ini atau bintang itu, maka orang
tersebut kafir terhadap-Ku dan beriman kepada bintang-bintang. (Shahih Muslim
No.104) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>27. Dalil yang menunjukkan bahwa mencintai sahabat Ansar
termasuk iman dan tanda-tandanya, sedangkan membenci mereka termasuk tanda
kemunafikan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />Rasulullah
saw. bersabda: Tanda kemunafikan adalah membenci sahabat Ansar dan tanda
keimanan adalah mencintai sahabat Ansar. (Shahih Muslim No.108) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Barra' ra., ia berkata: <br />Nabi saw. bersabda
tentang kaum Ansar: Yang mencintai mereka hanyalah orang yang beriman dan yang
membenci mereka hanyalah orang munafik. Barang siapa yang mencintai mereka, maka
Allah mencintainya. Dan Barang siapa yang membenci mereka, maka Allah
membencinya. (Shahih Muslim No.110) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>28. Menjelaskan berkurangnya iman disebabkan oleh kurang
taat dan menjelaskan ucapan kata kufur dengan arti bukan kufur kepada Allah,
seperti kufur kepada nikmat dan hak</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.: <br />Dari Rasulullah saw.
beliau bersabda: Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah
istigfar (memohon ampun). Karena aku melihat kalian lebih banyak menjadi
penghuni neraka. Seorang wanita yang cerdik di antara mereka bertanya: Wahai
Rasulullah, kenapa kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni neraka?
Rasulullah saw. menjawab: Kalian banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami.
Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari
kalian. Wanita itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan
agama itu? Rasulullah saw. menjawab: Yang dimaksud dengan kurang pada akal
adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi laki-laki. Ini
adalah kekurangan akal. Wanita menghabisi waktu malamnya tanpa mengerjakan salat
dan tidak puasa di bulan Ramadan (karena haid), ini adalah kekurangan pada
agama. (Shahih Muslim No.114) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>29. Menerangkan bahwa iman kepada Allah Taala merupakan amal
paling utama</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
pernah ditanya: Apakah amal yang paling utama? Beliau menjawab Iman kepada
Allah. Orang bertanya lagi: Kemudian apa? Rasulullah saw. menjawab:Berjuang di
jalan Allah. Kembali ia bertanya: Kemudian apa? Rasulullah saw. menjawab: Haji
mabrur (haji yang diterima). (Shahih Muslim No.118) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Zar ra., ia berkata: <br />Aku pernah bertanya
kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama? Rasulullah
saw. bersabda: Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya. Aku bertanya: Budak
manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Yang paling baik menurut
pemiliknya dan paling tinggi harganya. Aku tanya lagi: Bagaimana jika aku tidak
bekerja? Rasulullah saw. bersabda: Engkau dapat membantu orang yang bekerja atau
bekerja untuk orang yang tidak memiliki pekerjaan. Aku bertanya: Wahai
Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tidak mampu melakukan sebagian amal.
Rasulullah saw. bersabda: Engkau dapat mengekang kejahatanmu terhadap orang
lain. Karena, hal itu merupakan sedekah darimu kepada dirimu. (Shahih Muslim
No.119) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />Aku
pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Pekerjaan manakah yang paling utama?
Beliau menjawab: Salat pada waktunya. Aku bertanya lagi, Kemudian apa? Beliau
menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Kembali aku bertanya: Kemudian apa?
Beliau menjawab: Berjuang di jalan Allah. Aku tidak bertanya lagi kepada beliau
untuk menjaga perasaan beliau. (Shahih Muslim No.120) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>30. Menyekutukan Allah adalah dosa paling besar dan
menjelaskan dosa besar lainnya setelah itu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah ra., ia berkata: <br />Aku bertanya kepada
Rasulullah saw: Dosa apakah yang paling besar menurut Allah? Rasulullah saw.
bersabda: Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu.
Aku berkata: Sungguh, dosa demikian memang besar. Kemudian apa lagi? Beliau
menjawab: Engkau membunuh anakmu karena takut miskin. Aku tanya lagi: Kemudian
apa? Rasulullah saw. menjawab: Engkau berzina dengan istri tetanggamu. (Shahih
Muslim No.124) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>31. Menerangkan dosa-dosa besar dan yang paling
besar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdurrahman bin Abu Bakrah ra., ia berkata:
<br />Kami sedang berada di dekat Rasulullah saw. ketika beliau bersabda: Tidak
inginkah kalian kuberitahu tentang dosa-dosa besar yang paling besar? (beliau
mengulangi pertanyaan itu tiga kali) yaitu; menyekutukan Allah, mendurhakai
kedua orang tua dan persaksian palsu. Semula Rasulullah saw. bersandar, lalu
duduk. Beliau terus mengulangi sabdanya itu, sehingga kami membatin:
Mudah-mudahan beliau diam. (Shahih Muslim No.126) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas ra.: <br />Dari Nabi saw. tentang dosa-dosa
besar, beliau bersabda: Menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua,
membunuh manusia dan persaksian palsu. (Shahih Muslim No.127) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Jauhilah tujuh hal yang merusak. Ada yang bertanya: Ya Rasulullah, apa
tujuh hal itu? Rasulullah saw. bersabda: Menyekutukan Allah, sihir, membunuh
jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, makan harta anak
yatim, makan riba, lari dari medan pertempuran dan menuduh berzina wanita-wanita
yang terjaga (dari berzina) yang lalai dan beriman. (Shahih Muslim No.129) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. bersabda: Di antara dosa-dosa besar, yaitu memaki kedua
orang tua. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang dapat
memaki kedua orang tuanya? Rasulullah saw. menjawab: Dia memaki bapak orang
lain, lalu orang lain itu memaki bapaknya. Dia memaki ibu orang lain, lalu orang
lain itu memaki ibunya. (Shahih Muslim No.130) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>32. Siapa yang meninggal tanpa menyekutukan Allah dengan
sesuatu, maka ia masuk surga dan siapa yang meninggal dalam kemusyrikan, maka ia
masuk neraka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang meninggal dalam keadaan menyekutukan
Allah dengan sesuatu, maka ia masuk neraka. Dan aku (Abdullah) sendiri berkata:
Siapa yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan apa pun,
niscaya ia masuk surga. (Shahih Muslim No.134) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Zar ra., ia berkata: <br />Nabi saw. bersabda:
Jibril as. mendatangiku dengan membawa kabar gembira bahwa barang siapa di
antara umatmu meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu,
maka ia masuk surga. Aku (Abu Dzar) bertanya: Meskipun ia berzina dan mencuri?
Nabi menjawab: Meskipun ia berzina dan mencuri. (Shahih Muslim No.137)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>33. Larangan membunuh orang kafir yang telah mengucapkan:
Laa ilaaha illallah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Miqdad bin Aswad ra., ia berkata: <br />Wahai
Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia
menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus.
Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan
diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan
itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai
Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah
memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab:
Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau
seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia
mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata: <br />Rasulullah
saw. mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di
daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan:
Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas
dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi saw. Rasulullah saw. bertanya:
Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya? Aku
menjawab: Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang.
Rasulullah saw. bersabda: Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau
tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak? Beliau terus mengulangi
perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam
pada hari itu. Saad berkata: Demi Allah, aku tidak membunuh seorang muslim,
hingga dibunuh Dzul Buthain, Usamah. Seseorang berkata: Bukankah Allah telah
berfirman: Dan perangilah mereka, agar tidak ada fitnah dan agar agama itu
semata-mata untuk Allah. Saad berkata: Kami telah berperang, agar tidak ada
fitnah. Sedangkan engkau dan pengikut-pengikutmu ingin berperang, agar timbul
fitnah. (Shahih Muslim No.140) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>34. Sabda Nabi saw: Barang siapa yang menghunus pedang
kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari
golongan kami. (Shahih Muslim No.143) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Musa ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda:
Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami.
(Shahih Muslim No.145) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>35. Haram menampar pipi, merobek baju, dan berdoa dengan doa
orang Jahiliyah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk golongan kami, orang yang menampar
pipi (ketika tertimpa musibah), merobek-robek baju atau berdoa dengan doa
Jahiliyah (meratapi kematian mayit seraya mengharap-harap celaka). (Shahih
Muslim No.148) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>36. Menerangkan sangat diharamkan menghasut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang suka menghasut.
(Shahih Muslim No.151) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>37. Menerangkan haram menjuraikan kain, mengungkit-ungkit
pemberian dan melariskan dagangan dengan bersumpah, menerangkan tiga orang yang
tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak pula dipandang atau
disucikan dan mereka mendapatkan siksa pedih</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Ada tiga orang yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara
oleh Allah, tidak dipandang, tidak disucikan dan mereka mendapatkan siksa yang
pedih, yaitu; orang yang mempunyai kelebihan air di gurun sahara tetapi tidak
mau memberikannya kepada musafir; orang yang membuat perjanjian dengan orang
lain untuk menjual barang dagangan sesudah Asar; ia bersumpah demi Allah bahwa
telah mengambil (membeli) barang itu dengan harga sekian dan orang lain tersebut
mempercayainya, padahal sebenarnya tidak demikian; orang yang berbaiat kepada
pemimpin untuk kepentingan dunia. Jika sang pemimpin memberikan keuntungan
duniawi kepadanya, ia penuhi janjinya, tapi bila tidak, maka ia tidak penuhi
janjinya. (Shahih Muslim No.157) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>38. Kerasnya larangan bunuh diri. Orang yang bunuh diri
dengan suatu alat, akan disiksa dengan alat tersebut dalam neraka dan tidak akan
masuk surga kecuali jiwa yang pasrah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Barang siapa yang bunuh diri dengan benda tajam, maka benda tajam itu
akan dipegangnya untuk menikam perutnya di neraka Jahanam. Hal itu akan
berlangsung terus selamanya. Barang siapa yang minum racun sampai mati, maka ia
akan meminumnya pelan-pelan di neraka Jahanam selama-lamanya. Barang siapa yang
menjatuhkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka ia akan jatuh di neraka
Jahanam selama-lamanya. (Shahih Muslim No.158) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Tsabit bin Dhahhak ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Barang siapa yang bersumpah dengan agama selain Islam secara dusta,
maka ia seperti apa yang ia ucapkan. Barang siapa yang bunuh diri dengan
sesuatu, maka ia akan disiksa dengan sesuatu itu pada hari kiamat. Seseorang
tidak boleh bernazar dengan sesuatu yang tidak ia miliki. (Shahih Muslim No.159)
</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Aku ikut
Rasulullah saw. dalam perang Hunain. Kepada seseorang yang diakui keIslamannya
beliau bersabda: Orang ini termasuk ahli neraka. Ketika kami telah memasuki
peperangan, orang tersebut berperang dengan garang dan penuh semangat, kemudian
ia terluka. Ada yang melapor kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, orang
yang baru saja engkau katakan sebagai ahli neraka, ternyata pada hari ini
berperang dengan garang dan sudah meninggal dunia. Nabi saw. bersabda: Ia pergi
ke neraka. Sebagian kaum muslimin merasa ragu. Pada saat itulah datang seseorang
melapor bahwa ia tidak mati, tetapi mengalami luka parah. Pada malam harinya,
orang itu tidak tahan menahan sakit lukanya, maka ia bunuh diri. Hal itu
dikabarkan kepada Nabi saw. Beliau bersabda: Allah Maha besar, aku bersaksi
bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Kemudian beliau memerintahkan Bilal
untuk memanggil para sahabat: Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa
yang pasrah. Dan sesungguhnya Allah mengukuhkan agama ini dengan orang yang
jahat. (Shahih Muslim No.162) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Sahal bin Saad As-Saidi ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. bertemu dengan orang-orang musyrik dan terjadilah
peperangan, dengan dukungan pasukan masing-masing. Seseorang di antara sahabat
Rasulullah saw. tidak membiarkan musuh bersembunyi, tapi ia mengejarnya dan
membunuhnya dengan pedang. Para sahabat berkata: Pada hari ini, tidak seorang
pun di antara kita yang memuaskan seperti yang dilakukan oleh si fulan itu.
Mendengar itu, Rasulullah saw. bersabda: Ingatlah, si fulan itu termasuk ahli
neraka. Salah seorang sahabat berkata: Aku akan selalu mengikutinya. Lalu orang
itu keluar bersama orang yang disebut Rasulullah saw. sebagai ahli neraka.
Kemana pun ia pergi, orang itu selalu menyertainya. Kemudian ia terluka parah
dan ingin mempercepat kematiannya dengan cara meletakkan pedangnya di tanah,
sedangkan ujung pedang berada di dadanya, lalu badannya ditekan pada pedang
hingga meninggal. Orang yang selalu mengikuti datang kepada Rasulullah saw. dan
berkata: Aku bersaksi bahwa engkau memang utusan Allah. Rasulullah saw.
bertanya: Ada apa ini? Orang itu menjawab: Orang yang engkau sebut sebagai ahli
neraka, orang-orang menganggap besar (anggapan itu), maka aku menyediakan diri
untuk mengikutinya, lalu aku mencarinya dan aku dapati ia terluka parah, ia
berusaha mempercepat kematian dengan meletakkan pedangnya di tanah, sedangkan
ujung pedang berada di dadanya, kemudian ia menekan badannya hingga meninggal.
Pada saat itulah Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya ada orang yang melakukan
perbuatan ahli surga, seperti yang tampak pada banyak orang, padahal sebenarnya
ia ahli neraka. Dan ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka, seperti yang
tampak pada banyak orang, padahal ia termasuk ahli surga. (Shahih Muslim No.163)
</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Jundab ra., ia berkata: <br />Rasulullah bersabda:
Ada seorang lelaki yang hidup sebelum kalian, keluar bisul pada tubuhnya. Ketika
bisul itu membuatnya sakit, ia mencabut anak panah dari tempatnya, lalu membedah
bisul itu. Akibatnya, darah tidak berhenti mengalir sampai orang itu meninggal.
Tuhan kalian berfirman: Aku haramkan surga atasnya. (Shahih Muslim No.164)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>39. Kerasnya larangan berkhianat dan bahwa tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang beriman</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Kami pergi
berperang bersama Rasulullah saw. menuju Khaibar. Allah memberikan kemenangan
kepada kami, tetapi kami tidak mendapatkan rampasan perang berupa emas atau
perak. Yang kami peroleh adalah barang-barang, makanan dan pakaian. Kemudian
kami berangkat menuju lembah. Ikut pula bersama Rasulullah saw. seorang budak
beliau (pemberian seseorang dari Judzam). Budak itu bernama Rifa'ah bin Zaid
dari Bani Dhubaib. Ketika kami menuruni lembah, budak Rasulullah saw. berdiri
untuk melepas pelananya. Tetapi, ia terkena anak panah dan itulah saat
kematiannya. Kami berkata: Kami senang ia gugur syahid wahai Rasulullah.
Rasulullah saw. menjawab: Tidak! Demi Zat yang menguasai Muhammad. Sesungguhnya
sebuah mantel akan mengobarkan api neraka atasnya. Mantel itu ia ambil dari
harta rampasan perang Khaibar, yang bukan jatahnya. Para sahabat menjadi takut.
Lalu seseorang datang membawa seutas atau dua utas tali sandal, seraya berkata:
Wahai Rasulullah, aku mendapatkannya pada waktu perang Khaibar. Rasulullah saw.
bersabda: Seutas tali (atau dua utas tali) sandal dari neraka. (Shahih Muslim
No.166) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>40. Kekhawatiran mukmin bahwa amalnya akan sia-sia</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />Ketika ayat
berikut ini turun: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan
suara kalian melebihi suara Nabi, Tsabit bin Qais sedang duduk di rumahnya dan
berkata: Aku ini termasuk ahli neraka. Dia menjauhi diri dari Nabi saw. Kemudian
Nabi saw. bertanya kepada Saad bin Muaz: Hai Abu Amru, bagaimana keadaan Tsabit?
Apakah ia sakit? Saad menjawab: Sesungguhnya ia adalah tetanggaku, aku tidak
melihat pada dirinya suatu penyakit. Lalu Saad mendatangi Tsabit dan menuturkan
perkataan Rasulullah saw. Lalu Tsabit berkata: Ayat ini telah diturunkan,
padahal kalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling keras suaranya, melebihi
suara Rasulullah saw. Jadi aku ini termasuk ahli neraka. Kemudian Saad
menuturkan hal itu kepada Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw. bersabda: (Tidak
demikian), tetapi sebaliknya, ia termasuk ahli surga. (Shahih Muslim No.170)
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>41. Apakah segala perbuatan di masa jahiliyah akan
diperhitungkan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
<br />Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami
akan dihukum karena perbuatan kami di masa jahiliyah? Rasulullah saw. bersabda:
Barang siapa di antara kalian berbuat baik di masa Islam, maka ia tidak akan
dikenai hukuman karena perbuatannya di masa jahiliyah. Tetapi barang siapa yang
berbuat jelek, maka ia akan dihukum karena perbuatannya di masa jahiliyah dan di
masa Islam. (Shahih Muslim No.171) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>42. Islam menghilangkan dosa yang lalu, begitu pula hijrah
dan haji</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />Di antara orang
musyrik banyak yang telah membunuh dan banyak pula yang telah berzina. Kemudian
mereka datang kepada Nabi Muhammad saw. Mereka berkata: Apa yang engkau katakan
dan engkau ajak sungguh bagus. Kalau saja engkau mau memberitahu kami bahwa dosa
yang telah kami perbuat (di masa jahiliyah) ada penghapusnya. Lalu turun ayat:
Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa (nya). Juga diturunkan ayat: Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. (Shahih Muslim No.174) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>43. Menerangkan hukum perbuatan orang kafir setelah memeluk
Islam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Hakim bin Hizam ra., ia berkata: <br />Saya pernah
bertanya kepada Rasulullah saw.: Apa pendapatmu tentang beberapa perkara yang
dahulu, di masa jahiliyah aku menyembahnya. Apakah aku akan menerima hukuman
karena itu? Rasulullah saw. bersabda: Engkau memeluk Islam dengan kebaikan dan
ketaatan yang dahulu engkau lakukan. (Shahih Muslim No.175) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>44. Kebenaran dan kemurnian iman</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />Ketika
turun ayat: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), para sahabat Rasulullah saw. merasa sedih. Kata
mereka: Siapakah di antara kita yang tidak menganiaya dirinya? Rasulullah saw.
bersabda: Maksudnya bukan seperti yang kalian duga, tetapi seperti yang
dikatakan Lukman kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar. (Shahih Muslim No.178) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>45. Allah tidak memperhitungkan kata hati dan yang terbersit
dalam hati selama tidak dikerjakan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya Allah melewati (tidak memperhitungkan) kata hati pada
umatku, selama mereka tidak mengatakannya atau melakukannya. (Shahih Muslim
No.181) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>46. Bila seseorang bermaksud baik, maka kebaikan itu dicatat
dan bila bermaksud buruk, maka maksud buruk itu tidak dicatat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Allah Taala berfirman (kepada malaikat pencatat amal): Bila hamba-Ku
berniat melakukan perbuatan jelek, maka janganlah kalian catat sebagai amalnya.
Jika ia telah mengerjakannya, maka catatlah sebagai satu keburukan. Dan bila
hamba-Ku berniat melakukan perbuatan baik, lalu tidak jadi melaksanakannya, maka
catatlah sebagai satu kebaikan. Jika ia mengamalkannya, maka catatlah kebaikan
itu sepuluh kali lipat. (Shahih Muslim No.183) </div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: <br />Dari Rasulullah saw. tentang
apa yang diriwayatkan dari Allah Taala bahwa Allah berfirman: Sesungguhnya Allah
mencatat kebaikan dan kejelekan. Kemudian beliau (Rasulullah) menerangkan:
Barang siapa yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi mengerjakannya,
maka Allah mencatat niat itu sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia
meniatkan perbuatan baik dan mengerjakannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya
sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan yang
sangat banyak. Kalau ia berniat melakukan perbuatan jelek, tetapi tidak jadi
melakukannya, maka Allah mencatat hal itu sebagai satu kebaikan yang sempurna di
sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan jelek itu, lalu melaksanakannya, maka
Allah mencatatnya sebagai satu kejelekan. (Shahih Muslim No.187) </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>47. Gangguan dalam iman dan saran bagi orang yang
merasakannya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Tak henti-hentinya manusia bertanya-tanya, sampai-sampai dikatakan:
Allah menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah? Barang siapa yang
merasakan keraguan dalam hatinya, maka hendaklah ia berkata: Aku beriman kepada
Allah. (Shahih Muslim No.190)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: <br />Dari Rasulullah saw.,
beliau bersabda: Allah Taala berfirman: Sesungguhnya umatmu tak henti-hentinya
bertanya: Kenapa begini, kenapa begini? Sampai-sampai mereka mengatakan: Allah
menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah. (Shahih Muslim
No.195)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>48. Orang yang memotong hak orang Islam dengan sumpah palsu
diancam dengan siksa neraka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.: <br />Dari Rasulullah saw.,
beliau bersabda: Barang siapa yang bersumpah dengan sumpah yang memaksa, untuk
mengambil harta seorang muslim, sedangkan ia melakukan kepalsuan dalam sumpahnya
itu, maka ia akan bertemu Allah dalam keadaan murka kepadanya. (Shahih Muslim
No.197)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>49. Dalil yang menunjukkan bahwa orang yang bermaksud
mengambil harta orang lain tanpa hak, berarti darahnya sia-sia dan jika ia
terbunuh, maka masuk neraka dan bahwa orang yang terbunuh karena mempertahankan
hartanya adalah mati syahid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata: <br />Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang terbunuh demi
mempertahankan hartanya, maka ia mati syahid. (Shahih Muslim
No.202)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>50. Penguasa yang menipu rakyatnya akan mendapatkan
neraka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ma'qil bin Yasar ra.: <br />Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: Seorang hamba yang diserahi Allah memimpin rakyatnya
mati sebagai penipu rakyatnya pada saat ia mati, maka Allah mengharamkan baginya
masuk ke surga-Nya. (Shahih Muslim No.203)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>51. Hilangnya amanat dan iman dari hati dan merasuknya
fitnah ke dalam hati</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
menceritakan kepada kami dua hadis. Yang satu aku sudah tahu dan aku masih
menunggu yang satu lagi. Beliau menceritakan kepada kami bahwa Amanat berada di
pangkal hati manusia. Kemudian Alquran turun dan mereka tahu dari Alquran dan
dari hadis. Kemudian beliau menceritakan kepada kami tentang hilangnya amanat,
beliau bersabda: Seseorang tidur dengan nyenyak, lalu dicabutnya amanat dari
dalam hatinya, maka tampak tinggal bekasnya seperti bercak. Kemudian ia tidur
lagi, dan dicabutnya amanat tersebut dari hatinya, maka tinggallah bekasnya
seperti tempat kosong, seperti batu yang jatuh di atas kakimu, bekas tatapan
batu itu terus membengkak sedang di dalamnya kosong dan Nabi mengambil batu
kecil lalu menjatuhkannya di atas kaki beliau. Kemudian beliau melanjutkan:
Orang-orang saling berbaiat, tapi mereka tidak menjalankan amanat, sehingga
dikatakan bahwa di antara bani fulan ada seorang yang jujur dan kepadanya
dikatakan: Alangkah tabahnya orang ini, alangkah jujurnya ia, alangkah pandainya
ia. Sedangkan di hatinya tidak ada iman meski sebesar biji sawi. Ternyata telah
datang suatu zaman, di mana aku sudah tidak peduli siapa yang berbaiat kepadaku,
kalau ia seorang muslim maka agamanya akan melarangnya berkhianat dan jika ia
seorang Kristen atau Yahudi niscaya para pemimpinnya akan melarang mereka
berkhianat kepadaku, adapun hari ini aku tidak akan membaiat kalian kecuali si
fulan dan si fulan. (Shahih Muslim No.206)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>52. Menjelaskan bahwa Islam muncul dalam keadaan asing dan
akan kembali asing, bahwa Islam berlindung di antara mesjid-mesjid</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />Ketika kami
bersama Umar ra. ia bertanya: Siapakah di antara kalian yang mendengar
Rasulullah saw. bersabda tentang fitnah? Beberapa sahabat berkata: Kami pernah
mendengarnya. Umar berkata: Barangkali yang kalian maksudkan adalah fitnah
seseorang berhubungan dengan keluarga dan tetangganya? Mereka menjawab: Ya,
benar. Umar berkata: Itu bisa dihapus dengan salat, puasa dan zakat. Tetapi
(yang aku maksud), siapakah di antara kalian yang pernah mendengar sabda Nabi
saw.: Fitnah yang berombak seperti ombak laut? Orang-orang terdiam. Lalu
Hudzaifah berkata: Aku. Umar berkata: Engkau, beruntung ayahmu (Lillahi abuka,
pujian orang Arab kepada seorang yang istimewa). Kata Hudzaifah: Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: Fitnah-fitnah akan melekat di hati bagaikan tikar,
dengan berulang-ulang. Setiap hati yang termakan fitnah itu, maka pada hatinya
akan terdapat bintik hitam dan setiap hati yang menolaknya, maka akan muncul
bintik putih. Sehingga hati tersebut menjadi terbagi dua, putih yang bagaikan
batu besar, sehingga tidak akan terkena bahaya fitnah, selama masih ada langit
dan bumi. Sedangkan bagian yang lain hitam keabu-abuan seperti kuali terbalik,
tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, kecuali hanya hawa nafsu yang
diserap (hatinya). (Shahih Muslim No.207)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya iman akan berkumpul di Madinah, sebagaimana ular
berkumpul di sarangnya. (Shahih Muslim No.210)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>53. Menyembunyikan keimanan bagi orang yang takut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />Kami sedang berada
bersama Rasulullah saw. ketika beliau bersabda: Hitunglah, berapa orang yang
menyatakan Islam? Lalu kata Hudzaifah: Kami berkata: Wahai Rasulullah, apakah
engkau khawatir pada kami, sedangkan kami berjumlah antara enam hingga tujuh
ratus orang. Rasulullah saw. bersabda: Kalian tidak tahu, mungkin suatu saat
nanti kalian mendapat cobaan. Hudzaifah ra. berkata: Maka kami benar-benar diuji
sampai-sampai seorang di antara kami tidak melaksanakan salat kecuali dengan
cara sembunyi-sembunyi. (Shahih Muslim No.213)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>54. Membujuk hati orang yang takut akan keimanannya karena
kelemahannya dan larangan memastikan iman tanpa dalil yang pasti</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Saad ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
membagikan suatu pembagian. Lalu aku mengusulkan: Wahai Rasulullah, berilah si
fulan, karena ia seorang mukmin. Nabi saw. bersabda: Ataukah ia seorang muslim?
Tiga kali aku mengusulkan hal itu dan tiga kali pula mendapat jawaban beliau
yang sama: Ataukah ia seorang muslim? Kemudian beliau bersabda: Terkadang aku
memberi seseorang, padahal ada orang lain yang lebih aku sukai darinya, karena
khawatir Allah akan melemparnya di neraka (yakni pemberian itu dimaksudkan untuk
membujuk hati orang yang diberi, agar tidak kembali menjadi kafir, sehingga ia
dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka). (Shahih Muslim No.214)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>55. Tambahnya ketenangan hati dengan kejelasan
dalil-dalil</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Kami lebih pantas ragu ketimbang Ibrahim as. ketika ia berkata: Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati? Allah
berfirman: Apakah engkau tidak percaya? Ibrahim menjawab: Aku percaya, tetapi
agar hatiku tenang. Rasulullah saw. melanjutkan: Semoga Allah memberikan rahmat
kepada Luth. Dia benar-benar telah berlindung kepada golongan yang kuat.
Seandainya aku tinggal di penjara seperti lamanya Yusuf tinggal di sana, mungkin
aku akan memenuhi seruan penyeru (utusan raja). (Shahih Muslim
No.216)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>56. Kewajiban mengimani risalah nabi Muhammad saw. atas
seluruh manusia dan penghapusan agama-agama sebelumnya dengan adanya agama
Islam</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Tidak ada seorang nabi, kecuali diberi mukjizat kenabian yang sesuai,
yang diimani manusia. Sedangkan yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang
diturunkan Allah. Aku berharap, akulah yang paling banyak pengikut dibanding
mereka nanti di hari kiamat. (Shahih Muslim No.217)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Musa ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Ada tiga orang yang diberi pahala dua kali: Pertama, seorang dari ahli kitab
(Yahudi atau Kristen) yang beriman kepada nabinya dan sempat mengalami masa Nabi
saw. lalu beriman kepadanya, mengikuti dan membenarkannya, maka ia mendapat dua
pahala. Kedua, budak sahaya yang menunaikan hak Allah Taala dan hak tuannya,
maka ia mendapat dua pahala. Dan ketiga, seseorang yang mempunyai budak
perempuan lalu diberinya makan dengan baik, mendidiknya dengan baik, lalu
memerdekakannya dan mengawininya, maka ia mendapat dua pahala. (Shahih Muslim
No.219)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>57. Turunnya Isa bin Maryam as. sebagai penguasa dengan
menjalankan syariat nabi Muhammad saw.</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, telah dekat waktunya Isa bin
Maryam turun kepada kalian untuk menjadi hakim yang adil. Dia akan mematahkan
salib, membunuh babi dan tidak menerima upeti. Harta akan melimpah, sehingga tak
seorang pun mau menerimanya. (Shahih Muslim No.220)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>58. Menerangkan masa di mana iman tidak lagi
diterima</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat.
Apabila matahari telah terbit dari barat, maka seluruh manusia akan beriman.
Tetapi (Pada saat itu), tidak bermanfaat lagi iman seseorang untuk dirinya
sendiri pada apa yang belum diimaninya atau pada kebaikan yang belum
diusahakannya di masa imannya. (Shahih Muslim No.226)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Zar ra.: <br />Bahwa pada suatu hari Nabi saw.
bersabda: Tahukah kalian ke mana matahari pergi? Para sahabat menjawab Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah saw. bersabda lagi: Matahari berjalan hingga
berakhir sampai ke tempat menetapnya di bawah Arsy, lalu menjatuhkan diri
bersujud. Dia (matahari) terus dalam keadaan begitu hingga difirmankan
kepadanya: Naiklah, kembalilah dari mana engkau datang. Matahari pun kembali,
sehingga di waktu pagi terbit lagi dari tempat terbitnya. Kemudian berjalan,
hingga berakhir pada tempat menetapnya di bawah Arsy, lalu bersujud dan tetap
dalam keadaan begitu, sampai difirmankan kepadanya: Naiklah, kembalilah dari
mana engkau datang. Matahari kembali, sehingga di waktu pagi muncul dari tempat
terbitnya. Kemudian ia kembali berjalan tanpa sedikit pun manusia menyadarinya,
hingga berakhir pada tempat menetapnya itu di bawah Arsy, lalu difirmankan
kepadanya: Naiklah, terbitlah dari Barat. Maka pagi berikutnya, matahari terbit
dari sebelah Barat. Rasulullah saw. melanjutkan: Tahukah kalian kapan itu
terjadi? Itu terjadi saat: Tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya
sendiri yang belum beriman sebelum itu atau ia belum mengusahakan kebaikan dalam
masa imannya. (Shahih Muslim No.228)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>59. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah
saw.</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata: <br />Wahyu
pertama yang diterima Rasulullah adalah mimpi yang benar. Setiap kali beliau
bermimpi, mimpi itu datang bagaikan terangnya Subuh. Kemudian beliau sering
menyendiri. Biasanya beliau menyepi di gua Hira'. Di sana, beliau beribadah
beberapa malam, sebelum kembali kepada keluarganya (istrinya) dan mempersiapkan
bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang ke Khadijah, mengambil bekal lagi untuk
beberapa malam. Hal itu terus beliau lakukan sampai tiba-tiba wahyu datang
ketika beliau sedang berada di gua Hira'. Malaikat (Jibril as.) datang dan
berkata: Bacalah. Beliau menjawab: Aku tidak dapat membaca. Rasulullah saw.
bersabda: Malaikat itu menarik dan mendekapku, hingga aku merasa kepayahan. Lalu
ia melepaskanku seraya berkata: Bacalah. Aku menjawab: Aku tidak dapat membaca.
Dia menarik dan mendekapku lagi, hingga aku merasa kepayahan. Kemudian ia
melepaskan sambil berkata: Bacalah. Aku menjawab: Aku tidak dapat membaca. Dan
untuk yang ketiga kalinya ia menarik dan mendekapku sehingga aku merasa
kepayahan, lalu ia melepaskanku dan berkata: Bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui.
Rasulullah saw. pulang membawa ayat tersebut dalam keadaan gemetar, hingga
beliau masuk ke rumah Khadijah seraya berkata: Selimuti aku, selimuti aku!
Keluarganya pun menyelimutinya, hingga gemetarnya hilang. Kemudian beliau
berkata kepada Khadijah: Hai Khadijah, apa yang telah terjadi denganku? Lalu
beliau menceritakan seluruh peristiwa. Beliau berkata: Aku benar-benar khawatir
terhadap diriku. Khadijah menghibur beliau: Jangan begitu, bergembirahlah. Demi
Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Demi Allah, sungguh engkau
telah menyambung tali persaudaraan, engkau jujur dalam berkata: engkau telah
memikul beban orang lain, engkau sering membantu keperluan orang tak punya,
menjamu tamu dan selalu membela kebenaran. Kemudian Khadijah mengajak beliau
menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, saudara misan Khadijah. Dia
adalah seorang penganut Kristen di masa Jahiliyah. Dia pandai menulis kitab
berbahasa Arab dan menerjemahkan kitab Injil ke bahasa Arab, sesuai dengan
kehendak Allah. Dia telah tua dan buta. Khadijah berkata kepadanya: Paman,
dengarkanlah cerita keponakanmu ini (Muhammad). Waraqah bin Naufal berkata: Hai
keponakanku, apa yang engkau alami? Rasulullah saw. menceritakan semua peristiwa
yang beliau alami. Mendengar penuturan itu, Waraqah berkata: Ini adalah Namus
(Jibril as.) yang dahulu datang kepada Musa as. Seandainya saja di saat
kenabianmu aku masih muda. Oh... seandainya saja aku masih hidup pada saat
engkau diusir oleh kaummu. Rasulullah saw. bertanya: Apakah mereka akan
mengusirku? Waraqah menjawab: Ya, setiap orang yang datang mengemban tugas
sepertimu pasti dimusuhi. Jika harimu itu sempat kualami, tentu aku akan
membelamu mati-matian. (Shahih Muslim No.231)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah Al-Anshari ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. menceritakan tentang masa terhentinya wahyu: Ketika aku
sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Aku pun mengangkat
kepalaku, ternyata malaikat yang pernah mendatangiku di gua Hira' sedang duduk
di atas kursi di antara langit dan bumi. Aku gemetar ketakutan. Lalu aku pulang
dan berkata: Selimuti aku, selimuti aku. Keluargaku menyelimutiku. Ketika itulah
Allah swt. menurunkan ayat: Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah
peringatan. Dan Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan perbuatan
dosa, tinggalkanlah. Perbuatan dosa artinya menyembah berhala. Kemudian wahyu
turun berturut-turut. (Shahih Muslim No.232)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>60. Isra' Rasulullah saw. ke langit dan diwajibkan
salat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />Bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Aku didatangi Buraq. Lalu aku menunggangnya sampai ke
Baitulmakdis. Aku mengikatnya pada pintu mesjid yang biasa digunakan mengikat
tunggangan oleh para nabi. Kemudian aku masuk ke mesjid dan mengerjakan salat
dua rakaat. Setelah aku keluar, Jibril datang membawa bejana berisi arak dan
bejana berisi susu. Aku memilih susu, Jibril berkata: Engkau telah memilih
fitrah. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril minta dibukakan, ada
yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang
bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab
Jibril: Ya, ia telah diutus. Lalu dibukakan bagi kami. Aku bertemu dengan Adam.
Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Kemudian aku dibawa naik ke
langit kedua. Jibril as. minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapakah engkau?
Jawab Jibril: Jibril. Ditanya lagi: Siapakah yang bersamamu? Jawabnya: Muhammad.
Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Pintu pun dibuka
untuk kami. Aku bertemu dengan Isa bin Maryam as. dan Yahya bin Zakaria as.
Mereka berdua menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke
langit ketiga. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa engkau? Dijawab:
Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad saw. jawabnya. Ditanyakan: Dia
telah diutus? Dia telah diutus, jawab Jibril. Pintu dibuka untuk kami. Aku
bertemu Yusuf as. Ternyata ia telah dikaruniai sebagian keindahan. Dia
menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit keempat.
Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril.
Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia telah
diutus? Jibril menjawab: Dia telah diutus. Kami pun dibukakan. Ternyata di sana
ada Nabi Idris as. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Allah Taala
berfirman Kami mengangkatnya pada tempat (martabat) yang tinggi. Aku dibawa naik
ke langit kelima. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa? Dijawab:
Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Dijawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia
telah diutus? Dijawab: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Di sana aku bertemu
Nabi Harun as. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik
ke langit keenam. Jibril as. minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini?
Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril.
Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Di
sana ada Nabi Musa as. Dia menyambut dan mendoakanku dengan kebaikan. Jibril
membawaku naik ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan. Lalu ada yang
bertanya: Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Jawabnya:
Muhammad. Ditanyakan: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami
dibukakan. Ternyata di sana aku bertemu Nabi Ibrahim as. sedang menyandarkan
punggungnya pada Baitulmakmur. Ternyata setiap hari ada tujuh puluh ribu
malaikat masuk ke Baitulmakmur dan tidak kembali lagi ke sana. Kemudian aku
dibawa pergi ke Sidratulmuntaha yang dedaunannya seperti kuping-kuping gajah dan
buahnya sebesar tempayan. Ketika atas perintah Allah, Sidratulmuntaha
diselubungi berbagai macam keindahan, maka suasana menjadi berubah, sehingga tak
seorang pun di antara makhluk Allah mampu melukiskan keindahannya. Lalu Allah
memberikan wahyu kepadaku. Aku diwajibkan salat lima puluh kali dalam sehari
semalam. Tatkala turun dan bertemu Nabi saw. Musa as., ia bertanya: Apa yang
telah difardukan Tuhanmu kepada umatmu? Aku menjawab: Salat lima puluh kali. Dia
berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak
akan kuat melaksanakannya. Aku pernah mencobanya pada Bani Israel. Aku pun
kembali kepada Tuhanku dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas
umatku. Lalu Allah mengurangi lima salat dariku. Aku kembali kepada Nabi Musa
as. dan aku katakan: Allah telah mengurangi lima waktu salat dariku. Dia
berkata: Umatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu. Kembalilah kepada Tuhanmu,
mintalah keringanan lagi. Tak henti-hentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan
Nabi Musa as. sampai Allah berfirman: Hai Muhammad. Sesungguhnya kefarduannya
adalah lima waktu salat sehari semalam. Setiap salat mempunyai nilai sepuluh.
Dengan demikian, lima salat sama dengan lima puluh salat. Dan barang siapa yang
berniat untuk kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya, maka dicatat satu kebaikan
baginya. Jika ia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya.
Sebaliknya barang siapa yang berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya, maka
tidak sesuatu pun dicatat. Kalau ia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai
satu kejahatan. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa as., lalu aku
beritahukan padanya. Dia masih saja berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah
keringanan. Aku menyahut: Aku telah bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa
malu kepada-Nya. (Shahih Muslim No.234)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Malik bin Sha`sha`ah ra., ia berkata: <br />Nabi
saw. bersabda: Ketika aku sedang berada di dekat Baitullah antara tidur dan
jaga, tiba-tiba aku mendengar ada yang berkata: Salah satu dari tiga yang berada
di antara dua orang. Lalu aku didatangi dan dibawa pergi. Aku dibawakan bejana
dari emas yang berisi air Zamzam. Lalu dadaku dibedah hingga ini dan ini.
Qatadah berkata: Aku bertanya: Apa yang beliau maksud? Anas menjawab: Hingga ke
bawah perutnya. Hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air Zamzam, kemudian
dikembalikan ke tempatnya dan mengisinya dengan iman dan hikmah. Lalu aku
didatangi binatang putih yang disebut Buraq, lebih tinggi dari khimar dan kurang
dari bighal, ia meletakkan langkahnya pada pandangannya yang paling jauh. Aku
ditunggangkan di atasnya. Lalu kami berangkat hingga ke langit dunia. (Sampai di
sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: Siapa ini? Jibril menjawab Jibril.
Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad saw. jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia
telah diutus? Ya, jawabnya. Malaikat penjaga itu membukakan kami dan berkata:
Selamat datang padanya. Sungguh, merupakan kedatangan yang baik. Lalu kami
datang kepada Nabi Adam as. (selanjutnya seperti kisah pada hadis di atas). Anas
menjelaskan bahwa Rasulullah bertemu dengan Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as. di
langit kedua, di langit ketiga dengan Nabi Yusuf as. di langit keempat dengan
Nabi Idris as. di langit kelima dengan Nabi Harun as. Selanjutnya Rasulullah
saw. bersabda: Kemudian kami berangkat lagi. Hingga tiba di langit keenam. Aku
datang kepada Nabi Musa as. dan mengucap salam kepadanya. Dia berkata: Selamat
datang kepada saudara dan nabi yang baik. Ketika aku meninggalkannya, ia
menangis. Lalu ada yang berseru: Mengapa engkau menangis? Nabi Musa menjawab:
Tuhanku, orang muda ini Engkau utus setelahku, tetapi umatnya yang masuk surga
lebih banyak daripada umatku. Kami melanjutkan perjalanan hingga langit ketujuh.
Aku datang kepada Nabi Ibrahim as. Dalam hadis ini dituturkan, Nabi saw.
bercerita bahwa beliau melihat empat sungai. Dari hilirnya, keluar dua sungai
yang jelas dan dua sungai yang samar. Aku (Rasulullah saw.) bertanya: Hai
Jibril, sungai apakah ini? Jibril menjawab: Dua sungai yang samar adalah dua
sungai di surga, sedangkan yang jelas adalah sungai Nil dan Furat. Selanjutnya
aku diangkat ke Baitulmakmur. Aku bertanya: Hai Jibril, apa ini? Jibril
menjawab: Ini adalah Baitulmakmur. Setiap hari, tujuh puluh ribu malaikat masuk
ke dalamnya. Apabila mereka keluar, tidak akan masuk kembali. Itu adalah akhir
mereka masuk. Kemudian aku ditawarkan dua bejana, yang satu berisi arak dan yang
lain berisi susu. Keduanya disodorkan kepadaku. Aku memilih susu. lalu
dikatakan: Tepat! Allah menghendaki engkau (berada pada fitrah, kebaikan dan
keutamaan). Begitu pula umatmu berada pada fitrah. Kemudian diwajibkan atasku
salat lima puluh kali tiap hari. Demikian kisah seterusnya sampai akhir hadis.
(Shahih Muslim No.238)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
menuturkan perjalanan Isra'nya. Beliau bersabda: Nabi Musa as. berkulit sawo
matang, tingginya seperti lelaki Syanu'ah (nama kabilah). Beliau bersabda pula:
Nabi Isa as. itu gempal, tingginya sedang. Beliau juga menuturkan tentang Malik
as. penjaga Jahanam dan Dajjal. (Shahih Muslim No.239)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
melewati lembah Azraq. Beliau bertanya: Lembah apa ini? Para sahabat menjawab:
Ini lembah Azraq. Rasulullah saw. bersabda: Aku seperti melihat Nabi Musa as.
sedang menuruni bukit dan memohon kepada Allah dengan suara keras melalui
talbiah. Ketika sampai di bukit Harsya, beliau berkata: Bukit apa ini? Para
sahabat menjawab: Bukit Harsya (dekat Juhfah). Rasulullah saw. bersabda: Aku
seperti melihat Nabi Yunus bin Matta as. berada di atas unta merah yang gempal.
Dia memakai mantel bulu wol dan tali kekang untanya adalah sabut, ia sedang
bertalbiah. (Shahih Muslim No.241)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Nabi saw.
bersabda: Ketika aku diisra'kan, aku bertemu dengan Nabi Musa as., ia seorang
lelaki yang tinggi kurus dengan rambut berombak, seperti seorang Bani Syanu'ah.
Aku juga bertemu dengan Nabi Isa as. ia berperawakan sedang, berkulit merah,
seakan-akan baru keluar dari pemandian. Aku bertemu dengan Nabi Ibrahim as.
Akulah keturunannya yang paling mirip dengannya. Lalu aku diberi dua bejana,
yang satu berisi susu dan yang lain berisi arak. Dikatakan padaku: Ambillah yang
engkau suka. Aku mengambil susu dan meminumnya. Kemudian dikatakan: Engkau
diberi petunjuk dengan fitrah atau engkau menepati fitrah. Seandainya engkau
mengambil arak, niscaya sesat umatmu. (Shahih Muslim No.245)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>61. Menjelaskan Masih Bin Maryam Dan Masih Dajjal</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Pada suatu malam aku bermimpi di dekat Kakbah, melihat seorang lelaki
berkulit sawo matang, seperti warna coklat paling bagus yang pernah engkau
lihat. Dia berambut gondrong, gondrong terbaik yang pernah engkau lihat. Dia
menyisir rambutnya dan masih tampak menetes airnya. Dia bersandar kepada dua
orang atau pundak dua orang lelaki, melakukan tawaf di Kakbah. Aku bertanya:
Siapakah orang ini? Dijawab: Ini adalah Masih bin Maryam. Tiba-tiba aku melihat
seorang lelaki yang sangat keriting, mata kanannya buta seakan-akan mata itu
buah anggur yang mengapung (matanya melotot). Aku bertanya: Siapakah ini?
dijawab: Ini adalah Masih Dajjal. (Shahih Muslim No.246)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Aku melihat diriku berada di Hijir Ismail, dan seorang Quraisy
bertanya kepadaku tentang perjalanan isra'ku. Mereka bertanya berbagai hal
mengenai Baitulmakdis yang tidak begitu kuingat. Aku sangat merasakan kesulitan
yang belum pernah kualami. Lalu Allah memperlihatkannya kepadaku dari kejauhan,
sehingga aku dapat melihatnya. Apapun yang mereka tanyakan kepadaku, pasti aku
ceritakan kepada mereka. Aku melihat diriku berada di antara sekelompok nabi.
Ada Nabi Musa as. yang sedang mengerjakan salat, ternyata ia itu seorang lelaki
tinggi kurus dengan rambut keriting, ia seperti seorang suku Syanu'ah. Ada pula
Nabi Isa bin Maryam as. yang sedang mengerjakan salat. Orang yang paling mirip
dengannya adalah Urwah bin Masud As-Tsaqafi. Ada juga Nabi Ibrahim as. yang
sedang mengerjakan salat. Orang yang paling menyerupainya adalah sahabat kalian
(maksudnya, diri beliau sendiri). Ketika datang waktu salat, aku mengimami
mereka. Usai salat terdengar suara.: Hai Muhammad, ini Malik, penjaga neraka.
Ucapkanlah salam padanya. Aku berpaling kepadanya dan dialah yang lebih dahulu
mengucap salam. (Shahih Muslim No.251)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>62. Makna firman Allah: Dan sesungguhnya Muhammad telah
melihatnya lagi pada waktu yang lain, dan apakah Nabi saw, melihat Tuhannya pada
malam isra'</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Aisyah ra.: <br />Dari Masruq ia bercerita: Ketika
aku bertelekan di sisi Aisyah, Aisyah berkata: Wahai Abu Aisyah, ada tiga hal
barang siapa yang membicarakan salah satunya, maka ia berbohong besar atas
Allah. Aku bertanya: Tiga hal apa itu? Aisyah menjawab: (Pertama) barang siapa
yang menyangka bahwa Muhammad saw. melihat Tuhannya, maka ia berbohong besar
atas Allah. Aku mulanya bersandar, santai, lalu duduk sambil berkata: Hai Ummul
mukminin, tunggu, jangan tergesa-gesa! Bukankah Allah telah berfirman Dan
sesungguhnya ia melihatnya di ufuk yang terang. Dan sesungguhnya ia telah
melihatnya di waktu lain. Aisyah berkata: Aku adalah orang pertama umat ini yang
menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: Itu adalah Jibril as.
aku tidak pernah melihatnya dalam bentuk aslinya, kecuali dua kali ini. Aku
melihatnya turun dari langit, besarnya menutupi cakrawala antara langit dan
bumi. Aisyah melanjutkan: Apakah engkau belum pernah mendengar firman Allah: Dia
tidak dapat dicapai oleh mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang
kelihatan. Dia Maha halus dan Maha mengetahui. Tidakkah engkau mendengar firman
Allah: Tidak mungkin bagi manusia berbicara dengan Tuhannya kecuali dengan
perantaraan wahyu, di belakang hijab (maksudnya hanya mendengar suara), atau
mengutus malaikat untuk mewahyukan apa saja yang diinginkan-Nya kepada manusia.
Sesungguhnya Dia Maha tinggi dan Maha bijaksana. Aisyah berkata lagi: (Kedua)
barang siapa yang menyangka bahwa Rasulullah saw. menyembunyikan sebagian isi
Kitabullah (Alquran), maka ia berbohong besar atas Allah. Allah berfirman: Hai
Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan oleh Tuhanmu. Dan jika engkau tidak
melakukan (perintah itu) maka engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Kemudian
Aisyah melanjutkan: (Ketiga) barang siapa yang menyangka bahwa Rasulullah saw.
diberi tahu tentang apa yang akan terjadi besok, maka ia berbohong besar atas
Allah. Allah berfirman: Katakanlah Tidak ada sesuatu pun di bumi dan di langit
yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah. (Shahih Muslim No.259)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>63. Tentang sabda Rasulullah saw. bahwa Allah tidak tidur
dan sabda beliau bahwa tirai-Nya adalah nur, jika Dia menyingkapnya, tentu
Keagungan Zat-Nya akan membakar semua makhluk-Nya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: <br />Ketika Rasulullah
saw. berada di tengah-tengah kami, memberikan lima kalimat. Beliau bersabda:
Sesungguhnya Allah Taala tidak pernah tidur dan mustahil Dia tidur, Dia kuasa
menurunkan timbangan (amal) dan menaikkannya kepada-Nya, dinaikkan (dilaporkan)
amal malam sebelum amal siang, dan amal siang sebelum amal malam, tirai-Nya
adalah nur (menurut riwayat Abu Bakar adalah nar=api) yang andai kata Dia
menyingkapnya, tentu keagungan Zat-Nya akan membakar makhluk yang dipandang-Nya
(maksudnya seluruh makhluk akan terbakar, sebab pandangan Allah meliputi semua
makhluk). (Shahih Muslim No.263)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>64. Bukti bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Allah di
akhirat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Musa ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau
bersabda: Dua surga yang wadah-wadahnya dan segala isinya terbuat dari perak dan
dua surga yang wadah-wadahnya dan segala isinya terbuat dari emas. Antara
orang-orang dan kemampuan memandang Tuhan mereka hanya ada tirai keagungan pada
Zat-Nya, di surga Aden. (Shahih Muslim No.265)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>65. Menjelaskan cara melihat Tuhan</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Sahabat bertanya
kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami
pada hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat
bulan di malam purnama? Para sahabat menjawab: Tidak, wahai Rasulullah.
Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak
tertutup awan? Mereka menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw.
bersabda: Seperti itulah kalian akan melihat Allah. Barang siapa yang menyembah
sesuatu, maka ia mengikuti sembahannya itu. Orang yang menyembah matahari
mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan mengikuti bulan, orang yang
menyembah berhala mengikuti berhala. Tinggallah umat ini, termasuk di antaranya
yang munafik. Kemudian Allah datang kepada mereka dalam bentuk selain bentuk-Nya
yang mereka kenal, seraya berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka (umat ini)
berkata: Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami, sampai
Tuhan kami datang kepada kami. Apabila Tuhan datang, kami tentu mengenal-Nya.
Lalu Allah Taala datang kepada mereka dalam bentuk-Nya yang telah mereka kenal.
Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka pun berkata: Engkau Tuhan kami.
Mereka mengikuti-Nya. Dan Allah membentangkan jembatan di atas neraka Jahanam.
Aku (Rasulullah saw.) dan umatkulah yang pertama kali melintas. Pada saat itu,
yang berbicara hanyalah para rasul. Doa para rasul saat itu adalah: Ya Allah,
selamatkanlah, selamatkanlah. Di dalam neraka Jahanam terdapat besi berkait
seperti duri Sakdan (nama tumbuhan yang berduri besar di setiap sisinya).
Pernahkah kalian melihat Sakdan? Para sahabat menjawab: Ya, wahai Rasulullah.
Rasulullah saw. melanjutkan: Besi berkait itu seperti duri Sakdan, tetapi hanya
Allah yang tahu seberapa besarnya. Besi berkait itu merenggut manusia dengan
amal-amal mereka. Di antara mereka ada orang yang beriman, maka tetaplah
amalnya. Dan di antara mereka ada yang dapat melintas, hingga selamat. Setelah
Allah selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia
ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki, maka
Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak pernah
menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan
rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha illallah". Para malaikat mengenali mereka
di neraka dengan adanya bekas sujud. Api neraka memakan tubuh anak keturunan
Adam, kecuali bekas sujud. Allah melarang neraka memakan bekas sujud. Mereka
dikeluarkan dari neraka, dalam keadaan hangus. Lalu mereka disiram dengan air
kehidupan, sehingga mereka menjadi tumbuh seperti biji-bijian tumbuh dalam
kandungan banjir (lumpur). Kemudian selesailah Allah Taala memberi keputusan di
antara para hamba. Tinggal seorang lelaki yang menghadapkan wajahnya ke neraka.
Dia adalah ahli surga yang terakhir masuk. Dia berkata: Ya Tuhanku, palingkanlah
wajahku dari neraka, anginnya benar-benar menamparku dan nyala apinya
membakarku. Dia terus memohon apa yang dibolehkan kepada Allah. Kemudian Allah
Taala berfirman: Mungkin, jika Aku mengabulkan permintaanmu, engkau akan meminta
yang lain. Orang itu menjawab: Aku tidak akan minta yang lain kepada-Mu. Maka ia
pun berjanji kepada Allah. Lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka. Ketika
ia telah menghadap dan melihat surga, ia pun diam tertegun, kemudian berkata: Ya
Tuhanku, majukanlah aku ke pintu surga. Allah berkata: Bukankah engkau telah
berjanji untuk tidak meminta kepada-Ku selain apa yang sudah Kuberikan, celaka
engkau, hai anak-cucu Adam, ternyata engkau tidak menepati janji. Orang itu
berkata: Ya Tuhanku! Dia memohon terus kepada Allah, hingga Allah berfirman
kepadanya: Mungkin jika Aku memberimu apa yang engkau pinta, engkau akan meminta
yang lain lagi. Orang itu berkata: Tidak, demi Keagungan-Mu. Dan ia berjanji
lagi kepada Tuhannya. Lalu Allah mendekatkannya ke pintu surga. Setelah ia
berdiri di ambang pintu surga, ternyata pintu surga terbuka lebar baginya,
sehingga ia dapat melihat dengan jelas keindahan dan kesenangan yang ada di
dalamnya. Dia pun diam tertegun. Kemudian berkata: Ya Tuhanku, masukkanlah aku
ke dalam surga. Allah Taala berfirman kepadanya: Bukankah engkau telah berjanji
tidak akan meminta selain apa yang telah Aku berikan? Celaka engkau, hai anak
cucu Adam, betapa engkau tidak dapat menepati janji! Orang itu berkata: Ya
Tuhanku, aku tidak ingin menjadi makhluk-Mu yang paling malang. Dia terus
memohon kepada Allah, sehingga membuat Allah Taala tertawa (rida). Ketika Allah
Taala tertawa Dia berfirman: Masuklah engkau ke surga. Setelah orang itu masuk
surga, Allah berfirman kepadanya: Inginkanlah sesuatu! Orang itu meminta kepada
Tuhannya, sampai Allah mengingatkannya tentang ini dan itu. Ketika telah habis
keinginan-keinginannya, Allah Taala berfirman: Itu semua untukmu, begitu pula
yang semisalnya. (Shahih Muslim No.267)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: <br />Bahwa kaum muslimin
pada masa Rasulullah saw. bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat
Tuhan kami di hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda: Ya! Kemudian beliau
melanjutkan: Apakah kalian terhalang melihat matahari di siang hari yang cerah,
yang tidak ada awan sedikit pun? Apakah kalian terhalang melihat bulan pada
malam purnama yang cerah tanpa awan sedikit pun? Kaum muslimin menjawab: Tidak,
wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Kalian tidak akan terhalang melihat
Allah Taala pada hari kiamat, sebagaimana kalian tidak terhalang melihat salah
satu dari matahari dan bulan. Ketika hari kiamat terjadi, ada penyeru yang
mengumumkan: Setiap umat hendaklah mengikuti apa yang dahulu disembah. Maka
tidak tersisa orang-orang yang dahulu menyembah selain Allah yakni berhala,
kecuali mereka berjatuhan ke dalam neraka. Hingga yang tinggal hanya orang-orang
yang menyembah Allah ada yang baik dan ada yang jahat serta sisa-sisa Ahli
Kitab, maka dipanggillah orang-orang Yahudi. Mereka ditanya: Apa yang dahulu
kalian sembah? Mereka menjawab: Kami menyembah Uzair anak Allah. Dikatakan:
Kalian salah! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai sahabat atau anak. Lalu
apa yang kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami haus, ya Tuhan kami berilah kami
minum. Lalu ditunjukkan pada mereka: Kenapa kalian tidak datang ke sana? Mereka
digiring ke neraka, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling
menghancurkan. Mereka pun berjatuhan ke dalam neraka. Kemudian orang-orang
Kristen dipanggil. Mereka ditanya: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka
menjawab: Kami menyembah Isa Almasih anak Allah. Dikatakan kepada mereka: Kalian
salah! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai sahabat atau anak. Apa yang
kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami haus ya Tuhan, berilah kami minum. Lalu
ditunjukkan pada mereka: Kenapa kalian tidak datang ke sana? Mereka digiring ke
neraka Jahanam, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling menghancurkan.
Mereka pun berguguran ke dalam neraka. Ketika yang tinggal hanya orang-orang
yang dahulu menyembah Allah Taala (yang baik dan yang jahat), maka Allah datang
kepada mereka dalam bentuk yang lebih rendah daripada bentuk yang mereka
ketahui. Dia berfirman: Apa yang kalian tunggu? Setiap umat mengikuti apa yang
dahulu disembah. Mereka mengucapkan: Ya Tuhan kami, di dunia kami memisahkan
diri dari orang-orang yang sebenarnya sangat kami butuhkan (untuk membantu
kehidupan di dunia) dan kami tidak mau berkawan dengan mereka (karena menyimpang
dari jalan yang digariskan oleh agama). Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian!
Mereka mengucap: Kami mohon perlindungan kepada Allah darimu. Kami tidak akan
menyekutukan Allah dengan apapun (ini diucapkan dua atau tiga kali), sampai
sebagian mereka hampir-hampir berubah (berbalik dari kebenaran, karena cobaan
berat yang berlaku saat itu). Allah berfirman: Apakah antara kalian dan Dia ada
tanda-tanda, sehingga dengan demikian kalian dapat mengenal-Nya? Mereka
menjawab: Ya, ada. Lalu disingkapkanlah keadaan yang mengerikan itu. Setiap
orang yang hendak bersujud kepada Allah dengan keinginan sendiri, pasti mendapat
izin Allah. Sedangkan orang yang akan bersujud karena takut atau pamer, tentu
Allah menjadikan punggungnya menyatu (sehingga tidak dapat sujud). Setiap kali
hendak sujud, ia terjungkal pada tengkuknya. Kemudian mereka mengangkat kepala
mereka, sementara itu Allah telah berganti rupa dalam bentuk yang mereka lihat
pertama kali. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka menyahut: Engkau
Tuhan kami. Kemudian suatu jembatan dibentangkan di atas neraka Jahanam dan
syafaat diperbolehkan. Mereka berkata: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.
Ada yang bertanya: Ya Rasulullah, apakah jembatan itu? Rasulullah saw. bersabda:
Tempat berpijak yang licin (menggelincirkan). Padanya terdapat besi berkait dan
besi berduri. Di Najed ada tumbuhan berduri yang disebut Sakdan. Seperti itulah
besi-besi berkaitnya. Orang-orang mukmin melewati jembatan tersebut ada yang
secepat kejapan mata, ada yang seperti kilat, seperti angin, seperti burung,
seperti kuda atau unta yang kencang larinya. Mereka terbagi menjadi tiga
kelompok, golongan selamat sama sekali, golongan yang terkoyak-koyak tapi dapat
bebas dan golongan yang terjerumus ke dalam neraka Jahanam. Pada saat
orang-orang mukmin telah terbebas dari neraka, maka demi Zat yang menguasai
diriku, tidak ada orang yang sangat menaruh perhatian dalam meraih kebenaran,
melebihi orang-orang mukmin yang mencari kebenaran kepada Allah demi kepentingan
saudara-saudara mereka yang masih berada di neraka. Mereka berkata: Wahai Tuhan
kami, mereka dahulu berpuasa bersama kami, salat dan beribadah haji. Lalu
difirmankan kepada mereka: Keluarkanlah orang-orang yang kalian kenal. Maka
wajah mereka diharamkan atas neraka. Mereka mengeluarkan banyak orang dari
neraka. Ada yang sudah terbakar hingga separuh betisnya dan ada yang sudah
sampai ke lututnya. Orang-orang mukmin itu berkata: Ya Tuhan kami, di dalam
neraka tidak ada lagi seorang pun yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan.
Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan
di hatinya ada kebaikan meski hanya seberat dinar. Keluarkanlah. Kemudian mereka
dapat mengeluarkan banyak orang. Lalu mereka berkata: Ya Tuhan kami! Kami tidak
tahu apakah di neraka masih ada orang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan.
Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan
di hatinya ada kebaikan maski hanya seberat setengah dinar, keluarkanlah. Mereka
dapat mengeluarkan lagi banyak orang. Setelah itu mereka berkata: Ya Tuhan kami!
Kami tidak tahu, apakah di sana masih ada seseorang yang Engkau perintahkan
untuk dikeluarkan. Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa
yang kalian temukan di dalam hatinya terdapat kebaikan meski hanya seberat atom,
keluarkanlah. Lagi-lagi mereka dapat mengeluarkan banyak orang. Kemudian mereka
berkata: Ya Tuhan kami. Kami tidak tahu apakah di sana masih ada pemilik
kebaikan. Abu Said Al-Khudri berkata: Jika kalian tidak mempercayaiku mengenai
hadis ini, maka bacalah firman Allah: Sesungguhnya Allah tidak menganiaya
seseorang walaupun sebesar atom. Dan jika ada kebaikan sebesar atom, niscaya
Allah akan melipat-gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.
Allah Taala berfirman: Para malaikat telah memohon syafaat, para nabi telah
memohon syafaat dan orang-orang mukmin juga telah memohon syafaat. Yang tinggal
hanyalah Zat yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang. Lalu Allah
mengambil dari neraka dan mengeluarkan dari sana sekelompok orang yang sama
sekali tidak pernah beramal baik. (Saat itu) mereka telah menjadi arang hitam.
Mereka dilempar ke sebuah sungai dekat mulut surga, yang disebut Sungai
Kehidupan. Kemudian mereka keluar seperti tumbuhan kecil keluar dari lumpur
banjir. Bukankah kalian sering melihat tumbuhan kecil di sela-sela batu atau
pohon, di mana bagian yang terkena sinar matahari akan berwarna sedikit kuning
dan hijau, sedangkan yang berada di keteduhan menjadi putih? Para sahabat
menyela: Seolah-olah baginda dahulu pernah menggembala di dusun. Rasulullah saw.
meneruskan: Lalu mereka keluar bagaikan mutiara. Di leher mereka ada kalung,
sehingga para ahli surga dapat mengenali mereka. Mereka adalah orang-orang yang
dibebaskan Allah, yang dimasukkan oleh Allah ke dalam surga, tanpa amal yang
mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka lakukan. Kemudian Allah
berfirman: Masuklah kalian ke dalam surga. Apapun yang kalian lihat, itu adalah
untuk kalian. Mereka berkata: Ya Tuhan kami, Engkau telah memberi kami pemberian
yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun di antara orang-orang di
seluruh alam. Allah berfirman: Di sisiku ada pemberian untuk kalian yang lebih
baik daripada pemberian ini. Mereka berkata: Ya Tuhan kami, apa lagi yang lebih
baik daripada pemberian ini? Allah berfirman: Rida-Ku, sehingga Aku tidak akan
murka kepada kalian sesudah itu, selamanya. (Shahih Muslim No.269)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>66. Penghuni neraka yang terakhir keluar</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. bersabda: Sungguh, aku benar-benar tahu penghuni neraka yang
keluar terakhir dari sana dan penghuni surga yang terakhir masuk ke dalamnya,
yaitu seorang yang keluar dari neraka dengan merangkak. Lalu Allah berfirman:
Pergilah, masuklah ke dalam surga. Dia pun mendatangi surga, tapi terkhayal
padanya bahwa surga itu penuh. Maka ia kembali dan berkata: Ya Tuhanku, aku
temukan surga telah penuh. Allah berfirman: Pergilah, masuklah ke dalam surga.
Dia mendatangi surga, tapi terkhayal padanya bahwa surga itu penuh. Maka ia
kembali dan berkata: Ya Tuhanku, aku temukan surga itu penuh. Allah berfirman:
Pergilah, masuklah ke dalam surga, karena sesungguhnya menjadi milikmu semisal
dunia dan sepuluh kali kelipatannya atau, sesungguhnya bagimu sepuluh kali lipat
dunia. Orang itu berkata: Apakah Engkau mengejekku (atau menertawakanku),
sedangkan Engkau adalah Raja? Abdullah bin Masud berkata: Aku benar-benar
melihat Rasulullah saw. tertawa sampai kelihatan gigi geraham beliau. Dikatakan:
Itu adalah penghuni surga yang paling rendah kedudukannya. (Shahih Muslim
No.272)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>67. Penghuni surga yang paling rendah kedudukannya di dalam
surga</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.: <br />Dari Abu Zubair bahwa
ia mendengar Jabir bin Abdullah ra. bertanya tentang kedatangan di akhirat.
Jabir berkata: Kita datang pada hari kiamat dari ini dan ini. Lihat (kedatangan
itu di atas manusia). Lalu dipanggillah umat manusia dengan berhala dan apa yang
dahulu disembahnya secara berurutan. Sesudah itu, Tuhan mendatangi kita seraya
berfirman: Siapa yang kalian tunggu? Mereka menjawab: Kami menunggu Tuhan kami.
Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka berkata: Sampai kami melihat-Mu.
Lalu tampak bagi mereka Tuhan tertawa. (Akhirnya) Dia membawa mereka dan mereka
mengikuti-Nya. Setiap orang di antara mereka, munafik atau mukmin diberi nur.
Mereka terus mengikuti-Nya. Di atas jembatan neraka Jahanam terdapat besi-besi
berkait dan berduri, yang merenggut barang siapa yang dikehendaki Allah.
Kemudian nur orang-orang munafik padam, sedangkan orang-orang mukmin tetap
bersinar. Selamatlah rombongan pertama, wajah mereka bagaikan bulan purnama.
Mereka berkisar 70.000 (tujuh puluh ribu) orang. Kemudian orang-orang
berikutnya, wajah mereka seperti terangnya bintang-bintang di langit. Demikian
seterusnya. Kemudian syafaat diizinkan. Mereka pun memintakan syafaat, hingga
keluar orang-orang yang mengucap: Laa ilaaha illallah dari neraka dan
orang-orang yang di hatinya terdapat kebaikan seberat gandum. Mereka ditempatkan
di halaman surga, sedangkan ahli surga memerciki mereka dengan air, sampai
mereka tumbuh bagaikan tumbuhnya sesuatu (tumbuhan) di dalam banjir. Hilanglah
hangus tubuh mereka. Kemudian ia (orang terakhir) meminta Allah memberikannya
dunia dan sepuluh kali lipatnya. (Shahih Muslim No.278)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>68. Nabi saw. menyimpan doa syafaat untuk umatnya</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Setiap nabi memiliki doa yang selalu diucapkan. Aku ingin menyimpan
doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.293)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: <br />Bahwa Nabi saw. pernah
bersabda: Setiap nabi mempunyai doa yang digunakan untuk kebaikan umatnya.
Sesungguhnya aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat.
(Shahih Muslim No.299)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>69. Mengenai firman Allah Dan berilah peringatan berbentuk
ancaman kepada kaum kerabatmu yang terdekat</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />Tatkala
diturunkan ayat ini: Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat, maka
Rasulullah saw. memanggil orang-orang Quraisy. Setelah mereka berkumpul,
Rasulullah saw. berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda: Wahai Bani
Kaab bin Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Murrah bin
Kaab, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Abdi Syams,
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah diri
kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka!
Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Fatimah,
selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikit pun
siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan
kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh. (Shahih Muslim No.303)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />Ketika diturunkan
ayat ini: Dan berilah peringatan berbentuk ancaman kepada kaum kerabatmu yang
terdekat, yaitu kaum kerabatmu yang benar-benar ikhlas. Rasulullah saw. keluar
dan naik ke bukit Shafa, lalu berteriak: Hati-hatilah! Orang-orang saling
bertanya: Siapa yang berteriak? Di antara mereka berkata: Muhammad! Mereka pun
berkumpul mengerumuni beliau. Beliau bersabda: Wahai Bani fulan! Wahai Bani
fulan! Wahai Bani fulan! Wahai Bani Abdi Manaf! Wahai Bani Abdul Muthalib!
Mereka mengerumuni beliau. Lalu beliau bersabda: Apa pendapat kalian seandainya
aku beritahu kalian bahwa pasukan berkuda akan keluar di kaki gunung ini. Apakah
kalian mempercayaiku? Orang-orang menjawab: Kami telah buktikan engkau tidak
pernah berbohong. Rasulullah saw. bersabda: Aku peringatkan kalian akan siksa
yang sangat pedih. Mendengar itu Abu Lahab berkata: Celaka engkau! Hanya untuk
inikah engkau mengumpulkan kami? Kemudian ia pergi. Lalu turunlah surat ini,
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan ia benar-benar binasa. (Shahih Muslim
No.307)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>70. Menjelaskan syafaat Nabi saw. kepada Abu Thalib dan
keringanan siksanya karena syafaat tersebut</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abbas bin Abdul Muthalib ra.: <br />Bahwa ia
berkata: Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat memberikan suatu manfaat kepada
Abu Thalib. Karena, dahulu ia merawat dan pernah membelamu. Rasulullah saw.
bersabda: Ya, ia berada di neraka yang paling ringan. Seandainya tidak karena
(berkah) aku, tentu ia berada neraka paling bawah. (Shahih Muslim No.308)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: <br />Bahwa Rasulullah saw.
mendengar pamannya Abu Thalib dibicarakan dekat beliau, lalu beliau bersabda:
Mudah-mudahan syafaatku dapat memberinya manfaat pada hari kiamat, sehingga ia
ditempatkan di neraka paling ringan yang apinya membakar kedua mata kakinya
sampai mendidihkan otaknya. (Shahih Muslim No.310)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>71. Tentang siksa penghuni neraka yang paling rendah</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata: <br />Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Ahli neraka yang paling ringan siksanya pada
hari kiamat, adalah seseorang yang pada lekukan telapak kakinya diberi dua bara
yang menyebabkan otaknya mendidih. (Shahih Muslim No.313)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>72. Persaudaraan sesama mukmin dan memutus hubungan dengan
selain mereka</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Amru bin Ash ra., ia berkata: <br />Aku pernah
mendengar Rasulullah saw. bersabda dalam forum terbuka, bukan rahasia: Ingatlah,
bahwa keluarga ayahku (yakni si fulan) bukanlah termasuk waliku. Sesungguhnya
waliku hanyalah Allah dan orang-orang mukmin yang saleh. (Shahih Muslim
No.316)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>73. Dalil masuknya beberapa kelompok orang Islam yang masuk
surga tanpa hisab dan siksa</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />Bahwa Nabi saw. bersabda:
Tujuh puluh ribu orang dari umatku masuk surga tanpa hisab (tanpa perhitungan
amal). Seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah semoga Dia
berkenan menjadikanku bagian dari mereka. Rasulullah saw. berdoa: "Ya Allah,
perkenankanlah, Engkau menjadikannya termasuk di antara mereka". Kemudian yang
lain berdiri pula dan berkata: Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar
Dia berkenan menjadikanku bagian dari mereka. Rasulullah saw. bersabda: Engkau
telah didahului Ukasyah. (Shahih Muslim No.317)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.: <br />Dari Abu Hazim dari Sahal
bin Saad bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus
ribu orang (Abu Hazim ragu mana yang benar antara keduanya) akan masuk surga
saling berpegangan, mereka masuk bersama-sama tidak ada yang lebih dahulu dan
tidak ada yang paling akhir, wajah mereka cerah seperti bulan purnama. (Shahih
Muslim No.322)</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: <br />Dari Nabi saw., beliau
bersabda: Beberapa umat ditunjukkan kepadaku. Aku melihat seorang nabi bersama
sekelompok kecil (tidak lebih dari sepuluh orang), ada lagi nabi yang disertai
seorang atau dua orang dan ada pula nabi yang tidak disertai seorang pun.
Tiba-tiba ditunjukkan padaku kelompok besar. Aku menyangka mereka adalah umatku.
Tetapi lalu dijelaskan: Ini adalah Musa as. dan kaumnya. Lihatlah ke ufuk! Aku
memandang ke sana, ternyata ada kelompok besar. Dijelaskan lagi kepadaku:
Pandanglah ke ufuk yang lain. Ternyata ada juga kelompok besar. Dijelaskan
padaku: Ini adalah umatmu. Di antara mereka ada tujuh puluh ribu masuk surga
tanpa hisab dan siksa. Kemudian Rasulullah saw. bangkit dan masuk ke rumahnya.
Para sahabat membicarakan siapa yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa.
Sebagian berkata: Barangkali mereka adalah orang-orang yang selalu menyertai
Rasulullah saw. Sebagian berkata: Mungkin mereka adalah orang-orang yang
dilahirkan dalam Islam dan tidak menyekutukan Allah. Mereka saling mengemukakan
pendapat masing-masing. Ketika Rasulullah saw. saw. keluar lagi, beliau
bertanya: Apa yang kalian bicarakan? Mereka memberitahu, lalu Rasulullah saw.
bersabda: Mereka adalah orang-orang yang tidak menggunakan jimat/mantera tidak
minta dibuatkan jimat, tidak meramalkan hal-hal buruk dan hanya kepada Tuhan
mereka bertawakal. Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata: Berdoalah kepada
Allah semoga Dia berkenan menjadikanku termasuk di antara mereka. Rasulullah
saw. bersabda: Engkau termasuk di antara mereka. Kemudian yang lain berdiri dan
berkata: Berdoalah kepada Allah, semoga Dia berkenan menjadikanku bagian dari
mereka. Rasulullah saw. bersabda: Engkau telah didahului Ukasyah. (Shahih Muslim
No.323)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>74. Umat Islam merupakan setengah penghuni surga</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
<br />Rasulullah saw. bersabda kepada kami: Ridakah kalian menjadi seperempat
penghuni surga? Kami (para sahabat) bertakbir. Beliau bersabda lagi: Ridakah
kalian menjadi sepertiga penghuni surga? Kami pun bertakbir. Lalu beliau kembali
bersabda: Sungguh, aku berharap kalian dapat menjadi setengah penghuni surga.
Aku akan memberitahukan hal itu kepada kalian. Orang-orang Islam di tengah
orang-orang kafir seperti sehelai rambut putih pada sapi hitam, atau seperti
sehelai rambut hitam pada sapi putih. (Shahih Muslim No.324)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>75. Sabda Rasulullah saw. bahwa Allah berfirman kepada Adam:
Keluarkanlah 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) penghuni neraka dari
setiap kelipatan seribu</b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify">
Hadis riwayat Abu Said ra., ia berkata: <br />Rasulullah saw.
bersabda: Allah Taala berfirman: Hai Adam. Beliau menjawab: Aku patuhi
panggilan-Mu dan kebaikan ada di tangan-Mu. Allah berfirman: Keluarkanlah
ba`tsan naar. Dia (Adam) bertanya: Apa itu ba`tsan naar? Allah berfirman: Setiap
kelipatan seribu, keluarkanlah sembilan ratus sembilan puluh orang. Perintah
Allah kepada (Adam as.) itu terjadi ketika anak-anak beruban. Dan kandungan
setiap wanita yang hamil gugur dan engkau lihat manusia dalam keadaan mabuk,
padahal mereka tidak mabuk, tetapi sesungguhnya siksa Allah sangat pedih.
Penuturan Rasulullah saw. tersebut membuat para sahabat merasa khawatir. Mereka
bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah lelaki itu (yang seorang di antara seribu)
di antara kami? Rasulullah saw. bersabda: Bergembiralah kalian. Karena, dari
Yakjuj dan Makjuj seribu, sedangkan dari kalian seorang. Kemudian beliau
melanjutkan: Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, aku sangat mendambakan
kalian menjadi seperempat penghuni surga. Kami (para sahabat) memuji Allah dan
bertakbir. Lalu beliau bersabda lagi, Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh,
aku mendambakan kalian menjadi sepertiga penghuni surga. Kami memuji Allah dan
bertakbir. Kemudian kembali beliau bersabda: Demi Zat yang menguasai diriku.
Sungguh, aku mendambakan kalian menjadi separoh penghuni surga. Perumpamaan
kalian di tengah-tengah umat lain, adalah bagaikan sehelai rambut putih pada
kulit sapi hitam, atau seperti belang pada betis khimar. (Shahih Muslim
No.327)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-78957861991027544622012-05-26T21:10:00.000-07:002012-05-26T21:13:29.645-07:00Ancaman bagi orang yang berdusta atas nama Rasulullah saw<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
<b></b></div>
<ul>
<li>
<div align="justify" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;">
Hadis riwayat Ali
ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berdusta
mengatasnamakan aku, karena sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku, maka
ia akan masuk neraka. (Shahih Muslim No.2)</div>
</li>
</ul>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-43151899064985271262012-05-26T20:38:00.002-07:002012-05-26T20:38:54.617-07:00Kisah teladan islam (Hari sabtunya orang Yahudi)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dan tanyakanlah kepada Bani Israel tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa". Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina". Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al-A'Raaf: 63-68)<br /><br />Kisah ini menceritakan tentang sebuah desa orang-orang Yahudi yang terletak di pesisir lautan, yaitu sebuah desa pesisir di antara desa-desa yang mereka diami. Orang-orang Yahudi setempat telah diperintahkan Allah untuk tidak berburu dan menangkap ikan pada hari Sabtu dan mereka dibolehkan untuk menangkap pada hari-hari lain dalam sepekan.<br /><br />Allah telah menguji mereka dengan kewajiban ini, di mana ikan-ikan itu menjauhi mereka dan jarang ditemui pada hari-hari dibolehkannya menangkap ikan, sementara pada hari Sabtu ikan-ikan itu justru banyak mendatangi mereka dengan terapung-apung di sekitar mereka.<br /><br />Setan pun membisiki hati sekelompok orang dari penduduk desa dan membujuk mereka untuk menangkap ikan. Akan tetapi, bagaimana caranya mereka dapat mengelak dari perintah Allah tersebut? Setan menunjukkan alibi, cara tipu daya, serta membimbing mereka kiat agar dapat menangkap ikan pada hari Sabtu.<br /><br />Penduduk desa itu terbagi menjadi dua kelompok dalam menghadapi kelompok yang melanggar batas tersebut. Kelompok pertama adalah orang-orang saleh dari para dai yang menjalankan kewajiban mereka dalam dakwah dan memprotes orang-orang yang mengakali perintah-perintah Allah dengan berbagai alibi, pelanggaran, dan perburuan mereka pada hari Sabtu.<br /><br />Kelompok kedua adalah orang-orang yang berdiam diri, yang diam melihat pelanggaran orang-orang yang melampaui batas, dan mereka justru melontarkan celaan dan penentangan terhadap orang-orang saleh yang berdakwah, dengan alasan bahwa tidak ada manfaatnya menasihati dan memperingatkan sekelompok orang yang memang sudah sepantasnya binasa dan akan mendapat azab.<br /><br />Orang-orang saleh itu menjelaskan kepada orang-orang yang mencela mereka dan mendiamkan kemungkaran itu bahwa mereka memprotes kemungkaran itu dengan tujuan melepaskan tanggung jawab di hadapan Allah dan demi menunaikan kewajiban serta agar mereka mau bertakwa.<br /><br />Ketika azab Allah menimpa orang-orang yang melampaui batas itu, maka Allah mengubah wujud mereka menjadi monyet-monyet hina. Perubahan bentuk wujud itu memang terjadi sesungguhnya. Tidak lama setelah berubah wujud menjadi monyet yang tidak mempunyai keturunan, mereka akhirnya mati.<br /><br />Allah menyelamatkan orang-orang saleh para dai itu. Sementara itu, Al-Quran tidak menjelaskan nasib orang-orang yang diam, barangkali karena mereka tidak berarti dan hina di mata Allah. Karena mereka tidak disebutkan bersama orang-orang yang selamat maka tampaknya mereka termasuk orang-orang yang binasa dan terkutuk.</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-61649014111692257142012-05-26T20:37:00.002-07:002012-05-26T20:37:49.088-07:00Kisah Teladan Islam (Malaikat yang menjelma)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
"(Ingatlah), ketika malaikat berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allahmenggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengankalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih Isa putra Maryam,seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yangdidekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian danketika sudah dewasa dan dia termasuk diantara orang-orang yang saleh."(Ali-Imran:45-46)<br /><br />Pada saat itu, malaikat Jibril a.s. mengubah bentuknya menjadi manusia yangsangat sempurna, karenanya (Maryam) tidak dapat melihat Jibril a.s. dalambentuk aslinya. Allah berfirman, "Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalamAl-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempatdi sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka.Lalu Kami utus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalambentuk) manusia yang sempurna." (Maryam: 16-17)<br /><br />Ketika Maryam melihat seorang pemuda yang sangat tampan (penjelmaan malaikatJibril a.s.) di hadapannya, menembus tabir yang dibuatnya, ia mengira bahwapemuda tampan itu ingin berbuat jahat kepadanya. Sementara, dia adalahseorang wanita bersih dan suci yang ditumbuhkan Allah SWT dengan pertumbuhanyang baik. Maka ia segera berlindung kepada Allah SWT, "Sesungguhnya akuberlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yangbertakwa." "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untukmemberimu seorang anak laki-laki yang suci," ujar Jibril a.s. "Bagaimanaakan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina?," jawab Maryam tegas."Demikianlah Tuhanmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan agar dapatKami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami.Dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan,' jawab Jibril a.s.menjelaskan (Maryam: 18-21)<br /><br />Kadang-kadang para malaikat mengubah bentuk sebagai orang biasa dan menemuisebagian manusia, guna memberikan kabar yang menggembirakannya danmelapangkan dadanya atas perbuatan dan tingkah lakunya yang baik sertakarakteristiknya yang mulia.<br /><br />Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah r.a.<br />bahwa Rasulullah saw bersabda : "Ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi<br />saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya Allah SWT mengutus seorang<br />malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai padanya, malaikat itu<br /><br />berkata, "Kemanakah engkau akan pergi?' Lelaki itu menjawab, 'Aku ingin<br />mengunjungi saudaraku di desa ini.' Malaikat itu bertanya lagi, 'Apakah<br />engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?' Lelaki itu menjawab,<br />'Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.' Kemudian malaikat itu<br />berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT yang diutus kepadamu,<br />bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.'"<br /><br />Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.. Iamendengar Rasulullah bersabda, "Ada tiga orang dari kalangan Bani Israel,yang pertama menderita kusta, kedua berkepala botak, dan ketiga matanyabuta. Allah SWT ingin menguji mereka dengan mengutus salah seorang malaikat.Lalu malaikat itu (yang sudah mengubah bentuk menjadi manusia) mendatangiseorang yang menderita kusta itu sembari bertanya, 'Apakah gerangan yangengkau sukai?' Orang itu menjawab, 'Warna yang bagus, kulit yang mulus, dansembuhnya penyakit yang membuat semua orang merasa jijik padaku.' Kemudianmalaikat itu mengusapnya hingga penyakit yang membuat orang jijik padanyalenyap, serta memberinya warna yang bagus dan kulit yang mulus. Setelah itumalaikat bertanya lagi, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Orang itumenjawab, 'Seekor unta.' Lalu malaikat itu memberikan seekor unta betinayang sedang hamil tua seraya berkata, "Semoga Allah SWT, menganugerahkanberkah-Nya padamu dengan unta ini.'<br /><br />Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak sambil bertanya,'Apakah gerangan yang engkau sukai?' Lelaki itu menjawab, 'Rambut yang bagusdan kesembuhan dari penyakit yang membuat orang jijik padaku.' Malaikatitu mengusapnya kemudian berlalu setelah memberinya rambut yang bagus. Lebihlanjut malaikat itu bertanya, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelakiitu menjawab, 'Seekor sapi.' Malaikat itu memberinya seekor sapi yang sedangbunting seraya berujar, 'Semoga Allah menganugerahkan berkah-Nya kepadamudengan seekor sapi ini.'<br /><br />Setelah itu malaikat tersebut mendatangi orang yang buta dan berkata,'Apakah gerangan yang sangat engkau inginkan?' Lelaki buta menjawab, 'AllahSWT mengembalikan penglihatanku hingga aku bisa melihat manusia.' Malaikatitu mengusapnya dan kembalilah penglihatannya. Selanjutnya malaikat ituberkata, "Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelaki itu menjawab, 'Seekorkambing.' Malaikat itu mengabulkannya dengan memberikan seekor kambing yangsedang bunting. Hewan yang ini melahirkan dan yang ini melahirkan. Akhirnya,orang ini memiliki lahan peternakan unta, orang ini memiliki lahanpeternakan sapi dan orang ini memiliki lahan peternakan kambing.<br /><br />Setelah itu malaikat mendatangi orang yang pernah menderita penyakit kustadengan menyamar sebagai orang tua yang menderita kusta seraya berkata,'Seorang lelaki miskin yang hidup sebatang kara dalam perjalanan hidupnya.Hari ini ia tidak bisa memohon kepada siapa pun kecuali Allah SWT kemudiankepadamu. Aku meminta kepadamu apa-apa yang telah dianugerahkan (Allah SWT)kepadamu, warna yang bagus, kulit yang mulus, dan harta yang berupa untauntuk kelangsungan hidupku.' Lelaki itu berkata, 'Banyak sekali hak-hak yangkau minta.' Malaikat itu berkata, 'Sepertinya aku mengenalmu. Bukankahengkau dulu juga seorang penderita kusta yang dikucilkan masyarakat. Saatitu engkau sangat miskin dan kemudian Allah SWT menganugerahkan kekayaanpadamu?' 'Harta ini kuwarisi secara turun temurun,' ujar lelaki itu dengansombong. 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWT mengembalikanmu sepertikeadaan semula…."<br /><br />Beliau melanjutkan, "Lalu malaikat itu mendatangi orang yang pernahmenderita kebotakan dangan menyamar sebagai seorang lelaki botak sepertidirinya. Ia mengatakan seperti apa yang dikatakannya kepada lelaki yangmenderita kusta di atas. Dan diapun menjawab seperti apa yang dijawab olehrekannya. Kemudian malaikat berkata, 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWTakan mengembalikanmu pada keadaanmu semula…'"<br /><br />Beliau bersabda, "Setelah itu ia mendatangi orang yang pernah kehilanganpenglihatannya dengan menyamar sebagai lelaki tua buta dan berkata, 'Seoranglelaki miskin dan Ibnu Sabil. Dalam perjalanan hidupku aku tidak lagimemiliki siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Hari ini tidak adaseorangpun yang kuminta, kecuali Allah SWT kemudian kepadamu. Aku memintaatas nama yang mengembalikan penglihatanmu, seekor kambing guna kelangsunganhidupku. Lelaki itu berkata, 'Aku pernah mengalami kebutaan, lalu Allah SWTmengembalikan penglihatanku seperti sedia kala. Ambilah sesukamu dantinggalkan sesukamu. Demi Allah, hari ini aku tidak akan mempersulit segalasesuatu yang ingin kau ambil, demi Allah. (Yakni aku tidak akanmempersulitmu dengan menolak sesuatu yang ingin kau minta dan kau ambil).'Lalu malaikat itu berkata, 'Peliharalah apa-apa yang kau miliki.Sesungguhnya kalian telah diuji. Sesungguhnya Allah SWT meridhaimu danmemurkai kedua rekanmu.'"</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-9157925299739929472012-05-26T20:32:00.001-07:002012-05-26T20:33:07.404-07:00Kisah Islam Teladan (Qorun)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsAaaFAFqEMya1lrWL1IstWfzi3N9r3O2gQUpE3H-U48M9VrlAFy6Hqx8gv5xc_fFNQ6K2cgQ2weLKTo5Qa5mRDZ_no7hLfXgWAjH_tPySYHz2jouyVjMZZGSwDXq2-m-UxmqVDKt9-QU/s1600/sasa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsAaaFAFqEMya1lrWL1IstWfzi3N9r3O2gQUpE3H-U48M9VrlAFy6Hqx8gv5xc_fFNQ6K2cgQ2weLKTo5Qa5mRDZ_no7hLfXgWAjH_tPySYHz2jouyVjMZZGSwDXq2-m-UxmqVDKt9-QU/s320/sasa.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh…."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PENYEBUTAN QARUN DALAM QURAN</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu'min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir'aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (al-`Ankabut: 39-40)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyebutan dalam surah al-Mu'min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya."Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.'" (al-Mu'min:23-24)</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-87385056580711519542012-05-26T20:20:00.000-07:002012-05-26T20:28:37.103-07:00Bolehkah Bergabung dengan Partai Politik?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h1>
<span lang="EN-US"></span></h1>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNf-_v6XmftbnXsi0RIJgnVKhqQrS1N-OcjNNWTIOFD7yIDpNgVQxHmH33Ym0rGRXngzGIwjjTRApIdjGzzlZsdK68CLY93KNUfhbkNHGLSqEeVfAUJceWcEZGEsvLliKTpdaqI8qNUDc/s1600/islam-politik2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNf-_v6XmftbnXsi0RIJgnVKhqQrS1N-OcjNNWTIOFD7yIDpNgVQxHmH33Ym0rGRXngzGIwjjTRApIdjGzzlZsdK68CLY93KNUfhbkNHGLSqEeVfAUJceWcEZGEsvLliKTpdaqI8qNUDc/s320/islam-politik2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fnu"><span lang="EN-US">Apakah dengan kita tidak berpartisipasi
dalam pemilu atau tidak mendukung partai politik (partai berlabel Islam) sama
saja kita membiarkan partai atau orang-orang sekuler mengatur dan memimpin
negara ini, yang tentunya menyebabkan mereka menerapkan undang-undang sekuler
dan menolak dengan tegas syariat Islam?</span></span><span lang="EN-US"><br />
<span class="fnu">Ada anggapan bahwa dengan masuk ke partai kita bisa mengubah sistem
dan peraturan kenegaraan dari sistem jahiliyah ke sistem syar’iyyah secara
bertahap, yakni dengan mengalihkan undang-undang sekuler ke undang-undang
Islam. Bagaimanakah seharusnya sikap dan tindakan kita?Apakah dengan alasan
darurat demi membendung gerak langkah musuh-musuh Islam, kita boleh masuk ke
partai dan parlemen?</span></span></div>
<span lang="EN-US">
<span class="fnu">Abu Lukman, Wonosobo</span> </span><br />
<span class="fnu"><span lang="EN-US">Ketidakikutsertaan kita ke parpol berlabel
Islam tidak berarti kita membiarkan parpol yang tidak berlabel Islam untuk
menetapkan undang-undang sekuler karena pintu nasehat terbuka dengan banyak
cara, bisa dengan bicara langsung dengan mereka (pemerintah), melalui surat
atau cara lain yang sesuai dengan Islam (Lihat Asy Syariah edisi lalu tentang
Cara Menasehati Penguasa). Bukankah orang-orang yang duduk di pemerintahan
kebanyakan orang-orang Islam?</span></span><br />
<span lang="EN-US">
<span class="fnu">Seandainya parpol berlabel Islam ikut di parlemen apakah mereka
dapat merubah sistem demokrasi yang bertolak belakang 180 derajat dengan Islam?
Tentu tidak. Sehingga masuknya mereka tidak akan merubah sistem tapi justru merubah
diri mereka dari orang yang taat menjadi orang yang bermaksiat. Karena sejak
mereka masuk (ke dalam parlemen) sudah diambil sumpahnya untuk mengakui sistem
yanga ada dan (mengakui) keberadaan partai-partai lain selain Islam. Dan ini
awal kekalahan, ditambah maksiat-maksiat lain yang tidak bisa dihindari. Apakah
memperbaiki kedaan itu dengan cara bermaksiat kepada Allah atau dengan taat
kepadanya?Cara memperbaiki yang benar adalah dengan tashfiyah dan tarbiyah,
membersihkan Islam dari segala kotoran dan mendidik umat di atas Islam yang
murni. Ingat ucapan Al-Imam Malik:“Umat ini tidak akan baik kecuali dengan
sesuatu yang (telah) memperbaiki generasi awal (umat ini).”</span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">
<span class="fnu">- Alasan bahwa dengan masuk parlemen akan bisa mengubah sisitem
yang ada tak lebih sekedar dalih untuk membolehkan masuk dalam parlemen, karena
sesungguhnya merubah sistem yang ada adalah sesuatu yang mustahil. Apa yang
bisa mereka rubah? Kalau misalnya bisa sebagian, berapa persen besarnya? Dan
apakah mereka benar-benar bisa merubah sistem ini? Tolong dijawab secara
realistis dan jangan dengan khayalan. Yang jelas sistem ini (demokrasi) adalah
bathil sejak awalnya.</span><br />
<span class="fnu">- Bila alasan darurat yang dipakai maka merupakan alasan yang
terlalu jauh. Bagaimana kita masuk ke dalam sistem yang bertolak belakang
dengan Islam lalu beralasan dengan darurat? Mana penerapan syariat Islam yang
menjadi syiar pergerakan? Bagaimana mereka menerapkan syariat Islam secara
kaffah dan memperjuangkannya sedang belum apa-apa sudah melanggar syariat Islam
yang agung. Coba renungkan!</span><br />
<span class="fnu">Wallahu a’lam.</span></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Jangan Berebut Jabatan Bertameng Al-Qur`an</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span class="atas"><b><span lang="EN-US">Penulis : Al-Ustadz Abu Ubaidah
Syafruddin</span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fnu"><span lang="EN-US">وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ
أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا
مَكِينٌ أَمِينٌ. قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ
عَلِيمٌ</span></span><span lang="EN-US"><br />
<span class="fnu">Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang dekat denganku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap
dengannya, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang
yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” Berkatalah Yusuf:
“Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (Yusuf: 54-55)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">“Pucuk di cinta ulam tiba”, begitulah sebuah ungkapan yang
terucap dari seorang yang merasa senang dan bahagia, atas tercapainya suatu
dambaan yang selama ini dicari dan dicitakan, bahkan melebihi dari apa yang
diduga dan dikira.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br />
<span class="fnu">Adalah kesempatan emas, yang disenangi oleh banyak manusia, khususnya
bagi para pengembara kursi (jabatan), tahta, dan dunia, tatkala dihadapkan pada
sebuah tawaran, untuk duduk di atas kursi (jabatan).</span><br />
<span class="fnu">Bisa jadi seseorang akan menanggapi dan berkata: “Ini namanya
kejatuhan rezeki, susah dicari, dan untuk mendapatkannya sulit sekali. Belum
tentu seumur hidup bisa ketemu sekali. Mengapa ditolak?” Atau mungkin…</span><br />
<span class="fnu">“Betul, di dalamnya banyak penyimpangan dan pelanggaran. Akan
tetapi, kalau bukan kita yang mengubah, lantas siapa lagi?”</span><br />
<span class="fnu">“Kalau kursi jabatan diduduki oleh orang luar, siapa yang akan
melakukan perubahan, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, mewujudkan syariat
Islam dan sistem kenegaraan yang bernuansa Islam?”</span><br />
<span class="fnu">“Segala sesuatu itu apabila sudah dikuasai dan dipegang
kepalanya, yang lain akan mudah dikendalikan dan dikuasai.”</span> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Penjelasan dan Makna Ayat<br />
وَقَالَ الْمَلِكُ<br />
“Dan raja berkata.”<br />
Al-Imam Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir rahimahullahu (224-318 H),
dalam tafsirnya Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an (16/147) menerangkan bahwa
raja yang dimaksud dalam ayat ini adalah raja yang terbesar (terkemuka). Ia
bernama Ar-Rayyan bin Al-Walid, sebagaimana tersebut dalam sebuah riwayat dari
jalan Ali bin Hussain, dari Muhammad bin Isa, dari Salamah, dari Muhammad bin
Ishaq. (lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 4/275, Ibnu Abi Hatim 8/383)<br />
أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي<br />
“Aku memilih dia sebagai orang yang rapat denganku.”<br />
Maknanya adalah: “Aku jadikan dia sebagai orang khusus dan penasihat khusus
bagi diriku.” (Lihat Tafsir Ath-Thabari, Ibnu Katsir, dan Al-Baghawi).<br />
Ibnu Abi Hatim, Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi rahimahullahu
(wafat pada th. 327 H), menyebutkan dalam kitab tafsirnya (8/386), riwayat dari
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Raja mengatakan kepada nabi Yusuf
‘alaihissalam, “Sesungguhnya aku menyukai agar kamu menemaniku dalam setiap
keadaan, kecuali dalam urusan keluargaku. Karena aku tidak suka makan
bersamamu.”<br />
Mendengar hal itu, Nabi Yusuf ‘alaihissalam marah sambil berkata: “Aku lebih
berhak untuk menjauhkan diri, karena orangtuaku adalah Ibrahim Khalilullah,
orangtuaku Ishaq dzabihullah.” Pada riwayat lain dengan lafadz: “Yusuf bin
Ya’qub, Nabiyullah bin Ishaq dzabihullah bin Ibrahim Khalilullah.”<br />
فَلَمَّا كَلَّمَهُ<br />
“Maka tatkala telah bercakap-cakap dengannya.”<br />
Al-Imam Al-Baghawi, Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud rahimahullahu wafat th.
516 H, dalam tafsirnya Ma’alimut Tanzil (4/250-251) menyebutkan riwayat dari
Wahb (bin Munabbih, pen.). Ketika Nabi Yusuf ‘alaihissalam mendatangi sang raja
dan mengucapkan salam kepadanya dengan bahasa Arab. Raja bertanya, “Bahasa
apakah ini?” Nabi Yusuf ‘alaihissalam menjawab, “Ini bahasa pamanku, Nabi
Ismail.” Kemudian Nabi Yusuf ‘alaihissalam mendoakannya dengan bahasa Ibrani.
Raja bertanya, “Bahasa apakah ini?” Dijawab, “Ini bahasa ayah-ayahku dan raja
tidak tahu dengan dua bahasa tersebut.”<br />
Wahb juga bercerita bahwa sang raja (Ar-Rayyan bin Al-Walid) ini menguasai 70
bahasa. Setiap kali berbicara dengan suatu bahasa, Nabi Yusuf menjawabnya
dengan bahasa yang sesuai, bahkan menambah dengan dua bahasa, yaitu Arab dan
Ibrani. Melihat hal ini, sang raja heran dan terkesan, dalam keadaan Nabi Yusuf
masih muda. Usia beliau pada waktu itu baru mencapai 30 tahun. Maka raja
mendudukkannya, dan berkata, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
firmankan:<br />
قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ<br />
“Dia berkata: ‘Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami’.”<br />
Sebagian meriwayatkan, bahwa raja ingin mendengarkan secara langsung tentang
ta’bir mimpi yang pernah diceritakan sebelumnya (lihat apa yang tersebut dalam
surat Yusuf dari ayat 43 sampai 49, pen.).<br />
Setelah mendengar seluruh penuturan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, Sang Raja
bertanya, “Siapa yang akan mendampingiku dalam hal ini, serta mampu
menyelesaikan, mengerjakan, dan mengatur semua urusan ini?”<br />
Nabi Yusuf ‘alaihissalam menjawab, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:<br />
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ<br />
Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”<br />
قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ<br />
Raja berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.”<br />
Ibnul Jauzi rahimahullahu (588-587 H), menyebutkan dalam tafsirnya riwayat Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, makna مَكِينٌ أَمِينٌ adalah “Aku telah
mengokohkan, menguatkan, dan memercayakan urusan kekuasaan (kerajaan/negara)
kepadamu.”<br />
Al-Muqatil rahimahullahu berkata, makna الْـمَكِينُ yaitu orang yang punya
kedudukan (terkemuka). Sedangkan الْأَمِينُ yaitu yang menjaga, memelihara, dan
melindungi. (Lihat Zadul Masir 3/439)<br />
Al-Baghawi rahimahullahu menyebutkan dalam tafsirnya, الْـمَكِينُ yaitu
berpangkat, berkedudukan. Sedangkan الْأَمِينُ adalah yang dipercaya.<br />
Al-Alusi rahimahullahu dalam kitabnya Ruhul Ma’ani juga menyebutkan, Al-Makin
yaitu berpangkat dan berkedudukan yang tinggi. Al-Amin yaitu dipercaya atas
segala sesuatu.<br />
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ<br />
Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir).”<br />
Abu Ja’far Ath-Thabari rahimahullahu berkata dalam tafsirnya, kata خَزَائِنُ
adalah bentuk jamak dari خَزَانَةٌ artinya tempat menyimpan, yaitu tempat
peyimpanan makanan dan harta. Sedangkan الْأَرْضُ alif-lam di sini berfungsi
sebagai pengganti idhafah, maknanya خَزَائِنُ أَرْضِكَ yaitu bendahara negaramu
(Mesir).<br />
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu juga menyebutkan sebuah riwayat dari jalan
Sa’id bin Manshur rahimahullahu ia berkata, “Saya mendengar dari Malik bin Anas
radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Negeri Mesir adalah خَزَائِنِ الْأَرْضِ. Tidakkah
kalian mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ<br />
yaitu untuk menjaganya (menjadi bendahara negara), dengan menghilangkan mudhaf.<br />
إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ<br />
“Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”<br />
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu setelah menyebutkan ayat ini, mengatakan
bahwa para ulama berselisih dalam menafsirkannya hingga menjadi tiga pendapat:<br />
Pertama, mereka berpendapat, maknanya adalah: “Sesungguhnya aku adalah orang
yang pandai menjaga segala yang telah dititipkan kepadaku. Berpengetahuan
terhadap apa yang telah diserahkan/dilimpahkan kepadaku.”<br />
Pendapat ini dinisbahkan kepada sebuah riwayat dari Ibnu Humaid, dari Salamah,
dari Ibnu Ishaq.<br />
Kedua, pendapat yang mengatakan, maknanya: “Aku adalah orang yang pandai
menjaga segala yang telah dilimpahkan kepadaku. Berpengetahuan terhadap perkara
(urusannya).”<br />
Pendapat ini dinisbahkan kepada sebuah riwayat dari jalan Bisyr, dari Yazid,
dari Sa’id, dari Qatadah.<br />
Ketiga, ada pula yang mengatakan, maknanya: “Aku adalah seorang yang pandai
menjaga untuk hisab/perhitungan (perihal pengeluaran dan pemasukan harta milik
negara, pen.), mengetahui beberapa bahasa.”<br />
Pendapat ini disandarkan kepada sebuah riwayat, dari jalan Ibnu Waqi’, dari
‘Amr, dari Al-Asyja’i.<br />
Setelah memaparkan tiga pendapat di atas, beliau berkata: “Menurut kami
pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama. Karena ucapan ini terjadi
setelah Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengatakan kepada raja: ”Jadikanlah aku
bendahara negara (Mesir).” Bentuk permohonan Nabi Yusuf kepada raja, bahwa ia
mampu mengurusi (sebagai bendahara) negara Mesir, menunjukkan, bahkan sekaligus
sebagai pemberitaan bahwa beliau memiliki kemampuan dalam hal ini. Makna ini
lebih sesuai untuk memaknai kalimat ﭻ ﭼ ketimbang dimaknakan dengan makna
sebagaimana yang tersebut pada pendapat ketiga (tersebut di atas).”<br />
Abul Fida Isma’il bin Umar, terkenal dengan sebutan Ibnu Katsir rahimahullahu
(700-774 H), berkata setelah menyebutkan dua ayat di atas: “Dalam ayat ini,
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang Raja Mesir (Ar-Rayyan bin
Al-Walid), setelah memastikan terbebasnya Nabi Yusuf ‘alaihissalam, bersih dan
sucinya kehormatan beliau dari apa yang dituduhkan kepadanya. Raja mengatakan
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي<br />
“Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat
denganku”, yakni jadikanlah dia sebagai orang khusus dan penasihat khusus
bagiku.<br />
فَلَمَّا كَلَّمَهُ<br />
“Maka tatkala telah bercakap-cakap dengan dia” yakni raja telah bercakap-cakap
dengannya, mengetahui serta melihat keutamaan, kepandaian, kemahiran, dan
kecakapan serta keutamaan dan kesempurnaan pada rupa dan perangainya,
berkatalah raja kepadanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ<br />
“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi
lagi dipercaya pada sisi kami” yakni, sesungguhnya kamu di sisi kami telah
menjadi seseorang yang berkedudukan dan dipercaya. Yusuf ‘alaihissalam berkata,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ<br />
”Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengetahuan.”<br />
Nabi Yusuf ‘alaihissalam memuji dirinya. Hal ini diperbolehkan bagi seorang
yang belum diketahui tentang keadaan dirinya, pada saat yang dibutuhkan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa ia adalah orang yang حَفِيظٌ (pandai
menjaga), penjaga/bendahara yang dipercaya, عَلِيمٌ (berpengetahuan), yakni
memiliki pengetahuan, ketelitian, dan kejelian terhadap segala perkara yang
diurusinya. (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/275)<br />
Perlu diketahui sekali lagi, bahwa Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengucapkan ucapan
yang mengandung pujian terhadap dirinya tersebut adalah ketika beliau telah
mendapatkan kedudukan dan kepercayaan di sisi raja. Bukan serta merta beliau
memuji dirinya untuk meraih kedudukan. Tentu hal ini berbeda dengan keadaan
para kontestan pemilu atau para politikus yang berkampanye memuji diri dalam
rangka meraih kedudukan dan ambisi politiknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Faedah<br />
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menyebutkan dalam tafsirnya: “Sebagian ulama
berkata, pada ayat ini terdapat dalil tentang diperbolehkannya bagi orang yang
baik (shalih), bekerja untuk orang yang buruk (fajir) atau penguasa yang kafir.
Dengan syarat, orang tersebut tahu, bahwa segala pekerjaan/tugas diserahkan
kepadanya (diberi kekuasaan penuh untuk mengaturnya), dan bukan diatur oleh
(orang-orang yang fajir atau penguasa yang kafir tersebut, pen.). Sehingga, ia
akan mengatur sesuai dengan apa yang dia kehendaki (untuk hal yang baik dan
bermanfaat). Adapun kalau pekerjaan tersebut harus berdasarkan pada kemauan dan
kehendak orang yang fajir atau (penguasa yang kafir), menuruti hawa nafsu dan
kekufurannya (di bawah aturan mereka), hal yang demikian ini tidak
diperbolehkan.<br />
Sebagian mereka berpendapat, perihal ini (bekerja untuk orang buruk/ penguasa
yang kafir) khusus hanya untuk Nabi Yusuf ‘alaihissalam saja. Adapun sekarang
tidak diperbolehkan. Pendapat yang pertama lebih kuat (boleh dan bukan
kekhususan), dengan syarat yang telah disebutkan tadi.<br />
Al-Mawardi rahimahullahu berkata: “Apabila yang berkuasa adalah orang yang
zalim, para ulama berbeda pendapat tentang boleh dan tidaknya, seorang untuk
bekerja dengannya.<br />
Pendapat pertama, membolehkan. Apabila seorang bekerja dengan baik dan benar
(memenuhi hak), pada perkara yang telah diserahkan penuh kepadanya (untuk
mengaturnya). Karena dalam ayat ini, Nabi Yusuf ‘alaihissalam bekerja (menerima
pekerjaan) dari raja (Fir’aun)1. Pertimbangan ini berdasarkan pekerjaan
(kemampuan) beliau dan bukan pada orang lain.<br />
Pendapat kedua, tidak membolehkan. Hal ini berdasarkan adanya bentuk/unsur
menolong atas kezaliman yang mereka lakukan. Memuji mereka, dengan meniru
(melakukan) perbuatannya.<br />
Para ulama yang berpendapat membolehkan bekerja dengan orang yang zalim,
menjawab perihal yang terjadi pada Nabi Yusuf ketika menerima pekerjaan dari
Fir’aun, dengan dua jawaban:<br />
Pertama, Fir’aun (raja)-nya Nabi Yusuf waktu itu seorang yang shalih (muslim).
Adapun Fir’aun yang membangkang (kafir), adalah Fir’aun (raja)-nya Nabi Musa
‘alaihissalam.<br />
Kedua, hal ini melihat pada kekuasaan dan bukan pada pekerjaannya.”<br />
Al-Mawardi berkata: “Yang benar dalam hal ini adalah merinci masalah menjadi
tiga kesimpulan:<br />
1. Boleh bagi orang yang memiliki kemampuan dan keahlian untuk melakukannya.
Dengan catatan, tidak ada unsur berijtihad (berpendapat) dalam melaksanakan
tugasnya seperti menyalurkan shadaqah dan zakat.<br />
Boleh seseorang menerima pekerjaan dan tugas dari orang yang zalim. Karena,
adanya nash/dalil yang menerangkan kepada siapa shadaqah dan zakat itu
disalurkan telah mencukupi, sehingga tidak memerlukan lagi adanya ijtihad.
(Maka kebebasan bertindak dalam hal ini, telah menjadi cukup baginya
[terbebaskan] dari mengikuti perintah [peraturan orang zalim tersebut, pen.]).<br />
2. Keadaan di mana seseorang tidak diperbolehkan untuk bertindak sendiri,
adanya keharusan untuk berijtihad (berpendapat, berinisiatif) dalam mengatur
urusan, seperti menangani harta rampasan.<br />
Keadaan seperti ini tidak boleh bagi seseorang untuk menerima penugasan dari
orang yang zalim. Hal ini dikarenakan ia telah melakukan tindakan yang tidak
benar dan berijtihad (berpendapat, mengatur) pada perkara yang tidak berhak
untuk melakukannya.<br />
3. Keadaan yang boleh melimpahkan tugas kepada orang yang ahli dan boleh
baginya berijtihad, seperti menangani hukum dan pidana. Apabila terjadi
kesepakatan dari kedua belah pihak dan tidak ada yang dipaksa, (maka boleh
baginya bekerja untuk orang yang zalim, pen.). Namun apabila terjadi pemaksaan,
tidak diperbolehkan.<br />
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullahu dalam Taisir Al-Lathiful Mannan, berkata
setelah menyebutkan ayat di atas: “Pada ayat ini terdapat keutamaan ilmu, ilmu
syar’i dan hukum, ilmu ta’bir mimpi, ilmu mengatur dan mengurusi negara, serta
ilmu kepemerintahannya. Yang menjadi salah satu sebab Nabi Yusuf ‘alaihissalam
memperoleh kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat kelak, yaitu adanya
ilmu yang beragam dan banyak (mengetahui berbagai macam ilmu). Hal ini juga
menunjukkan bahwa ilmu ta’bir mimpi termasuk bagian dari fatwa. Maka tidak boleh
bagi siapapun untuk mena’birkan suatu mimpi dan memastikannya, sebelum
mengetahui secara pasti. Sebagaimana halnya (dalam hukum/perkara), tidak boleh
bagi siapapun berfatwa dalam hal apapun tanpa ilmu. Karena dalam surat Yusuf
ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menamai kemampuan mena’birkan mimpi, dengan nama
ilmu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ<br />
“Dan demikianlah Rabbmu, memilih kamu (untuk menjadi nabi) dan diajarkan-Nya
kepadamu sebagian dari ta’bir mimpi-mimpi.” (Yusuf: 6)<br />
Ayat ini juga menerangkan, tidak mengapa seseorang memberitakan tentang
dirinya, berupa sifat-sifat yang baik dan sempurna, berilmu pengetahuan dan
yang lainnya. Hal ini boleh dilakukan selama membawa maslahat, selamat dari
berdusta, dan tidak bermaksud untuk memperlihatkan diri (riya’). Seperti yang
tersebut dalam ayat: Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara
(Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi
berpengetahuan.” (Yusuf: 55)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Catatan: Beberapa rujukan yang tersebut di atas,
keumumannya dinukil dari Al-Maktabah Asy-Syamilah. Mengingat keterbatasan
rujukan yang ada pada kami.<br />
Wallahu a’lam bish-shawab, wal ‘ilmu ‘indallah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">1 Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu berkata dalam
tafsirnya, fir’aun (pharao) adalah nama yang dipakai untuk penyebutan raja-raja
Mesir zaman dahulu. Sebagaimana Qaisar (Kaisar) atau Hiraql (Heraklius) untuk
penamaan raja-raja Romawi. Adapun Persia terkenal penyebutannya dengan
Al-Akasirah, bentuk jamak dari Kisra. Sedangkan raja-raja Yaman dikenal
penamaannya dengan At-Taba’ah, jamak dari Taba’. Kemudian beliau menyebutkan
riwayat dari Muhammad bin Ishaq, bahwa fir’aun-nya Nabi Yusuf adalah raja
terkemuka bernama Ar-Rayyan bin Al-Walid, dan masuk Islam (mengikuti ajaran
Nabi Yusuf ‘alaihissalam). Sedangkan fir’aun-nya Nabi Musa ‘alaihissalam adalah
raja yang bernama Al-Walid bin Mush’ab bin Ar-Rayyan (dan menentang ajaran Nabi
Musa ‘alaihissalam) </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-55426946502874002552012-05-24T07:07:00.002-07:002012-05-24T07:07:36.538-07:00Nasihat seorang tukang gali kubur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Suatu hari ketika saya sedang berziarah ke Makam Imam Jalaluddin as-Suyuthi, salah satu dari dua ulama yang menulis <em>Tafsir al-Jalalain</em>, yang berada di kawasan Sayyidah Aisyah, tiba-tiba datang <em>‘ammu</em> Mahmud, <span style="color: purple;">seorang tukang gali kubu</span>r di kawasan tersebut. ‘<em>Ammu </em>Mahmud,
adalah guru sekaligus kawan lama saya yang tinggal di sebuah gubuk
kumuh di tengah-tengah kuburan kawasan Sayyidah Aisyah. Saya mengenalnya
ketika saat itu saya meminta ijin untuk ikut melihat secara langsung
bagaimana proses penguburan yang biasa dilakukan di Mesir. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Begitu mendekat, <em>‘Ammu</em> Mahmud langsung mengajak saya menghampiri sebuah bangunan pemakaman. Sambil menunjuk salah satu <em>dharih,</em>
bangunan kuburan yang ditinggikan dan diberi atap, ia menuturkan bahwa
kurang lebih setengah jam yang lalu ia baru saja menguburkan seorang
konglemerat Mesir. Menurutnya, konglomerat tersebut memiliki sejumlah
vila dan apartemen yang tersebar hampir di seluruh propinsi Mesir,
Libia, dan bahkan juga di Inggris. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Setelah lama bertutur, <em>Ammu</em> Mahmud lalu berkata: “Saudaraku, perhatikanlah dan renungkanlah. <span style="color: purple;">Dunia ini tidak lebih dari sebuah tipu daya yang memperdaya</span>.
Orang-orang berebut dan berlomba menumpuk kekayaan sehingga lupa
kewajiban. Bahkan boleh jadi ia lupa bahwa suatu saat ia akan
dikuburkan. Ketika sudah dikuburkan, semua manusia, baik kaya maupun
miskin, sama saja; ia dikubur di atas tanah dan dibungkus dengan kain
kafan berwarna putih. Harta yang diusahakannya dengan susah payah, kini
menjadi bahan rebutan keluarganya. Isteri yang dicintainya, boleh jadi
sebentar lagi akan dinikahi laki-laki lain. Maka, hati-hatilah dengan
dunia ini. Jangan sampai kamu terperdaya karenanya. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><span style="color: purple;">Apabila kelak kamu mencari harta, jangan lupa kewajiban kepada yang Maha Kuasa</span>.
Apabila kelak menjadi seorang pejabat, jangan pernah lupa kepentingan
rakyat. Apabila kelak menjadi seorang ulama, jangan lupa orang-orang
melarat. Karena yang justru akan menyelamatkan kamu bukan kedudukan,
jabatan akan tetapi kebaikan dan kepedulian kepada orang lemah; yang
menyelamatkan kamu bukan tabungan yang numpuk di bank, akan tetapi uang
recehan yang kamu berikan kepada orang-orang yang membutuhkan”.</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><em>Subhanallah</em>, nasihat <em>‘ammu</em> Mahmud sederhana tapi sarat dengan makna. Meski sekedar tukang gali kubur, namun kata-katanya penuh hikmah. <em>‘Ammu</em> Mahmud mengingatkan kita akan sebuah persolan yang seringkali dilupakan. <em>Ya</em>,
persolan hidup di dunia ini. Dunia dengan hingar bingarnya, seringkali
melupakan tujuan dan kewajiban utama kita. Keelokan dunia seringkali
melupakan bahwa dunia ini sekedar per’singgah’an semata. Layaknya sebuah
per’singgah’an, tentu tidak akan lama. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Perhatikan dengan seksama
berapa lama umumnya manusia ‘singgah’ di dunia ini. Ambil saja standar
umum, bahwa umumnya masa ‘singgah’ di dunia ini hanya enam puluh lima
tahun saja. Apabila kini usia kita sudah 55 tahun, ini artinya, masa
‘singgah’ yang masih tersisa tinggal sepuluh tahun lagi. Setelah itu,
kita semua akan pindah ke alam lain, alam kubur dan alam akhirat. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Ingatlah kawan, <span style="color: purple;">dunia ini adalah ladang tempat bercocok tanam</span>. Bekal kita kelak di kehidupan akhirat sangat tergantung kepada tanaman apa yang kita tanam di ladang dunia ini. <span style="color: black;"><span style="color: purple;">Apabila ‘tanaman kebaikan dan amal shaleh’ yang kita tanam, tentu kebahagiaan dan surga yang akan kita dapatkan. Namun,<span id="more-287"></span> apabila tanaman kejahatan dan dosa yang kita tanam, tentu kita akan menuai sengsara dan neraka</span>.
Maka pergunakanlah ladang ini sebaik mungkin, karena kita tidak akan
pernah mendapatkan ladang lain selain ladang dunia. Bila masa ‘singgah’
di dunia ini telah habis, maka ladang itu pun juga turut habis, yang
tersisa adalah menikmati hasil dari tanaman yang ditanam di ladang
dunia. </span></span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Hati-hatilah dengan dunia.
Dunia itu ibarat bayang-bayang manusia. Apabila dicari dan ditangkap, ia
akan lari, namun apabila dibiarkan ia akan mengikuti. Berlakulah
sewajarnya. Jangan sampai demi dunia, kita melanggar aturan dan
ketentuan Allah swt. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Dunia hanyalah perantara bukan tujuan. <span style="color: purple;">Tujuan kita adalah kehidupan di akhirat kelak</span>. Hati-hati, jangan sampai seperti yang difirmankan oleh Allah berikut ini:</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><span style="color: green;"> “<em>Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui</em>” </span>( at-Takatsur: 1-4 ). </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Rasulullah saw bersabda:<span style="color: green;"> “<em>Barangsiapa
yang menjadikan dunia sebagai tujuan dan sasarannya, Allah akan
menceraiberaikan seluruh urusannya, serta menjadikan kefakiran berada di
depan matanya, dan Allah tidak akan memberikan kepadanya dari dunia ini
melainkan apa yang telah ditentukannya saja. Namun, barangsiapa yang
menjadikan akhirat sebagai tujuan dan sasarannya, maka Allah akan
memudahkan segala urusannya, memberikan kekayaan di hatinya serta Allah
akan melimpahkan dunianya dari jalan yang tidak disangka-sangka</em>“</span> (HR.Turmudzi dan Ibn Majah). </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Mari kita merenung sejenak. <span style="color: purple;">Perhatikan orang-orang kaya yang telah meninggal dunia. Apa yang tersisa?</span>
Apakah kekayaannya yang melimpah ikut menyertainya? Apakah mobilnya
yang mewah ikut menemaninya? Apakah tabunganya yang menumpuk, ikut
bersamanya? Apakah isteri yang dicintainya turut di sampingnya? Tidak.
Sekali lagi tidak. Harta yang diusahakannya dengan susah payah dan jerih
payah tidak ada yang dibawanya sedikitpun. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><span style="color: purple;">Yang menyertainya abadi hanyalah amal perbuatannya sewaktu di dunia.</span> Yang membuatnya ‘tersenyum’ hanyalah uang <em>fakkah</em>
(recehan) yang sempat diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Yang menolongnya, hanyalah shalat yang dilakukannya tengah malam. Yang
menolongnya, hanyalah kepedulian dan perhatiannya kepada orang-orang
lemah yang sangat membutuhkan bantuan. Sementara tabungannya yang numpuk
di bank, hanyalah menjadi tontonan dan pajangan. Mobilnya yang mewah
hanyalah menjadi hiasan. Kekayaannya yang melimpah ruah hanyalah menjadi
bahan rebutan dan perselisihan. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Maka, berbahagialah mereka
yang memperbanyak amal shaleh dan kebaikan dan celakalah mereka yang
menanam kejahatan. Rasulullah saw bersabda: </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><span style="color: green;"><strong>“<em>Yang
mengikuti mayyit sampai ke kubur itu ada tiga; dua kembali lagi ke
dunia, sedangkan yang satu lagi ikut menemani di dalam kubur. Dua hal
yang kembali lagi ke dunia adalah harta dan keluarganya, sedangkan yang
akan setia menemaninya hanyalah amal perbuatannya</em>“</strong></span> (HR. Muslim). </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:<span style="color: green;"> “<em>Keturunan
Adam akan berkata: “Hartaku, hartaku!!. Lalu dikatakan kepadanya:
“Harta yang kamu miliki hanyalah apa yang kamu makan sehingga habis, apa
yang kamu pakai sehingga musnah dan apa yang kamu sedekahkan sehingga
berlalu. Sementara selebihnya, akan hilang, raib, ditinggalkan untuk
manusia yang lain</em>” </span>(HR. Muslim). </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Dalam kitab <em>al-Mustathraf</em> dituturkan sebuah kisah, bahwa suatu hari <em>Nabiyulllah</em>
Daud as mengadakan perjalanan di antara bukit-bukit terjal. Tiba-tiba
beliau melewati sebuah gua yang di dalamnya tergeletak mayat seorang
laki-laki bertubuh besar dan berperawakan tegap. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Di dekat kepalanya ada
sebuah batu lebar yang bertuliskan: “Saya adalah Raja Dausam. Saya
menjadi raja selama seribu tahun. Saya juga telah menaklukkan seribu
kota. Saya juga telah membunuh seribu tentara. Saya juga telah menggauli
seribu gadis putri-putri raja, lalu kondisi saya kini seperti yang kamu
lihat sekarang; tanahlah yang menjadi kasur saya, batu yang menjadi
bantal saya. Siapapun yang melihat saya, maka jangan sampai tertipu oleh
dunia sebagaimana dunia telah menipu saya”. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Dalam sebuah <span style="color: green;">hadits</span>
juga dikatakan, suatu hari Rasulullah saw berkata kepada Abu Hurairah:
“Maukah saya tunjukkan kepada kamu dunia beserta seluruh isinya?” Saya
(Abu Hurairah) menjawab: “<em>Mau</em>, ya Rasulullah”. Rasulullah saw
lalu membawa saya mengunjungi sebuah lembah. Tidak jauh dari lembah
tersebut ada sebuah tempat pembuangan sampah yang di dalamnya terdapat
tengkorak kepala manusia, kotoran manusia, kain basah dan tulang
belulang yang sudah tidak ada dagingnya. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Rasulullah saw lalu
bersabda: “Wahai Abu Hurairah, tengkorak-tengkorak kepala ini adalah
sumber ketamakan dan keserakahan manusia. Suatu saat kepala-kepala
tersebut akan seperti sekarang ini, tidak ada dagingnya juga tidak ada
kulitnya sedikitpun. Ia akan menjadi sebuah tengkorak yang hancur luluh.
Sementara tahi-tahi ini adalah gambaran dari apa yang telah kamu makan
dan apa yang kamu usahakan selama di dunia. Semuanya akan menjadi
seperti yang kamu lihat ini. Kain basah itu adalah pakaian-pakaian yang
dahulu kala oleh manusia seringkali dipamer-pamerkan dan
diagung-agungkan. Sedangkan tulang-tulang itu adalah tulang-tulang
kendaraan kamu yang biasa kamu pergunakan untuk berkeliling mengelilingi
kota-kota. Itulah dunia, maka janganlah kamu terperdaya dibuatnya”. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;">Hadits-hadits di atas
mengingatkan kita akan perlunya berhati-hati dengan dunia. Mencari dunia
tentu dianjurkan bahkan diharuskan. Namun, jangan lupa, luruskan niat
dan tujuannya. <span style="color: purple;">Mencari dunia bukan untuk dunia, tapi untuk bekal kelak di akhirat</span>.
Agar apa yang diusahakan di dunia ini menjadi bekal kelak di akhirat,
maka pergunakanlah sebaik mungkin. Pergunakan dan belanjakanlah sesuai
dengan petunjuk dan titah Allah swt., bukan berdasarkan hawa nafsu
manusia. Ingatlah, perkataan si tukang gali kubur di atas:</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"><span style="color: purple;"><strong> “<em>Karena
yang justru akan menyelamatkan kamu bukan kedudukan, jabatan, akan
tetapi kebaikan dan kepedulian kepada orang lemah; yang menyelamatkan
kamu bukan tabungan yang numpuk di bank, akan tetapi uang recehan yang
kamu berikan kepada orang-orang yang membutuhkan</em> “</strong></span>.</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: x-small;"> <em>wallahu ‘alam bis shawab</em>.</span></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-60435917629771556112012-05-24T07:02:00.001-07:002012-05-24T07:02:07.487-07:00Arti dan Definisi Mazhab<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>Mazhab</b> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab">bahasa Arab</a>: <big><big>مذهب</big></big>, <i>madzhab</i>)
adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan
dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun
abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan
tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam">Islam</a>, yang dinamakan mazhab adalah metode (<i>manhaj</i>)
yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang
yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas
batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip
dan kaidah-kaidah.<sup class="reference" id="cite_ref-mediamuslim_0-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab#cite_note-mediamuslim-0">[1]</a></sup><br />
<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Pengertian_ulama_fiqih">Pengertian ulama fiqih</span></h2>
Mazhab menurut ulama <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fiqih" title="Fiqih">fiqih</a>,
adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli
fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang
menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu <i>furu'</i>. Ini adalah pengertian mazhab secara umum, bukan suatu mazhab khusus.<sup class="reference" id="cite_ref-mediamuslim_0-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab#cite_note-mediamuslim-0">[1]</a></sup><br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Pembagian_Mazhab">Pembagian Mazhab</span></h2>
Mazhab yang digunakan secara luas saat ini antara lain <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Hanafi" title="Mazhab Hanafi">mazhab Hanafi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Maliki" title="Mazhab Maliki">mazhab Maliki</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafi%27i" title="Mazhab Syafi'i">mazhab Syafi'i</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Hambali" title="Mazhab Hambali">mazhab Hambali</a> dari kalangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunni" title="Sunni">Sunni</a>. Sementara kalangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syi%27ah" title="Syi'ah">Syi'ah</a> memiliki <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dua_Belas_Imam" title="Dua Belas Imam">mazhab Ja'fari</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ismailiyah" title="Ismailiyah">Ismailiyah</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaidiyah" title="Zaidiyah">Zaidiyah</a>.<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Sunni">Sunni</span></h2>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunni" title="Sunni">Sunni</a></div>
<b>Sunni</b> atau lebih dikenal dengan <b>Ahlus-Sunnah wal Jama'ah</b>,
terdapat empat mazhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim Sunni. Di
dalam keyakinan Sunni, empat mazhab yang mereka miliki valid untuk
diikuti, perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat
fundamental. Sedangkan untuk Sunni dari kalangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Salafiyah" title="Salafiyah">Salafiyah</a>, menggunakan semua mahzab dengan dalil yang kuat sebagai pedoman dalam menjalani ritual keagamaan dan lain-lainnya.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Hanafi">Hanafi</span></h3>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Hanafi" title="Mazhab Hanafi">Mazhab Hanafi</a></div>
Didirikan oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Abu_Hanifah" title="Imam Abu Hanifah">Imam Abu Hanifah</a>, Mazhab Hanafi adalah yang paling dominan di dunia Islam (sekitar 45%), penganutnya banyak terdapat di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asia" title="Asia">Asia</a> Selatan (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakistan" title="Pakistan">Pakistan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India">India</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangladesh" title="Bangladesh">Bangladesh</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Lanka" title="Sri Lanka">Sri Lanka</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maladewa" title="Maladewa">Maladewa</a>), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir">Mesir</a> bagian Utara, separuh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irak" title="Irak">Irak</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syria" title="Syria">Syria</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Libanon" title="Libanon">Libanon</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palestina" title="Palestina">Palestina</a> (campuran Syafi'i dan Hanafi), Kaukasia (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Chechnya" title="Chechnya">Chechnya</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dagestan" title="Dagestan">Dagestan</a>).<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Maliki">Maliki</span></h3>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Maliki" title="Mazhab Maliki">Mazhab Maliki</a></div>
Didirikan oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Malik" title="Imam Malik">Imam Malik</a>, diikuti oleh sekitar 25% muslim di seluruh dunia. Mazhab ini dominan di negara-negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika" title="Afrika">Afrika</a> Barat dan Utara. Mazhab ini memiliki keunikan dengan menyodorkan tatacara hidup penduduk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Madinah" title="Madinah">Madinah</a> sebagai sumber hukum karena Nabi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad" title="Muhammad">Muhammad</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hijrah" title="Hijrah">hijrah</a>, hidup, dan meninggal di sana; dan kadang-kadang kedudukannya dianggap lebih tinggi dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits" title="Hadits">hadits</a>.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Syafi.27i">Syafi'i</span></h3>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafi%27i" title="Mazhab Syafi'i">Mazhab Syafi'i</a></div>
Dinisbatkan kepada <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Syafi%27i" title="Imam Syafi'i">Imam Syafi'i</a> memiliki penganut sekitar 28% muslim di dunia. Pengikutnya tersebar terutama di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Turki" title="Turki">Turki</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irak" title="Irak">Irak</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syria" title="Syria">Syria</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iran" title="Iran">Iran</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir">Mesir</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Somalia" title="Somalia">Somalia</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yaman" title="Yaman">Yaman</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand" title="Thailand">Thailand</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura" title="Singapura">Singapura</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina" title="Filipina">Filipina</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Lanka" title="Sri Lanka">Sri Lanka</a> dan menjadi mazhab resmi negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia">Malaysia</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei" title="Brunei">Brunei</a>.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Hambali">Hambali</span></h3>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Hambali" title="Mazhab Hambali">Mazhab Hambali</a></div>
Dimulai oleh para murid <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Ahmad_bin_Hambal" title="Imam Ahmad bin Hambal">Imam Ahmad bin Hambal</a>. Mazhab ini diikuti oleh sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semenanjung_Arab" title="Semenanjung Arab">semenanjung Arab</a>. Mazhab ini merupakan mazhab yang saat ini dianut di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arab_Saudi" title="Arab Saudi">Arab Saudi</a>.<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Syi.27ah">Syi'ah</span></h2>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syi%27ah" title="Syi'ah">Syi'ah</a></div>
<b>Syi'ah</b> atau lebih dikenal lengkapnya dari kalimat bersejarah <b>Syi`ah `Ali</b>
pada awal mula perkembangannya juga banyak memiliki aliran. Namun
demikian hanya tiga aliran yang masih ada sampai sekarang, yaitu Itsna
'Asyariah (paling banyak diikuti), Ismailiyah dan Zaidiyah. Di dalam
keyakinan utama Syi'ah, Ali bin Abu Thalib dan anak-cucunya dianggap
lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan sebagai khalifah dan
imam bagi kaum muslimin. Di antara ketiga mazhab Syi'ah terdapat
perbedaan dalam hal siapa saja yang menjadi imam dan pengganti para imam
tersebut pada saat ini.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Ja.27fari">Ja'fari</span></h3>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Ja%27fari" title="Mazhab Ja'fari">Mazhab Ja'fari</a></div>
Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (<i>Itsna 'Asyariah</i>) adalah mazhab dengan penganut yang terbesar dalam Muslim Syi'ah. Dinisbatkan kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imamah" title="Imamah">Imam</a> ke-6, yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-Shadiq" title="Ja'far ash-Shadiq">Ja'far ash-Shadiq</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Baqir" title="Muhammad al-Baqir">Muhammad</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Husain" title="Ali bin Husain">Ali</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Husain_bin_Ali" title="Husain bin Ali">Husain</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib" title="Ali bin Abi Thalib">Ali bin Abi Thalib</a>. Keimaman kemudian berlanjut yaitu sampai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Mahdi" title="Muhammad al-Mahdi">Muhammad al-Mahdi</a> bin <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hasan_al-Asykari" title="Hasan al-Asykari">Hasan al-Asykari</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_al-Hadi" title="Ali al-Hadi">Ali al-Hadi</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Jawad" title="Muhammad al-Jawad">Muhammad al-Jawad</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_ar-Ridha" title="Ali ar-Ridha">Ali ar-Ridha</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musa_al-Kadzim" title="Musa al-Kadzim">Musa al-Kadzim</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-Shadiq" title="Ja'far ash-Shadiq">Ja'far ash-Shadiq</a>. Mazhab ini menjadi mazhab resmi dari Negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iran" title="Iran">Republik Islam Iran</a>.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Ismailiyah">Ismailiyah</span></h3>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ismailiyah" title="Ismailiyah">Ismailiyah</a></div>
Mazhab Ismaili atau Mazhab Tujuh Imam berpendapat bahwa <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ismail_bin_Ja%27far&action=edit&redlink=1" title="Ismail bin Ja'far (halaman belum tersedia)">Ismail bin Ja'far</a> adalah Imam pengganti ayahnya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jafar_as-Sadiq" title="Jafar as-Sadiq">Jafar as-Sadiq</a>, bukan saudaranya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musa_al-Kadzim" title="Musa al-Kadzim">Musa al-Kadzim</a>. Dinisbatkan kepada <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ismail_bin_Ja%27far&action=edit&redlink=1" title="Ismail bin Ja'far (halaman belum tersedia)">Ismail</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-Shadiq" title="Ja'far ash-Shadiq">Ja'far ash-Shadiq</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Baqir" title="Muhammad al-Baqir">Muhammad</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Husain" title="Ali bin Husain">Ali</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Husain_bin_Ali" title="Husain bin Ali">Husain</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib" title="Ali bin Abi Thalib">Ali bin Abi Thalib</a>. Garis Imam Ismailiyah sampai ke Imam-imam <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aga_Khan&action=edit&redlink=1" title="Aga Khan (halaman belum tersedia)">Aga Khan</a>, yang mengklaim sebagai keturunannya.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Zaidiyah">Zaidiyah</span></h3>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaidiyah" title="Zaidiyah">Zaidiyah</a></div>
Mazhab Zaidi atau Mazhab Lima Imam berpendapat bahwa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaid_bin_Ali" title="Zaid bin Ali">Zaid bin Ali</a> merupakan pengganti yang berhak atas keimaman dari ayahnya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_Zainal_Abidin" title="Ali Zainal Abidin">Ali Zainal Abidin</a>, ketimbang saudara tirinya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Baqir" title="Muhammad al-Baqir">Muhammad al-Baqir</a>. Dinisbatkan kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaid_bin_Ali" title="Zaid bin Ali">Zaid</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Husain" title="Ali bin Husain">Ali</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Husain_bin_Ali" title="Husain bin Ali">Husain</a> bin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib" title="Ali bin Abi Thalib">Ali bin Abi Thalib</a>. Setelah kematian imam ke-4, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_Zainal_Abidin" title="Ali Zainal Abidin">Ali Zainal Abidin</a>, yang ditunjuk sebagai imam selanjutnya adalah anak sulung beliau yang bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Baqir" title="Muhammad al-Baqir">Muhammad al-Baqir</a>, yang kemudian diteruskan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-Shadiq" title="Ja'far ash-Shadiq">Ja'far ash-Shadiq</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaid_bin_Ali" title="Zaid bin Ali">Zaid bin Ali</a> menyatakan bahwa imam itu harus melawan penguasa yang zalim dengan pedang. Setelah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaid_bin_Ali" title="Zaid bin Ali">Zaid bin Ali</a> syahid pada masa <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah" title="Bani Umayyah">Bani Umayyah</a>, ia digantikan anaknya <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yahya_bin_Zaid&action=edit&redlink=1" title="Yahya bin Zaid (halaman belum tersedia)">Yahya bin Zaid</a>.<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Khawarij">Khawarij</span></h2>
<div class="dablink noprint">
<img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khawarij" title="Khawarij">Khawarij</a></div>
Mazhab Khawārij mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya mengakui kekuasaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib" title="Ali bin Abi Thalib">Ali bin Abi Thalib</a>, lalu menolaknya karena melakukan <i>takhrif</i> (perdamaian} dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muawiyah_bin_Abu_Sufyan" title="Muawiyah bin Abu Sufyan">Muawiyah bin Abu Sufyan</a>
yang mereka anggap zalim. Awalnya mazhab ini berpusat di daerah Irak
bagian selatan. Kaum Khawārij umumnya fanatik dan keras dalam membela
mazhabnya, serta memiliki pemahaman tekstual <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Quran" title="Al-Quran">Al-Quran</a> yang berbeda dari Sunni dan Syi'ah.<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Lain-lain">Lain-lain</span></h2>
<ul>
<li>Mazhab agama Islam yang paling banyak dianut di Indonesia adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafi%27i" title="Mazhab Syafi'i">Mazhab Syafi'i</a></li>
<li>Pengertian Mazhab dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam">Islam</a> tidak serupa dengan denominasi dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kristen" title="Kristen">Kristen</a>, melainkan satu tingkat di bawahnya. Denominasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katolik" title="Katolik">Katolik</a>-<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Protestan" title="Protestan">Protestan</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ortodoks" title="Ortodoks">Ortodoks</a> lebih setara dengan denominasi (<i>firqah</i>) <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunni" title="Sunni">Sunni</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syi%27ah" title="Syi'ah">Syi'ah</a> dalam Islam.</li>
<li>Istilah Mazhab secara umum dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia" title="Bahasa Indonesia">bahasa Indonesia</a> juga digunakan untuk merujuk kepada suatu aliran tertentu dalam suatu disiplin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu" title="Ilmu">ilmu</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat" title="Filsafat">filsafat</a>, misalnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Frankfurt" title="Mazhab Frankfurt">Mazhab Frankfurt</a> dengan tokoh-tokoh pemikirnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Theodor_Adorno" title="Theodor Adorno">Theodor Adorno</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Max_Horkheimer" title="Max Horkheimer">Max Horkheimer</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Walter_Benjamin" title="Walter Benjamin">Walter Benjamin</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Herbert_Marcuse" title="Herbert Marcuse">Herbert Marcuse</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/J%C3%BCrgen_Habermas" title="Jürgen Habermas">Jürgen Habermas</a>, dll.</li>
</ul>
di salin dari wikipedia <br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2551048211931866242.post-54846287709865996452012-04-06T07:29:00.001-07:002012-04-06T07:29:20.715-07:00Belajar dari pepeng<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lebih dari dua tahun, mantan juara lawak mahasiswa tahun 78 ini
terjebak dalam tempat tidur dan kursi roda. Sejak Juli 2005, Pepeng
Allah uji dengan penyakit langka. Namanya masih asing di telinga orang
kebanyakan, multiple sclerosis.<br />
Penyakit ini menyerang susunan saraf pusat yang memunculkan
terjadinya proses inflamasi dan demyelinisasi. Akibatnya, terjadi
kerusakan saraf motorik, sensorik, dan otonom. Dari situlah, pria
kelahiran Sumenep Madura, 23 September 1954 ini mengalami kelumpuhan.<br />
Awalnya, Pepeng dan keluarga tidak tahu jenis penyakit yang
menyerangnya. Selama kurang lebih 5 bulan, Pepeng dan keluarga
diombang-ambing dengan kebingungan dan ketidakpastian.<br />
Setelah datang ke Prof. Dr. Jusuf Misbach di RSCM, Pepeng diperiksa
lebih rinci. Ada pemeriksaan tambahan yang tidak dilakukan dokter-dokter
sebelumnya. Seperti, MRI, EMG, pemeriksaan cairan otak, serta
pengambilan sumsung tulang belakang. Hasil pemeriksaan dikirim ke
Ameriksa Serikat untuk diteliti lebih lanjut.<br />
Pada 5 November 2005, Prof. Misbach melaporkan hasil laboratorium
dari AS kepada Pepeng. Dari situlah pria yang pernah menjadi caleg
Partai Keadilan Sejahtera untuk daerah pemilihan Sumenep Madura pemilu
2004 ini tahu kalau penyakitnya bernama multiple sclerosis. Hingga saat
ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Kalau pun ada, hanya
memperpanjang jarak kambuh.<br />
Sejak itu, hari-hari panjang dilalui Pepeng penuh keprihatinan. Ia
mencoba untuk tetap tegar dan sabar dalam menghadapi cobaan Allah yang
tentu menyimpan hikmah di balik beratnya itu.<br />
Dalam suasana hidup yang jauh dari hiruk pikuk kesibukan umumnya,
ayah 4 anak ini mencoba memaknai hidup dengan lebih dalam. Ia rangkai
garis demi garis peristiwa yang pernah ia alami.<br />
Berikut penuturan Pepeng kepada Eramuslim.<br />
Sebelum saya sakit, saya selalu road show. Aspek yang saya fokuskan
adalah dalam rangka jihad i'lami, sharing informasi tapi lebih ke
multmedianya. Pada tanggal 29 Mei 2007, resmi berdiri Islamic
Broadcasting Forum.<br />
Dari aspek ide, sudah bagus. Mungkin peralatan yang masih perlu peningkatan.<br />
Saya dan isteri sudah janji. Kalau sudah enakan, mau buka lagi
seperti di daerah Wanayasa Purwakarta. Melalui desa binaan itu, saya
berencana mau dibuatkan radio. Subhanallah, tuh radio efektifnya bukan
main dari sisi dakwah.<br />
Banyak sekali hikmah yang ana bisa dapat selama ana sakit. Yang
bener-bener sekarang saya paham, bahwa kata adalah fakta. Bukan
pembentuk fakta. Kalau kecerdasan interpersonal saya, jadi saya
mengoreksi diri saya, mengenali diri saya, mencari kata yang pas untuk
diri saya itu salah. Berarti semua respon saya salah. Artinya, bahwa
semua akhlak saya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan.<br />
Jadi, sekarang saya ngertiii sekali, kenapa Rasulullah menganjurkan
kita untuk bicara sesuai dengan bahasa kaum. Wah, ini dalem banget buat
saya.<br />
Saya kan sedang mempersiapkan diri untuk menyelesaikan S3. Tapi,
belum dapet-dapet. Karena, memang di Indonesia belum ada institusi
kuliah jarak jauh, kecuali UT.<br />
Saya merenung, apa sih yang membentuk dunia ini. Setelah saya cari,
ya kata. Hatta, Allah dengan firman-Nya yang absolut, mutlak benar,
tidak spekulatif, tidak asumtif; itu semua kata.<br />
Itu semua yang akhirnya membuat saya jauuuh lebih dekat kepada keluarga saya.<br />
Saya minta maaf ke isteri saya. Ternyata selama ini, saya nggak
pantes menjadi suami. Dari semua buku yang saya baca, Rasulullah belum
pernah membuat susah isterinya. Rasulullah selalu menghandle dirinya
sendiri.<br />
Belakangan ini, bahkan dalam mengartikan sakit saya, dalam kalimat
pun itu sangat penting bagi diri saya. Misalkan kalau saya katakan, ini
adalah musibah. Kayaknya, kita terlalu kecil sampai dikasih musibah sama
Allah. Wallahu a'lam, apa saya salah.<br />
Tapi menurut apa yang saya pahami, bahwa Allah tidak menghinakan
orang sakit. Justru, Allah memberikan previlej untuk orang sakit dengan
selalu dekat dengan yang sakit. Dari situ, ketakutan saya jadi hilang.<br />
Waktu luka saya membesar, saya berduaan dengan isteri saya sudah
kayak profesor. Apa yang mesti saya lakukan? Kalau toh kita ke dokter,
ya aspek ekonomi lah. Yang kedua, mereka akan bolongin lagi. Dan saya
sudah ngalamin dibolongi sampai 18 senti. <br />
<br />
(Penyakit yang menjangkit di tubuh Pepeng, akhir-akhir ini memunculkan
luka di bagian belakang tubuh. Luka itu terus membesar dan mengeras.
Karena itu, salah satu pengobatannya adalah dengan mencongkel luka itu.)<br />
<br />
Terus saya bilang, apa saya nyerah aja ya. Nah, ini yang salah. Waktu
disiapin pisau yang akan nyayat saya, isteri seperti ingin bilang, saya
takut.<br />
Ternyata, dialog kami itu salah. Kita tidak saling mendukung. Nggak
mungkin saya akan maksa dia. Kedua, kalau fear factor dia masih ada,
sedangkan saya sudah hilang, saya harus ngajak dia. "Ya udahlah.
Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu nggak takut kan. Coba cek, congkel."<br />
Bayangin, Allahu Akbar. Isteri saya ini baja banget. Anak-anak hampir
nggak percaya kalau saya diurus oleh isteri yang sopan banget. Semuanya
dia urus.<br />
(Selama sakit, Pepeng tidak bisa menggerakkan tubuhnya kecuali bagian
pusat ke atas. Karena itu, ia hanya terbaring di tempat tidur. Selama
itu pulalah, semua keperluan ditangani isteri beliau. Mulai dari ganti
pakaian, selimut, hingga bersih-bersih diri.)<br />
Saya kan nggak bisa ngurus buang air besar dan kecil sendiri. Semua diurusin isteri saya. Subhanallah!<br />
Waktu luka saya dicabut isteri saya, saya lagi tidur. Saya tanya,
kenapa saya nggak dibangunin. Dia bilang, nggak. Aku takut nanti kamu
panik. Saya bilang, apa iya saya kelihatan panik? Dia bilang, ya nggak
lah.<br />
Dulu kalau saya dapat komentar dari isteri saya tentang sakit saya,
saya langsung down. Nyungsep. Makanya, saya mohon pada Allah, supaya
diberi kecerdasan interpersonal. Ya Allah, kenalkan saya pada diri saya,
supaya aku bisa mengenal takdirMu dari sudut pandang yang bagus sekali.<br />
Jadi, dengan berkata-kata dengan Allah, selalu muncul kekuatan pada diri saya.<br />
Jadi, walaupun saya merasakan sesuatu yang nggak enak pada diri saya,
saya selalu mengucapkan, terima kasih ya Allah. Karena saya tahu itu
semua merupakan proses menuju kesembuhan diri saya.<br />
Saya yakin, dari semua ilmu yang saya pelajari, kalau ada rasa sakit
yang berhenti, itu artinya ada perbaikan. Apalagi kalau sakit itu
membaik.<br />
Dari semua itu, saya selalu mengeluarkan statemen kepada Allah. Saat
itu juga, ruhani saya jadi sehat. Dan kalau ruhani sehat, insya Allah,
urusan jasmani jadi terasa kecil.<br />
Jadi, di antara hikmah yang bisa saya petik, kata-kata itu luar biasa. Hati-hati sekali dengan kata-kata.<br />
Bahkan ketika saya ngomong sama anak-anak saya, rangkaian kata-kata
itu tidak harus keluar. Semua linguistik yang ada di tubuh kita program
perilakunya itu ada dalam kata-kata.<br />
Rasulullah saw. pernah melarang sahabat memarahi orang yang kencing
di sebarang tempat. Soalnya, kencing itu bisa dibersihin. Tapi, hati itu
sulit dibersihin.<br />
Ketika bicara dengan anak-anak, Rasulullah selalu menyamakan
tingginya dengan anak-anak. Jadi, mata dengan mata. Tidak ada superior
dan imperior.<br />
Kalau seorang anak yang sampai mendongak ketika berkomunikasi dengan
orang tua, sebenarnya secara psikologis komunikasinya itu tidak jalan.<br />
Saya perhatiin, apa yang terjadi di lingkungan kita itu pun karena ketidakbenaran susunan kata-kata.<br />
Kita mesti punya kecerdasan untuk mengapresiasi apa pun yang ada pada
diri kita saat ini. Ternyata, memang ada kecerdasan baru dalam dunia
psikologi. Yaitu, kecerdasan mengapresiasi apa pun yang ada dalam diri
kita.<br />
Kecerdasan inilah yang menjadikan seseorang tidak pernah mengenal
putus asa dalam hidup. Dari situ, saya simpulkan bahwa saya tidak sedang
sick. Saya hanya pain.<br />
Silakan Allah kasih apa saja buat diri saya. Dan saya akan berusaha untuk selalu bersyukur. (mn)<br />
<br />
sumber :eramuslim </div>Unknownnoreply@blogger.com0